2. Suara Tangisan Pertama

6 2 0
                                    

Aku pada siang hari bukanlah aku yang ada pada malam hari.
_____

"Kita liat aja besok, kumpulan nanti kan ketemu. Kamu beneran mati rasa atau ngga pas liat aku,"

"Fine,"

Kuturuti kemauan Fadlan kemarin malam di pembicaraan suara jarak jauh, dia mempertanyakan keadaan perasaanku yang memilih gelap setelah kesakitan 1 bulan lalu. Harapannya apakah dia masih ada di hatiku, atau pun aku sudah lupa dengannya.

"Turun, mba,"

Laura mengejutkanku yang melamun duduk di jok belakang motor, aku mengangguk dan turun. Kami sampai di pertemuan yang entah kesekian namun keadaan yang berbeda, aku berusaha untuk biasa saja, benar-benar tidak terjadi apapun. Namun rasanya sulit.

Semua orang berkumpul, saling tertawa dan bercanda seperti biasanya. Namun entah apa yang menahanku untuk mengiringi tawa canda mereka, aku hanya tidak bisa.

Mata Fadlan menyorot padaku, tatapan meremehkan itu dan entah apalagi artinya aku rasa tidak tahu. Tapi sialnya aku malah terus saja melirik ke arah a Jasson yang sedang sibuk bercanda dengan anggota lain tanpa mengajakku, hanya merasa tersingkir.

Menghela napas, itu yang hanya bisa dilakukan lalu berpikir oleh kata-kata teh Regina tempo hari.

"Ra, menurut aku. Fadlan itu cuma kayak pelarian kamu aja loh, kamu gak kasian liatnya? Kenapa masih belum bisa move on juga?"

Aku mengepalkan kedua tanganku, tidak. Kenapa saat bertemu lagi rasanya tidak bisa? Tawa yang biasanya manis itu menjadi sangat menyakitkan untuk kulihat, belum lagi pada hari itu. Dimana aku melihat a Jasson dan teh Belin saling bicara dengan santainya didepan mataku.

Sudah kucoba untuk biasa saja, mengajak bicara, ikut bercanda. Namun a Jasson benar-benar seakan tidak melirikku sama sekali, enggan melempar senyum tipis saja sama seperti kepada orang lain. Rasanya sakit bertubi-tubi.

Kehadiranku seakan tak nyata di depan a Jasson, tapi sorot mataku melihat Fadlan di seberang. Tak terlihat sorot mata semangat darinya, tumben sekali tapi aku sadar. Jelas dari kalimatnya kemarin, sekarang aku malah melirik a Jasson yang mengabaikan ku ketimbang Fadlan yang selalu melirik ke arahku. Maafkan aku.

Zara: Fadlan, kenapa?

Fadlan: gpp

Zara: kok lemes gitu si?

Fadlan: cuma lagi males

Zara: serius?

Fadlan: Y

Zara: owh, okeh.

Jujur, sekarang aku mulai kembali overthingking.

_____

2 hari dan 2 pertemuan, aku semakin galau diperlakukan oleh keadaan. Padahal sudah 1 bulan kucoba untuk tidak bertanya, a Jasson juga baik-baik saja tanpaku tapi sialnya kenapa kali ini kembali terasa sakit?

Ting!

Dering telpon malam berbunyi, Fadlan kembali menghubungiku lagi. Aku jelas tak tahu akan bicara apa, aku sedang malas.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, kenapa?"

"Gapapa, cuma mau ngobrol aja,"

"Okey, what is it?"

Segaris Lengkung ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang