☁️ Prolog ✨

7 2 0
                                    

"Zara! Jangan lupa beresin bukunya yang berserakan!"

"Iya, Bu,"

Kuambil beberapa buku untuk membereskannya agar rapih, namun seketika satu buku terjatuh dari tumpukan buku di tanganku. Aku mengeluh, ya ampun pakai jatuh segala. Kuraih buku itu, buku dengan cover pink yang mulai rusak karena berumur 6 tahun yang lalu.

"Zara love Fadlan,"

Tulisan anak SD dari buku yang terbuka, aku ingat ini buku diary yang diberikan sahabatku sebagai hadiah ulang tahun. Aku menutup mulutku dan hendak tertawa, astaga. Bagaimana aku tidak ingat bahwa aku sendiri yang menulis hal konyol ini? Memalukan.

_____

Kelas 3 sekolah dasar...

"Zara main apa?" tanya Fadlan kecil menghampiri aku kemudian duduk di depanku.

"Main lego, kamu mau ikut main?" tanyaku polos sambil memberikan satu potongan lego.

Fadlan tersenyum sambil memperlihatkan gigi putih berjejer rapih, "nih, aku barusan bikin pesawat. Ngueng... ngueng..."

Zara kecil bertepuk tangan melihat potongan lego yang terbentuk pesawat, keren menurutku saat umur segitu. Tapi dibuat kesal karena Fadlan dengan sengaja menabrak lego yang baru aku rakit tadi.

"Iiisshhh!!! Alann!!!"

Tangis gadis ini keluar seperti biasanya, merengek meminta rakitan lego nya diperbaiki. Entah bentukannya seperti apa, yang penting tinggi saja. Fadlan sudah pasti tertawa lebih dulu namun setelah itu dia bicara lagi.

"Kita main putri pangeran yuk! Nanti ceritanya pangeran ajak putrinya beli boneka beruang yang gedeeee banget!"

Fadlan berusaha menghibur dengan gerakan tangan seakan dia benar-benar mendeskripsikan boneka yang dimaksud benar-benar besar, lebih besar dari tubuhnya yang mungil. Aku langsung tersenyum begitu saja, lupa dengan kejailan Fadlan 1 menit lalu.

"Hayuk!"

"Halo putri Zara, aku pangeran Fadlan. Ayo aku ajak kamu melewati hutan dan melawan monster biar kamu bisa dapet boneka beruang! Hahaha!"

"Aku mau, pangeran Fadlan! Aku mau beruang!"

_____

Aku tertawa gemas mengingat hal kecil itu, kaki yang menendang bebas dan menggeram sambil memegang buku diary semasa sekolah dasar. Memalukan, tapi kenangan.

Fadlan, bisa-bisanya perasaanmu bertahan. Namun setelah apa yang telah kuperbuat selama kamu tidak ada, malah membuatmu kembali tertawa seperti biasanya.

Kali ini, aku hanya punya satu permintaan, "cepat pulang".

_____

Segaris Lengkung ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang