Bab 3

166 37 30
                                    

"Baekhyun, kemari."

Aku baru selesai membantu ibu mencuci piring, kakak baru selesai mandi setelah pulang kuliah. Ia tiba-tiba memanggilku dan memintaku untuk masuk ke dalam kamar.

"Ada apa, Kak?"

"Kemari, duduklah," ucapnya sambil menepuk-nepuk sisian ranjang.

Aku menurut, aku duduk di sisian ranjang tempat tidur kakak. Ia mengeluarkan beberapa alat kecantikan dari dalam tas miliknya.

"Apa itu, Kak?" tanyaku penasaran.

"Ini alat kecantikan. Kakak sengaja membelikannya untukmu."

"Untukku?"

Kakak mengangguk. "Kakak dengar dari ibu kau akan pindah ke sekolah baru sebagai perempuan. Maka dari itu kakak menyisihkan sedikit uang gaji kakak untuk membeli alat kecantikan ini. Coba lihatlah, kau suka?"

Banyak sekali, berapa yang kakak habiskan untuk membeli ini?

"Kakak tidak harus melakukan ini."

"Tentu harus, adik kakak akan pindah ke sekolah baru dan kakak harus membantunya. Meskipun saat pergi ke sekolah make up bukanlah sesuatu yang wajib, tapi karena kau seorang laki-laki, kau harus belajar sedikit soal riasan wajah. Jangan sampai orang lain curiga."

Kembali aku melihat beberapa alat kecantikan yang dibelikan kakak. Sungguh, aku tak menyangka keluargaku begitu peduli terhadapku.

"Ini pasti mahal, aku pasti akan menggantinya, Kak."

"Tidak usah dipikirkan, sekarang karena kakak sedang santai, kakak bisa mengajarimu sedikit merias wajah. Ayo, kita coba dengan yang natural saja."

Aku mengangguk sambil tersenyum lebar. "Iya, Kak."

.

.

"Bagaimana? Kau suka?"

Cantik, cantik sekali. Seperti bukan diriku. Aku sangat suka riasan yang terlihat polos seperti ini. Cocok untuk seorang pelajar sepertiku. Kakak memang hebat, ia pandai dalam melakukan apapun.

"Wajahmu sudah terlihat cantik meskipun tanpa make up. Jadi, tak perlu menggunakan riasan tebal, riasan yang terlihat polos dan natural seperti ini sudah sangat cocok untukmu."

Aku mengangguk. "Iya, Kak. Terima kasih, aku sangat suka."

"Kau ingat aturannya, kan, Baek? Kau harus mencuci wajahmu terlebih dahulu. Gunakan primer, foundation, concealer, bedak, blush on dan liptintEyeliner dan maskara aku pikir juga bagus. Tapi jika hanya pergi ke sekolah sepertinya tidak perlu."

Aku terus melihat pantulan wajahku sendiri di depan cermin. Ya Tuhan, kenapa aku cantik sekali? Rasanya aku tidak ingin menghapus riasan ini.

"Kau terus melihat wajahmu sendiri, Baek. Apa kau baru sadar jika dirimu cantik?"

"Aku sangat suka riasan wajah seperti ini, kakak tau? Sejak dulu aku selalu ingin belajar make up. Tapi aku takut ayah marah, jadi aku tak pernah berani mengutarakan keinginanku."

Kakak mengelus pundakku kemudian. "Tidak apa, mulai sekarang kau bisa melakukan apapun yang ingin kau lakukan. Jika kau suka merias, lakukan saja. Kau bisa belajar dari kakak atau melihat tutorial dari internet."

"Iya, Kak," kataku sambil tersenyum.

"Nah, sekarang tinggal membuat sesuatu pada rambutmu. Kakak berpikir mungkin kau akan cocok dengan rambut panjang sebahu. Apa kau suka rambut pirang?"

"Tidak, aku lebih suka rambut yang berwarna hitam. Lagipula, akan terlihat aneh jika anak sekolah berambut pirang."

"Ya, kau benar. Baiklah, besok kakak akan pergi mencari rambut palsu yang cocok untukmu. Rambut palsu yang tidak mudah rusak dan tidak mudah lepas."

Delavayi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang