Mata

12 2 0
                                    

Hujan telah reda, namun gerimis masih enggan mengakhiri hari nya.

Rintik - rintik menetes membasahi bahu Ten dan Berlin yang sedang berjalan beriringan di sebuah gang kecil perkampungan. Menghindari genangan-genangan air yang memantulkan bayangan kaki keduanya.

"Udah liat grup WA belum? Doyoung ngadain rapat mendadak lagi." Berlin mengerutkan dahi.

"Iya tau. Kenapa? wajar kan acaranya udah mepet." Ten terkekeh.

"Huh, jadi mundur lagi hunting foto nya. Lupa apa gimana kalau besok hari Minggu."

"Hmm.. Kecewa nih ceritanya.. nggak jadi hunting foto sama aku..?" Goda Ten sambil senyam-senyum.

"Nggak gitu!" Sanggah Berlin salah tingkah.

"Jujur, kamu dulu milih Doyoung jadi ketua Karang Taruna?" Tanya Berlin penasaran.

"Dulu kandidat nya Doyoung, Johnny, Yuta, kan? Aku jabarin mereka menurut pandanganku ya. Johnny relasi nya emang luas, sayangnya dia lumayan otokratis. Takut nya terlalu mendominasi kita dan nggak mau ndengerin saran. Kalau Yuta, dia lebih enak diajak berunding, tapi karakternya cukup narsis. Dia cuma pengen dipandang dan diidolakan. Nah, Doyoung tuh paling aman dan fleksibel, apalagi anaknya social butterfly."

"Jadi, jawaban nya iya nih?"

"Rahasia dong." Ten nyengir. Berlin melengos kesal.

"Kayak gini kan harusnya rahasia, Ber. Tau nggak apa yang bukan rahasia?" Ten melambatkan langkah, Berlin merefleksi.

"Apa?"

"Soal itu.. Doyoung suka sama kamu. Rahasia umum udah nggak bisa dibilang rahasia lagi dong."

Berlin sudah sering mendengar orang-orang di Karang Taruna menjodoh-jodohkan dirinya dengan Doyoung. Usut punya usut, semua berawal dari Doyoung yang ketahuan anak-anak menyimpan foto selfie Berlin lewat screen shoot status Whatsapp Berlin.

"Ten.. Jangan mulai deh!" Berlin mencubit lengan Ten dibalik kaos belel nya. Tak cukup mencubit, telapak tangan Berlin memukul-mukul punggung temannya itu.  

Ten cengengesan saja tanpa mengaduh. Tenaga pukulan Berlin tak seberapa untuk nya, meski langkahnya jadi tak sengaja menginjak genangan air yang kemudian menyiprat kaki nya.

Setelah berjalan menyusuri gang, akhirnya sampailah mereka di jalan besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah berjalan menyusuri gang, akhirnya sampailah mereka di jalan besar. Mereka berniat membeli Terang Bulan. Kudapan panekuk (telur dadar) yang terbuat dari terigu, telur ayam, gula, dan susu yang biasa dijajakan di pinggir jalan. Paling lezat disantap selagi masih hangat.

"Bukannya mau bercandain kamu sama Doyoung lagi nih ya, aku berani bilang kalau Doyoung emang beneran suka sama kamu. Kamu nggak ngerasa gitu, Ber?" Ujar Ten saat mereka duduk di kursi plastik merah kaki lima menunggu Terang Bulan nya matang.

Berlin menghela napas, "Tahu nggak, Doyoung sampai klarifikasi gitu loh ke aku lewat chat. Bilangnya cuma mau iseng. Foto itu aslinya mau dibikin meme kocak, belum di edit udah ketahuan duluan SS-an nya. Kok kamu bisa bilang gitu sih, Ten?"

"Gampang lah, Ber. Dari cara mata nya lihat kamu."

"Mata? emang gimana cara Doyoung lihatin aku?"

"Gini nih." Ten memeragakan tatapan yang intens kearah Berlin.

Ok.

Berlin sekarang speechless

Canggung dan bingung menanggapi aksi Ten itu. 

Sebenarnya Berlin menyadari, selama ini dia pun memerhatikan bagaimana interaksi Doyoung pada nya. Bagaimana cara Doyoung mengajaknya ngobrol dan lain-lain. Jelas dia mengerti, meski menolak untuk terlampau yakin akan firasatnya terhadap perasaan Doyoung.

Perempuan itu makhluk perasa, sensitif, peka. Indra penglihatan, pengecap, pendengaran mereka pun lebih kuat dibanding laki-laki. Perihal lawan jenis suka sama mereka jelas saja mudah di notice, hanya tidak mau langsung percaya saja.

"Bentar, udah tuh terang bulan nya." Ten beranjak pergi untuk mengambil pesanan dan kemudian membayar nya.

Berlin masih duduk mematung di kursi. Untuk kedua kali nya dia menghela napas lagi.

Untung saja Ten langsung berhenti.

Kalau tidak, Berlin yang akan ketahuan suka sama Ten.

-end-




T E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang