Karya ini asli dari pemikiran aku sendiri. Dan apabila ada kesamaan dalam NAMA TOKOH, JUDUL CERITA,
DLL. ITU MURNI KARNA KETIDAK SENGAJAAN.selamat membacaaa
•
•
•Malam ini, malam yang begitu sunyi hanya ditemani oleh derasnya hujan dan petir yang menggelegar, tak membuat gentar seorang gadis yang menatap kosong kearah jendela kamarnya. Entah apa yang ada dipikiran gadis berambut sebahu itu hingga tak menghiraukan dinginnya angin malam akibat derasnya hujan malam ini. Hujan yang akhir akhir ini seolah sudah menjadi teman malam bagi gadis itu.
Gadis berambut sebahu itu adalah Bianca. Bianca jadi teringat pada sang bunda, bunda yang tak bisa berperan seperti namanya. Apa pantas untuk tetap dipanggil bunda?.
Bunda yang seharusnya menemani masa kecilnya, mendengar kan keluh kesahnya, memberi nasihat untuk nya, memarahinya ketika ia berbuat salah, mengajarinya cara berhitung, mengajarinya untuk mengheja huruf, atau bahkan mengajarinya untuk menggambar, atau berperan layak nya ibu pada umumnya untuk hanya sekedar mengantarnya sekolah. ketika pagi membuat kan nya sarapan, atau ketika malam bundanya berinisiatif membacakannya dongeng ketika ia hendak tidur.
Tapi bundanya tak melakukan semua hal yang seharunya menjadi perannya, bunda nya bahkan pergi meninggalkannya, meninggalkan seorang gadis kecil yang rapuh dengan seorang ayah yang berusaha kuat.
Ketika dulu Binca kecil mengangkap bahwa ia harus sedikit berpikir dewasa untuk memahami segala hal yang orang tua nya lakukan. Seperti ketika kedua orang tua nya sedang bertengkar yang bianca lakukan yaitu hanya akan diam didalam kamarnya dan tidak menangis agar tak membuat keduanya repot, atau ketika pagi bianca akan langsung mandi tanpa meminta untuk dimandikan, lalu ia akan duduk dimeja makan untuk sarapan yang hanya ditemani oleh ayahnya tanpa bundanya.
bianca kecil begitu ingin mengerti semua hal tentang bunda nya tapi mengapa bunda nya tak pernah mengerti akan dirinya, mengapa bundanya tak pernah memikirkan gadis kecilnya, mengapa?
"Huftt" hembusan hafas yang perlahan keluar dari bibir gadis yang tengah menahan kesesakan di dadanya. Malam semakin larut
Bianca segera menutup tirai jendela kamarnya, lalu bianca menaiki kasurnya yang terlihat sangat nyaman untuk ia tiduri kemudia menarik selimut hingga pinggangnya, dan mematikan lampu kamarnya berharap esok ia akan menemukan hari yang indah.•••
Pagi yang begitu cerah, membangkitkan gairah semangat anak muda untuk pergi kesekolah, sama hal nya dengan bianca gadis itu sedang menalikan tali sepatu nya di di kursi depan rumahnya, sembari menunggu ayahnya yang sedang memanaskan kendaraan beroda empat nya.
Pagi ini bianca akan diantar oleh ayah nya untuk pergi kesekolah sembari ayahnya berangkat untuk berkerja. Bianca memang tak bisa membawa kendaraan, ia akan diantar jemput oleh ayahnya atau menebeng pulang bersama lia temannya.
"Ayah tau ngga? Bianca udah dipilih jadi salah satu anggota osis disekolah tau." Cerita bianca untuk memecahkan keheningan yang terjadi diantara ia dan ayahnya dimobil.
"Oh iya? Yah bianca nya ayah bakalan lebih sibuk dong disekolah" jawab ayahnya dengan nada seolah olah tak rela.
Bianca pun tertawa melihat kelakuan ayahnya, bianca jadi penasaran hal apa yang membuat bundanya meninggalkan pria sebaik ayahnya, jika bianca bertanya pada ayahnya pasti binaca tak mendapatkan jawaban, untuk itu bianca memilih diam.
Tak terasa bianca sudah sampai di depan gerbang sekolahnya, bianca pun mencium tangan ayahnya sembari keluar dari mobil dan berjalan ke arah kelasnya.
•••
Sesampainya dikelas bianca langsung disambut oleh suara triakan arin yang sangat sangat keras.
"SELAMAT PAGI BIANCA KUU, AWALI PAGI MU DENGAN SEMANGAT!!" Kata arin sembari berjalan kearah bianca. Sungguh bianca rasanya ingin memanggil rifki detik ini juga agar teman didepannya ini berhenti untuk berteriak, ia yakin jika ada rifki pasti arin langsung berubah layaknya gadis lemah lembut gemulay.
"Rin masih pagi jangan sampe lo digibahin sama anak kelas sebelah gara gara suara triakan lo" kata bianca.
"Hehe lupa" bianca yang mendengar itu pun hanya terkekeh geli.
Disela obrolan nya dengan arin bianca pun menoleh kearah luar pintu kelasnya, disana ia melihat aksara yang melewati kelasnya sembari membawa kotak sampah yang hendak dibuang ke pembuangan sampah yang berada dibelakang gedung sekolah, otomatis aksara akan melewati kelasnya.
Melihat aksara yang selalu berpenampilan rapih mampu membuat bianca tersenyum senyum sendiri, bianca begitu menyukai laki laki yang selalu rapi dalam berpenampilan. hingga lupa bahwa ada arin yang sedang bercerita.
"Ca! Dengerin gue ngga sih? Ngeliat apaan sih lo?" Kesal arin sembari menoleh kearah pandangan bianca.
"Ngga ngeliat apa apa kok" jawab bianca mengalih kan pandangannya kearah arin.
Aksara lewat aja bikin bianca salah tingkah apa lagi kalau aksara udah jadi pacar bianca pasti sangat menyenangkan melalui hari hari yang panjang disekolah, duduk berdua dengan aksara, makan dikantin berdua, atau menghabiskan waktu hanya dengan membaca buku diperpustakaan juga bianca bakal iya in.
"Gimana ya kalau gue di posisi kak tasya, pasti gue bersyukur banget punya cowo setampan dan sesempurna kak aksa."
Batin biancaSeolah sadar dari pikiran liar nya bianca langsung menggelengkan kepalanya seolah menginginkan agar cepat keluar dari dunia yang ia ciptakan.
Ngga bakalan mungkin kak aksa jadi pacar gue. Batin bianca menertawakan kebodohannya.
•
•
•
VOTE AND KOMEN DIPERLUKAN UNTUK KELANJUTAN CERITA♡.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG RASA UNTUK AKSARA (ON GOING)
Подростковая литература♡♡♡♡ Lembaran kisah yang menceritakan seorang gadis yang begitu mencintai seorang laki laki yang bahkan tidak pernah berinteraksi dengan Nya. apakah mungkin rasa cinta itu terbalaskan? atau bahkan terhempas jatuh dan menghilang.? bagaimana mungkin g...