Beverley merasa sangat kesal dan cemas. Dia mempertahankan dirinya untuk tetap diam di sepanjang jalan sampai akhirnya mobil yang dia tumpangi sampai di kantor kepolisian terdekat. Dia baru akan turun ketika Brent tiba-tiba mengulurkan tangan padanya.
"Apa?!" Dia langsung bertanya.
"Pinjamkan aku ponselmu," ucap Brent.
"Untuk apa?"
Brent mendengkus. "Kau akan tahu nanti."
Dia ragu-ragu sejenak. Tapi setelah berpikir selama beberapa saat, akhirnya dia memberikan ponselnya padanya. "Jangan menggunakannya untuk macam-macam!"
Brent hanya meliriknya dengan sinis sebelum turun dari mobil. Dia mendial beberapa nomor untuk menelepon seseorang. Beberapa saat kemudian, Beverley mendekatinya tepat setelah dia selesai menelepon.
"Siapa yang kau panggil?"
"Seseorang yang lebih berguna," jawab Brent tanpa ekspresi. Kata-katanya hanya terdengar seolah Beverley sama sekali tidak berguna. Itu membuatnya merasa semakin kesal.
'Bukankah kau yang sudah menyebabkan ini semua? Kau bahkan harus meminta bantuan orang lain untuk menyelesaikan ini. Kau sama tidak bergunanya denganku!' Dia menggerutu dalam hati.
Brent tidak tahu dan tidak peduli apa yang dipikirkan Beverley. Dia berjalan mendekati dua petugas polisi yang hendak menghampiri mereka. Wanita itu hanya bisa mengekorinya dalam diam.
"Sir, Ma'am, silakan ikuti kami," kata salah satu petugas polisi.
Brent mengangguk. Sementara Beverley merasa sedikit tidak tenang. Bagaimanapun juga, dia tidak pernah berurusan dengan seorang polisi. Itu membuatnya khawatir.
"Bagaimana kau akan menangani ini?" bisik Beverley. Dia tidak tahan untuk tidak bertanya. Namun, Brent hanya meliriknya sekilas, tidak berniat untuk menjawab pertanyaannya.
"Brent, kau benar-benar ...."
"Diamlah. Hanya masalah sepele seperti ini tidak akan membuatmu dipenjara," bisik Brent dengan nada yang mengejek.
Beverley tidak bisa berkata-kata. Pria itu benar-benar sombong dan senang mengejeknya. Dia merasa sangat kesal sampai di titik ingin mencakar wajahnya atau menendang pantatnya. Apakah pria itu hanya bisa bersikap baik pada pacarnya saja?
Mereka akhirnya sampai di dalam gedung kepolisian yang terlihat modern. Ada ruang tunggu sebelum koridor panjang yang di sisi kanan-kirinya merupakan kantor para petugas. Dindingnya didominasi oleh kaca-kaca yang bagian atasnya cukup tembus pandang sehingga orang luar bisa melihat para petugas kepolisian yang sedang bekerja.
Tiba-tiba seseorang berlari masuk mendekati mereka. Dia adalah Jace, orang yang dipanggil Brent. Pria itu tersenyum ramah pada Brent sebelum akhirnya tersenyum pada semua orang.
"Kau tunggulah di sini," kata Brent pada Beverley.
"Mm. Baiklah." Dia hanya bisa mengangguk. Kemudian keempat pria itu memasuki salah satu ruangan yang lebih tertutup. Dia tidak mengerti ruangan apa itu, dan hanya duduk di kursi tunggu yang tersedia.
Lima belas menit berlalu. Pintu yang tertutup akhirnya terbuka. Brent berjalan keluar ruangan dengan Jace. Ekspresi Brent terlihat acuh tak acuh seperti biasa, berbeda dengan Jace yang lebih hangat dan ramah.
"Ma'am, kalian sudah bisa melanjutkan perjalanan," ucap Jace pada Beverley. Pria berambut dan bermata cokelat gelap itu tidak melupakan senyumnya yang menawan.
"Benarkah? Apa yang kalian bicarakan di dalam? Dilihat dari ekspresimu, sepertinya tidak ada kesulitan sama sekali?" Beverley bertanya dengan penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married to the Scandalous Billionaire (21+)
Romance[WARNING! FOR 🔞 ONLY] Setelah bertengkar dengan ibu tirinya, Beverley tiba-tiba mendapatkan undangan pernikahan yang isinya membuat wajahnya memucat. Bukan karena undangan itu datang dari mantan kekasihnya yang menikah dengan wanita lain, melainka...