16. Teman

1.1K 191 2
                                    

"Udah dong mukanya jangan cemberut gitu," bujuk Kai. Kai terkekeh saat Rose membuang muka tidak mau menatap ke arah kakaknya.

Kai dan Rose saat ini tengah berada di bandara. Rose dari berangkat sampai sekarang masih saja merah pada Kai.

Kai menghela nafas pelan, ternyata sulit juga membujuk adiknya yang sedang merajuk. "Ya udah sekarang maunya apa? Mau ikut?"

Rose menggeleng, ia tidak ingin ikut nanti kalau dia ikut bagaimana dengan sekolahnya disini. Ia marah karena lagi-lagi semua orang pergi dan meninggalkannya sendiri.

Kai tersenyum mengelus kepala Rose ia juga sebenarnya ingin lebih lama berada di sini, di tanah kelahirannya dan menemani Rose. Tapi ia bisa apa, masalahnya disana lebih butuh dirinya.

"Hiks ... semuanya aja pergi hiks ... gak ada yang peduli sama gue." Isak tangis Rose membuat Kai merasa bersalah.

Kai langsung mendekap tubuh Rose. Mengelus punggung bergetar milik adiknya membiarkan gadis itu mengeluarkan tangisnya agar lebih tenang.

"Jangan nangis kaya gini dong makin berat gue perginya. Kemarin Kris pergi gak sampe nangis tuh kenapa sekarang rewel kaya gini?" tanya Kai setelah Rose mulai tenang.

Rose menghapus air mata di pipinya. "Nggak papa. Kalau udah sampai tolong bilang ke mami suruh cepat pulang," cicit Rose.

"Iya. Selama sendiri di rumah jangan nakal ya?"

Rose memukul dada Kai, "gue nggak pernah macem-macem ya!"

Kai tertawa, "iya tau kok anak kesayangan mami paling baik nggak mungkin nakal."

Rose tersenyum, "udah sana masuk inget hati-hati salam buat mami sama papi."

"Iya. Langsung pulang habis ini jangan keluyuran," pesan Kai. Rose melambaikan tangannya sampai punggung Kai tidak terlihat ditelan keramaian bandara.

"Yuk Pak langsung pulang." Rose berjalan lebih dulu dari sopirnya.

°*•*•*°

Sampai rumah Rose dikejutkan oleh keberadaan Eunwoo disana. Cowok itu duduk di kursi yang ada di teras sambil bermain hape belum menyadari kedatangan si pemilik rumah.

Rose berdehem keras sampai membuat Eunwoo sadar dan mendongak. "Ngapain disini?" tanyanya ketus.

Eunwoo diam sejenak memperhatikan Rose, "itu ... Gue disuruh Kai buat nemenin lo disini," jawab Eunwoo apa adanya.

Tadi saat dia dan teman-temannya sedang kumpul-kumpul Kai meminta datang ke rumah untuk menemani adik tersayangnya. Tanpa menolak Eunwoo langsung meluncur kesini. Melupakan acara move on-nya. Karena Rosé lebih penting.

Rose menatap dalam bola mata Eunwoo. "Gue bukan anak kecil yang perlu dijaga. Lo pulang sana!" Lalu masuk dan tanpa diminta Eunwoo mengikuti dirinya.

"Beneran gak perlu dijaga? Prediksi gue nanti malem mati lampu loh, berani lo tinggal di rumah gelap-gelapan sendirian?" goda Eunwoo ujung bibirnya berkedut ingin tertawa saat wajah Rose berubah tegang.

Ia tidak bohong soal nanti malam akan ada pemadaman listrik ia tahu karena itu berita dari PLN langsung di siaran tv. Tapi untuk peringatan kota lain. Daerah tempat tinggal Rose aman.

"Bercanda lo gak mempan."

Eunwoo mengedikkan bahunya cuek, "ya udah kalau nggak percaya. Gak rugi juga gue." Dengan gaya songongnya ia duduk mengangkat kaki ke meja kaca didepannya.

Rose geleng-geleng kepala, ada ya tamu macem Eunwoo. Tidak menghargai tuan rumah sama sekali. Ia menaiki tangga menuju kamar untuk mengganti baju biarkan saja Eunwoo sendiri disana. Rose masih kesal dengan kejadian diparkiran kemarin.

My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang