Unbearable

172 19 17
                                    

"Diminta orang-orang Maskapai?"

"Iya." Tujuan Kresna agar mereka dapat bertemu saat ini salah satunya adalah itu. "Ada perubahan Posisi di beberapa bagian, termasuk SDM yang menangani FAA, dan tiba-tiba aja mereka menanyakan tentang kesiapan lo, apakah masih berkenan bergabung dalam waktu dekat? Karena kemarin itu memang gue ada cerita ke mereka kalau lo sudah mulai bekerja di Adhiwangsa Sepuluh."

FAA atau Federal Aviation Administration, atau yang sering disebut dengan Administrasi Penerbangan adalah badan yang bertanggung jawab atas keselamatan dan efisiensi penerbangan sipil, dan merupakan posisi penting pada sebuah Maskapai.

Aji adalah salah satu yang sangat diharapkan ketersediannya atas tawaran tersebut.

Hingga akhir tahun 2021 Indonesia sendiri menggunakan AirNav sebagai agen administrasi penerbangan sipil yang berlaku dan dibawahi langsung oleh VRS atau Voluntary Reporting System Kementrian Perhubungan yang merupakan Sistem Database Keselamatan Penerbangan Nasional untuk mendukung Program Keselamatan Penerbangan Nasional / State Safety Programme (SSP) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

Dengan kata lain, Administrasi Penerbangan tersebut bersifat kedua paling krusial dengan apa yang telah dilakukannya selama menjadi Pilot sebelum lepas landas.

Aji tidak akan bekerja sendiri, terdapat bagian tertentu yang akan disesuaikan dengan kemampuan calon SDM terlebih dahulu, maka Kresna berpikir tidak ada salahnya untuk bertanya kepada Aji karena mungkin saja ini merupakan salah satu langkah awal Aji agar dapat kembali terjun ke dalam dunianya sebelum memutuskan hiatus.

"Lo pikirin aja dulu." Namun walau begitu, di sisi lain ia ingin memaklumi karena kondisi Aji juga tidak mudah. "Ambil waktu sebanyak yang lo butuhkan, lebih cepat lebih baik."


*

*

*


Kedua mata Lingga berbinar penuh harap. Hingga saat ini ia masih menginginkan Aji untuk dapat kembali beraktifitas sesuai dengan profesinya, sama seperti dirinya hingga detik ini, karena tentu saja bukan perihal sepele mengingat entah seperti apa yang telah Aji lakukan demi mimpinya itu dapat terwujud.

Banyak waktu yang telah mereka korbankan, banyak cerita berasal dari sana, banyak pula rindu yang tergugah maka kalau boleh jujur Lingga tidak pernah menyangka jika kala itu Aji memutuskan berhenti walau memang bersifat sementara.

Selanjutnya, waktu mereka akan kembali menjadi korban utama, toh mereka hidup selama ini juga berkat itu.

Jarak yang kian jauh terbentang, waktu yang kian banyak tersita.

"Aku sudah buat janji dengan Dokter Prawira besok pagi. Konsultasi dulu bagaimana baiknya." Gugup adalah satu istilah yang tepat saat ini. Tak ada bedanya jika dibandingkan dengan pengalamannya ketika memutuskan mendaftar di Deraya untuk pertama kalinya, tentu saja setelah berhasil mengantungi restu sang Ayah.

Rasanya ia ingin meminta restu Beliau sekali lagi, namun yang di hadapannya kini hanya Lingga.

Hanya Lingga yang dimilikinya saat ini dan hingga kapan pun.

"Boo..." Aji menangkupkan kedua telapak tangan Lingga pada kedua sisi wajahnya, ia menatap wajah Lingga lamat-lamat tanpa mengeluarkan kalimat apapun, padahal di dalam hatinya sedang begitu banyak menghaturkan do'a.

Semoga ia masih memiliki kesempatan kedua atas cita-citanya tersebut.

Aji kian menyurukkan wajahnya di dalam pelukan Lingga padahal tubuhnya masih senantiasa bersimpuh.
Lingga yang terduduk bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menggerakkan tubuhnya dengan leluasa.

Glimpse of Heaven : Finale - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang