Hallo, i'm back😁 🤟
Satu vote+komen kalian, semangatku!!!
🔥🔥🔥"Gue berangkat sendiri aja, Fa."
"Kenapa?!" sentak Afghan.
Mikha tidak berani mengangkat pandangannya. Gadis itu terlalu takut bertemu tatapan tajam Afghan. "Gue nggak mau lo turunin di tengah jalan---"
Belum sempat Mikha menyelesaikan ucapannya, Afgan menarik paksa pergelangan tangan Mikha. "Naik!"
Mikha tersentak, membuat tubuhnya menatap badan motor besar Afghan. Gadis itu meringis pelan.
"Lo mending berangkat sekarang, Fa. Takutnya ntar gerbang sekolah ditutup," kata Mikha memberanikan diri.
"Naik, Mikhayla!"
"Tapi----"
"Budeg lo?!"
"Iya ini gue naik."
Dengan terpaksa Mikha naik ke motor Afghan. Dia tidak mau membuat cowok itu semakin emosi. Afghan benar-benar berhasil membuatnya takut.
Mood Afghan pagi ini sedang buruk. Tidak ada niatan membentak Mikha sama sekali, tapi gadis itu terus-terusan memancing emosinya. Apa susahnya tinggal naik ke motornya, duduk di jok belakang. Lagian Afghan tidak akan menurunkan gadis itu di tengah jalan seperti sebelum-sebelumnya. Afghan menjemput Mikha bukan karena apa, tapi dia harus terlihat benar-benar menjalin hubungan dengan siswi baru di depan teman-temannya. Sialan, mengapa semakin rumit!
Motor besar Afghan sudah membelah jalanan Jakarta di pagi hari. Afghan tidak lepas menatap spion-nya yang memantulkan jelas wajah sebal Mikha, membuat gadis itu terlihat lucu di matanya.
"Khay," panggil Afghan sembari menarik pergelangan tangan Mikha yang diletakkan di belakang tubuhnya.
"Pegangan," lanjutnya yang sudah berhasil melingkarkan dua tangan gadis itu di perutnya.
Sekali lagi Afghan melirik spion-nya, ekspresi Mikha sudah berganti dari yang sebal menjadi datar. Apa gadis ini marah dengannya karena dia memaksa untuk berangkat bersama ke sekolah. Harusnya gadis itu berterima kasih karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk naik angkot.
"Maaf."
Mikha sontak membulatkan matanya karena samar-samar mendengar Afghan mengucapkan maaf. Serius cowok di depannya mengatakan maaf, kalau saja ini bukan di atas motor, Mikha pasti sudah mencatatnya di buku diary miliknya. Kata maaf kedua yang keluar dari mulut seorang Afghan Naraja.
Karena tidak mendapat jawaban, Afghan kembali membuka suara. "Maaf, Khay," ucap Afghan sedikit lebih keras dari sebelumnya.
Afghan mengira kalau Mikha tidak mendengar ucapan maafnya, padahal gadis itu kaget sampai bingung harus berkata apa. Bukannya lebay, tapi Mikha baru kali ini dekat dengan seorang cowok dan itu seorang jelmaan iblis, jadi wajar saja kalau dia tidak percaya seorang Afghan Naraja menurunkan egonya demi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, AFGHAN! | ON GOING
Novela Juvenil"Aku adalah pemeran antagonis dalam cerita orang lain." ••••• Afghan Naraja, cowok dengan mulut lemes dan asal jeplak yang mampu membuat siapa saja naik darah jika berada di sampingnya. Kepribadian yang sangat berbanding terbalik membuat teman-tema...