Komen tentang park ini ya guys! Jangan komen next cerita ini bakal tetap lanjut tanpa kalian suruh:(
Enjoy happy reading!
*•*•*
"Aw! ... Ma sakit," rintih Eunwoo.
"Tau sakit kenapa nyari luka?" Yoona mengomel sembari terus mengobati luka dan lebam pada wajah anaknya.
Pulangnya Eunwoo dengan wajah yang lebam dan luka mengagetkan Yoona yang saat itu sedang santai nonton tv. Sebagai seorang ibu ia tentu khawatir dengan anaknya. Dia tidak henti-hentinya menceramahi anak satu-satunya itu.
"Aduh ... Mama jangan di gosok, muka aku bukan piring." Eunwoo meringis ketika ibunya menekan dan menggosok wajahnya, walau pelan tapi tetap sakit. Eunwoo kapok pulang kerumah dalam keadaan luka.
"Lebay. Ini darahnya kering nempel makanya mama gosok dikit biar ilang. Besok-besok lagi ya, biar mama ilangin muka kamu sekalian."
Eunwoo cemberut "jangan gitu dong, jahat banget," gerutunya setengah merengek.
"Kenapa itu muka?" Siwon baru keluar dari ruang kerja, Ia duduk di samping Yoona yang tengah membereskan kotak P3K.
Eunwoo melirik ayahnya singkat. "Biasa. Urusan cowok."
Siwon menggeleng pelan. Biasa? Ya itu sudah biasa. Dia tau semua yang Eunwoo lakukan di luar sana. Siwon pernah remaja, pernah melewati masa muda. Dulu juga dirinya sama dengan Eunwoo, nakal. Kemungkinan sifat bengalnya waktu remaja menurun ke anaknya.
"Oh ya, Apartemen baru kamu sudah bisa di tempati." Siwon memberikan sertifikat pembelian apartemen baru untuk Eunwoo. Semuanya sudah lengkap Eunwoo tinggal menerima bersih.
"Siapa yang mau nempatin?" tanya Yoona galak.
"Aku lah," jawab Eunwoo. Ia menerima dengan senang hati surat itu.
Sudah lama ingin punya apartemen sendiri tapi baru bisa tercapai sekarang, tentu ini hasil dari keringatnya sendiri. Mana mungkin ayahnya memberikan apartemen baru secara cuma-cuma.
"Kamu mau tinggal di apartemen gitu? Sendiri?"
Eunwoo mengangguk senang, tapi justru Yoona menolak mentah-mentah keinginannya. "Gak bisa! Enak aja mau tinggal sendiri. Gak bisa pokoknya mama gak setuju!" Bantah Yoona."Pa," panggil Eunwoo pelan seolah meminta bantuan meluluhkan Yoona.
Siwon menghela nafas ia merangkul pundak Yoona, mengusapnya pelan memberi ketenangan. "Dia udah dewasa ma, biarin aja tinggal sendiri."
"Tapi pa—"
"Mama kan pernah bilang katanya pengen Eunwoo jadi orang sukses dan mandiri. Sekarang ini dia mau belajar mandiri. Emang kamu mau dia sampai tua gak bisa ngapa-ngapain dan selalu bergantung sama kita? Lagi pula aku pasti akan selalu awasin dia, kalau itu yang kamu khawatirin."
Yoona termenung dengan wajah sedih, perkataan suaminya benar. Namun hatinya masih belum rela jika harus pisah rumah dengan anaknya. Rasanya baru kemarin Eunwoo kecil bermain di teras rumah, hingga kini sudah besar dan mau pisah tinggal dengannya.
"Iya aku juga tinggalnya gak jauh-jauh kok, deket banget malah. Lima langkah dari rumah hehe" canda Eunwoo mencoba menghibur Yoona yang terlihat sedih.
Perlahan Yoona mau tersenyum lalu mendekat untuk memeluk anak tersayangnya. "Kalau itu mau kamu, mama dukung. Asal janji,"
"Apa?" tanya Eunwoo.
"Jaga diri baik-baik jangan sering keluyuran pulang malem. Jangan telat makan, kamu kan kebiasaan kalau sibuk lupa makan. Pokoknya jangan bikin mama khawatir."
Eunwoo tersenyum, ia sangat beruntung memiliki ibu yang perhatian dan pengertian seperti Yoona. "Iya."
Besoknya, Eunwoo datang ke gedung apartemennya untuk mengecek jika sesuai dengan keinginannya ia akan segera pindah kesini. Eunwoo memasuki lift yang akan mengantarnya ke lantai 10, lantai kamarnya. Setelah sampai Eunwoo masuk ke dalam dengan kartu akses.
Kamar dan isinya sesuai harapan Eunwoo. Siwon memang paling tau apa yang dia inginkan.
Apartemen ini mempunyai 2 kamar. Kamar tidur dan kamar tamu lengkap dengan kamar mandi di dalamnya. Juga ada dapur, ruang tengah dan balkon.
Puas mengecek kamarnya Eunwoo keluar dari sana. Beralih ke dapur melihat-lihat, membuka kulkas yang ternyata kosong tidak berisi apa-apa. Ia lupa apartemen ini masih sangat baru jadi semuanya kosong bahkan air minum saja tidak ada.
Eunwoo akhirnya memutuskan turun ke lantai dua yang dimana disana terdapat pusat perbelanjaan yang lumayan lengkap. Eunwoo memasuki toko yang menjual minuman.
"Eunwoo?" Suara berat itu terdengar dari arah belakang.
Eunwoo diam beberapa detik kemudian tersenyum kikuk. Tidak menyangka akan bertemu dengan Kris kakak dari Rose.
"Eh bang Kris ngapain bang?" sapanya pelan kaku tapi ketika tersadar dengan pertanyaannya sendiri Eunwoo meruntuk dalam hati karena pertanyaan basa basi nya yang terkesan bodoh.
Ya disini belanja lah ngapain lagi emang? Tolol banget pertanyaan gue.
Kris tersenyum tipis hampir tidak terlihat sedang tersenyum, "Makan."
"Sendirian aja bang?" tanya Eunwoo melirik sekitar Kris siapa tau kan dia datang bersama—
"Sama mereka," ujar Kris menunjuk ke arah tempat duduk yang berisi Rose, Kai dan satu lagi laki-laki yang Eunwoo tidak kenal.
"Mau gabung?" tawar Kris.
Eunwoo mengangguk lalu mengikuti langkah Kris berjalan menghampiri tiga orang itu.
Semakin dekat Eunwoo bisa merasakan kedekatan Rose dan laki-laki disampingnya. Mereka tertawa sampai tidak menyadari kedatangan Kris dan dirinya. Belum kenal saja Eunwoo langsung tidak suka dengan pria itu. Terlihat sekali dia sedang menggoda Rose, lebih ngeselin lagi Rose menanggapinya dengan senyum malu-malu.
Kalau disekolah mungkin ia bisa mengusir orang yang mencoba mendekati gadis itu, tapi jika di luar begini apalagi ditambah Kris dan Kai, Eunwoo harus berpikir dua kali untuk melakukan itu.
Jadi Eunwoo mencoba sabar untuk saat ini.
"Mas bro ketemu lagi kita!" Kai berseru menyambut kedatangan mereka. Eunwoo membalas pelukan hangat dari Kai lalu duduk di sampingnya.
Senyum Rose luntur perlahan menatap Eunwoo yang juga sedang menatap ke arahnya. Suasana menjadi canggung dan hening sesaat. Hingga Kai berbicara tanpa tau situasi.
"Kenalin nih Woo sohib gue namanya Sehun. Hun ini Eunwoo pacar adek gue" Mata Rose melebar hendak protes, tapi tidak jadi Sehun mendahului dengan mengulurkan tangan kepada Eunwoo.
"Salam kenal," ucap Sehun singkat sambil tersenyum samar. Sifatnya ternyata sebelas-dua belas dengan Kris sama-sama irit bicara dan minim ekspresi.
Eunwoo membalas uluran tangannya dengan enggan.
Sehun menarik tangannya lalu kembali fokusnya pada Rose yang diam. "Kamu kenapa?" tanya Sehun tatapan matanya berubah teduh. Dalam hati Eunwoo mencibir.
Rose menggeleng lalu menunduk melihat makanannya yang tinggal setengah, "enggak pa-pa."
Dirinya dan Sehun dekat karena dia sahabat Kris dan Kai. Rose juga sudah menganggap Sehun seperti kakaknya sendiri, sikap hangat Sehun membuat Rose nyaman sama seperti ketika bersama kedua kakak kembarnya.
"Jadi udah pindah?" Kai bertanya setelah mengetahui bahwa Eunwoo disini membeli apartemen.
"Belum rencananya besok atau dua hari lagi pindahannya," jawab Eunwoo.
"Kapan-kapan main kerumah Wo kita main PS bareng kaya dulu. Jarang sekarang lo main semenjak kita berdua pulang."
"Iya bang gue usahain."
Rose hanya mendengarkan obrolan Kai dan Eunwoo sesekali juga menanggapi Sehun yang mencoba mengajaknya berbicara. Itu semua tidak luput dari pengawasan Eunwoo.
-To be continued-
Ada Sehun, semoga dia bertahan sampai akhir di cerita ini:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy
أدب الهواة"Bisa gak si lo berhenti gangguin gue?!" "Gak bisa." Ini tentang Eunwoo yang suka menggoda dan Rose yang emosian, dan juga kisah mantan yang gak bisa move on. Eunrosé story 🧚 Rank🏆 #1 in eunrosé #2 in aroha #2 in eunwooastro #10 in roseannepark