17. Ikhlas

164 11 8
                                    

Pagi yang cerah, secerah hari Shandy, ini weekend, dan sekarang waktunya ia memanfaatkan untuk berolahraga. Hal yang tidak pernah Shandy lakukan dulu selama menjadi abang, karena dihari minggu ia harus mencari pundi-pundi biaya untuk sekolah adik-adiknya. Menguncir rambutnya yang agak sedikit panjang, Shandy keluar dari rumah. Mungkin karena hari minggu, jadi para tetangga nya belum ada yang nongol keluar rumah.

"KEMARI KAMU PENCURI MANGGA" Teriak ibu-ibu dengan membawa pisau ditangan nya, menjadikan Shandy yang berlari menghindari amukan itu melotot ngeri.

Shandy semakin menaikkan kecepetan berlarinya, meski kenyataannya hal itu malah membuat tenaga nya terkuras banyak. Membelokkan tubuhnya kearah pepohonan, Shandy mendapati satu pohon berukuran besar yang cukup menyembunyikan dirinya.

Tanpa pikir panjang, Shandy langsung mendekati pohon itu, namun ternyata ada seseorang dibalik pohon besar itu. Alhasil keduanya saling bertabrakan. Shandy tentu meringis apalagi ia sadar bahwa ia telah menimpa tubuh di bawahnya, yang baru ia ketahui adalah perempuan.

Shandy ingin bangkit, namun disisi lain ia takut bahwa ibu-ibu tadi akan melihatnya.

"Pliss gw lagi jadi buronan. Bentar doang kok ini" Bisik Shandy ketika mulai mendengar seruan-seruan yang menyerukan kata maling.

Perempuan yang sedang di tindihi Shandy, hanya menampilkan ekspresi datar. Shandy terbatuk kecil, perasaan ia hanya mengambil sebiji bukan sepohon.

Menunggu beberapa saat, akhirnya ibu-ibu tadi pergi. Shandy sedikit mengangkat kepalanya. Menghela nafas lega, Shandy buru-buru bangkit begitu menyadari adanya kasur bernyawa yang sudah ia tindihi sedari tadi.

"Hehehe thank's ya" Kata Shandy mengamati bagaimana perempuan itu juga bangun dari posisinya.

Mendapati situasi yang berubah canggung, Shandy berdeham. Tatapannya jatuh pada mangga yang ditangan nya. Tanpa aba-aba, Shandy membanting nya pada akar kayu yang mencuat hingga buah mangga itu terbagi menjadi dua.

Air liurnya nyaris menetes, namun sebisa mungkin Shandy menjaga image di depan perempuan cantik. Shandy menyodorkan separuh buah mangga nya kepada perempuan tadi. Namun melihat tatapan tajam yang di lemparkan untuknya, Shandy menarik kembali uluran tangannya.

Mencoba mengabaikan kehadiran perempuan disamping nya, Shandy mulai menggigit mangga tersebut. Satu ringisan lolos dari bibirnya saat ngilu mendadak menyerangnya.

"Btw nama lo siapa?" Tanya Shandy disela kunyahannya.

Yang diberi pertanyaan sedikit mengangkat alisnya. Dia yang mengangkat alisnya, Shandy yang meleyot, hadeuh. Seketika rasa asam buah mangga mendadak berubah menjadi gula cair.

Tanpa menjawab, perempuan tersebut langsung bangkit tanpa sepatah kata.

"Sombong lu, gw doain semoga kita jodoh" Dumel Shandy.

Suara petir tiba-tiba terdengar jelas. Shandy tersedak begitu suara petir tiba-tiba berbunyi.

"Apakah ini definisi ucapan adalah doa? Tuhan tidak meng-iyakan perkataan ku kan? Padahal gw tadi asal nyeplos" Ucap nya sambil melihat ke langit.

.

.

.

*Dirumah
Pagi ini mereka bingung mencari keberadaan Shandy yang tiba-tiba menghilang. Shandy memang sengaja tidak izin kepada abang dan adiknya untuk lari pagi.

"As-salam-mu-alaikum" Ucap Shandy dengan nafas terengah-engah sambil memegangi pintu guna mengatur nafasnya kembali.

"Waalaikumsalam. Akhirnya lo balik Shan. Gw kira lo hilang di culik alien" Celetuk Gilang.

Nothing I'm Fine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang