Dea the Cupid

141 25 12
                                    

Mengetahui bahwa kini keberadaan Lingga sudah jauh lebih dekat dengannya, membuat keinginan Aji untuk segera sembuh, timbul lebih banyak daripada biasanya.

Semangat yang diberikan Lintang, Arsa, Dea, dan bahkan dari kedua Dokter terdekatnya saat ini seolah tidak berarti apa-apa.

Aji tersenyum seorang diri saat memikirkan hal tersebut.

Sudah sejak lama tidurnya tidak pernah nyenyak— bukan berarti kepulangan Lingga dapat membuat tidurnya lebih mudah lelap, karena malah sebaliknya bahkan menjadi lebih parah. Isi kepalanya lebih sibuk. Berulang kali mencoba mengerti apa yang dimaksud oleh Arsa mengenai lebih pelan-pelan menghadapi Lingga.

Berkat itu, ketika Lintang memberitahu bahwa Lingga sudah mulai beraktifitas kembali di dalam operasional Luxus, dan ketika Adiknya itu mengabari bahwa Lingga sudah memiliki tempat tinggal tidak jauh dari Distrik di mana Luxus berdiri, juga tentang kemungkinan Lingga akan mulai menyibukkan diri dengan kembali memutuskan bertemu dengan para Client-nya terdahulu, Aji menekan keinginannya seperti anjuran Arsa.

Tetapi Aji total mengerti. Keadaan mereka sudah tidak sama. Mau beribu kali ia jujur atas perasaannya selama ini pun belum tentu Lingga mau percaya kepadanya begitu saja.

Ia kembali bertanya kepada dirinya sendiri, apakah benar harus seperti ini dulu?

Apakah tidak sebaiknya ia segera menemui Lingga dan meminta maaf?

Pastinya ia akan terlebih dahulu mengatakan bahwa Lingga tidak perlu khawatir, karena tentu saja ia tidak akan lancang selama Lingga belum berkenan, bukan begitu?

Belum...? Atau malah tidak akan...?

Aji memiringkan tubuhnya yang sedari tadi terbaring di atas sofa. Malam ini ia harus dapat tidur lebih nyenyak, melupakan tempat tidur megahnya di kamar tidur utama— yang dahulu menjadi kamar Lingga— karena kalau tidak, sesi-nya esok pagi bersama dengan Dokter Prawira tidak akan berjalan dengan semestinya.


*

*

*


"Lingga sudah pulang??"

Sebenarnya Aji sudah dapat memastikan akan bagaimana reaksi Tuan Damaris sebelum akhirnya ia bercerita tentang kepulangan Lingga ketika mereka bertemu pagi ini secara tidak sengaja.

Ia memiliki jadwal sesi bersama dengan Dokter Prawira, yang mengakibatkan pertemuannya dengan Tuan Damaris menjadi terus-terusan menjadi kebetulan, kalau memang mereka tidak memutuskan bertemu secara khusus seperti bersama dengan Lintang untuk beberapa kali sebelum ini.

Tuan Damaris akan selalu menjadi Dokter kepercayaan Adhiwangsa, walau kedua orang tua mereka yang notabene membutuhkan perlakuan kesehatan khusus sudah tiada. Karena ketika para Pekerja Rumah Tangga di Rumah Besar jatuh sakit, mereka tidak memiliki orang lain lagi selain Beliau. Mengingat jumlah besar para Pekerja di sana, di antaranya bahkan memiliki usia tidak sangat jauh dari Ayah mereka.

"Lingga sudah pulang ke Indonesia??"

Aji terkekeh mendengar pertanyaan serupa yang kembali Beliau lontarkan. "Sudah, Om." Jawabnya dengan sebuah senyum berseri, menandakan bahwa kabarnya ini bukan ilusi depresinya semata.

Wajah Beliau berseri. Senyumnya mengalahkan Aji. Antara lega, juga masih sedikit tidak percaya. Kemudian sebelah tangannya terangkat, mengusap punggung Aji dengan hangat, kembali membayangkan sudah entah seperti apa yang Aji lalui selama ini, bahkan sebelum Lingga memutuskan untuk pergi jauh dari mereka.

Glimpse of Heaven : Finale - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang