Bab 7

122 29 5
                                    

Terkadang, saat jam makan siang dimulai, Sehun lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di taman untuk membaca novel. Ia suka novel, ia suka membaca. Sehun tidak terlalu suka keramaian, ia cenderung menghindari keramaian karena lebih suka keheningan. Seperti saat ini, ia menghabiskan sisa waktu istirahatnya dengan membawa sebuah novel yang menjadi favoritnya belakangan ini. "Kasih yang tak berujung."

Tapi ... Ia tak bisa fokus, ia terus memikirkan gadis bernama Baekhee yang sempat mengajaknya berbicara tadi.

*Flashback*

"Sudah lama sekali aku tidak datang ke sini."

"Suster paham, kau pasti sibuk dengan kegiatan sekolahmu."

"Tetap saja, seharusnya aku bisa lebih meluangkan waktu. Panti ini satu-satunya peninggalan mendiang ibuku."

Panti Asuhan Taman Cahaya adalah sebuah panti asuhan yang dibangun oleh keluarga Sehun. Sempat terbengkalai selama beberapa tahun, panti asuhan ini kembali dibuat hidup setelah dikelola oleh Im Yoona yang merupakan ibu kandung Sehun. Yoona meninggal beberapa tahun silam. Kini, panti asuhan ini dikelola oleh ayahnya Sehun, tapi karena kesibukan beliau sebagai seorang pengusaha, ia jarang sekali menengok panti asuhan ini meskipun ia masih rutin mengirimkan uang untuk dana operasional panti.

Sehun sudah berjanji pada dirinya sendiri, ia akan mengelola panti asuhan ini setelah ia cukup umur. Ia akan menjaga satu-satunya peninggalan mendiang ibunya dengan baik. Ia tak ingin anak-anak panti merasa kekurangan sedikitpun. Maka dari itu ia sekolah dan belajar mati-matian hingga tak punya banyak waktu untuk berkunjung agar di masa depan ia mampu mengelola dan bahkan membuat panti ini menjadi lebih besar, tentunya, ia juga ingin membahagiakan serta menyejahterakan seluruh anak-anak panti.

"Aku sering melihat anak itu datang ke sini. Apa dulu ia dirawat di sini?"

"Anak yang mana?"

Sehun menunjuk seorang remaja lelaki yang sedang sibuk bermain bersama anak-anak panti dari dalam jendela.

Suster Yoon tersenyum. "Itu Baekhyun, dia datang ke sini menawarkan diri untuk bermain dan menghibur anak-anak. Ia banyak membantu suster menjaga anak-anak."

"Dia dibayar?"

"Sama sekali tidak, ia yang datang sendiri dan menawarkan diri untuk menjadi relawan. Ia selalu menolak semua pemberian dariku."

"Aneh. Untuk apa ia menghabiskan waktu bermain bersama anak-anak yang tak ia kenal jika tak dibayar?"

"Bukankah kau juga begitu? Kau menghabiskan waktumu di sini untuk memperhatikan anak-anak yang tidak kau kenal," ucap suster Yoon yang tersenyum kecil.

Sehun terdiam, ia kembali menatap Baekhyun yang sedang memasang ekspresi-ekspresi lucu di wajahnya hingga membuat anak-anak panti tertawa.

"Dia adalah korban bullying."

Sehun seketika menatap suster Yoon.

"Dia mengalami perundungan di sekolah karena teman-temannya menganggap Baekhyun bertingkah laku seperti perempuan. Dia banyak melalui hari-hari yang sulit. Mungkin, bertemu dan bermain dengan anak-anak panti bisa membuat suasana hatinya menjadi lebih baik, maka dari itu aku tidak pernah melarangnya untuk datang ke sini."

Jika dilihat sekilas, Baekhyun memang terlihat seperti perempuan. Kulitnya putih mulus, bibirnya tipis dan berwarna merah muda. Wajahnya juga cenderung cantik dan sama sekali tak ada sisi maskulin yang terlihat. Tapi, jika hanya karena itu ia dirundung, bukankah itu terlalu berlebihan?

Delavayi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang