02

607 94 16
                                    


Rosé mencoba menghibur Jennie yang bersedih karena perlakuan buruk Jisoo tadi. Meskipun ia tidak melihat langsung kejadian itu tetap saja ia bisa merasakan sakitnya ada diposisi Jennie. Diperburuk oleh mahasiswa-mahasiswa disini dengan menjadikannya bahan gunjingan dan olok-olokan.

"Dia gak tau diri banget ya. Pake coba deketin ketua BlacKaisu." Sindir salah satu mahasiswa dengan teman-temannya.

"Orang miskin emang suka nekat." Yang lain menimpali yang diangguki setuju oleh mereka.

"Biasalah pansos, numpang tenar." Celutuk salah satu dari mereka menambahkan.

"Udah tenar kok gegara kejadian memalukan tadi." Tawanya kemudian diikuti juga oleh yang lain, menertawakan kesialan Jennie.

"Heh kalian gak ada kerjaan ya? Sibuk terus gunjingin orang, keasikan banget keknya ya sampe gak ingat dosa." Sekarang Rosé yang mengejek mereka semua.

"Apa? Gak terima gue katain?" Sewot Rosé menatap mereka yang tengah memandang kesal ke arahnya.

"Rosé udah. Biarin aja." Cegah Jennie memegang tangan Rosé yang hendak berdiri akan memberi pelajaran pada mereka.

"Mereka gak bakal berenti gunjingin lo sebelum mulut busuk mereka dibungkam pake nih sepatu gue." Kesal Rosé karena Jennie melarangnya.

"Jangan diladeni. Itu mulut mereka biarin aja, ntar juga cape sendiri." Ujar Jennie tidak ingin mempeributkan masalah.

Melihat tanggapan yang diberikan Jennie yang memintanya untuk mengabaikan ulasan mereka, Rosé mengalah dan kembali duduk.

"Jen dari sekian banyaknya orang dibumi ini dan jumlah anggota BlacKaisu ada begitu banyak juga. Kenapa lo malah milih suka sama Jisoo, orang yang paling ditakuti?" Tanya Rosé ingin tahu jawaban Jennie.

"Kurang lebih alasan gue sama kek lo kok. Lo tau Lisa itu player, pacar dia gak cuman lo doang. Tapi Je lo tetap milih stay sama dia dan ngabaiin keburukan dia." Ucap Jennie yang buat Rosé terdiam sesaat. Karena apa yang dikatakan Jennie adalah benar.

"Iya itu karna gue telanjur jatuh hati sama dia." Lirih Rosé kemudian. Walaupun ia sendiri tidak tahu berapa banyak jumlah kekasih Lisa serta juga tidak tahu ia ini adalah pacar ke berapa Lisa.

"Gue paham." Kata Jennie memegang tangan Rosé. Ia tahu tidak mudah ada di posisi Rosé yang merelakan cinta dari orang terkasih harus terbagi-bagi.

"Semua orang tau kalau Lisa buaya betina tapi yang buat mereka tetap aja stay ya itu karna Lisa perlakuin mereka dengan sangat baik. Lo juga tau kan Jen kalau Lisa itu baik suka bantuin orang." Sungut Rosé terkesan membela Lisa namun memang begitu adanya. Jennie mengangguk menyetujui pendapat Rosé tentang Lisa.

"Tapi Jen gue masih gak paham, hal bagus apa yang lo lihat dari Jisoo. Semua juga tau kalau dia kejam tanpa balas kasih. Jen lo udah cukup sering dikasarin sama dia, perbuatan dia tadi itu udah keterlaluan banget. Kalau emang gak suka ya gak usah dibuang, gak punya hati jadi manusia." Omel Rosé kesal dan marah atas apa yang dilakukan Jisoo terhadap Jennie.

"Lo sampai ngorbanin diri lo gak makan, gara-gara duitnya mau lo beliin bahan-bahan buat masakin dia makanan.  Eh dia dengan gak tahu terimakasihnya buang makanan itu didepan lo." Lanjutnya masih merasa marah dengan sikap jahat Jisoo.

Jennie bukan berasal dari keluarga berada, dia bisa masuk universitas ini juga dikarenakan mendapatkan beasiswa akibat otak cerdas nya. Jika tiap kali mengingat perlakuin buruk Jisoo padanya, ia akan sedih dan merasa sakit.

"Orang kek dia gak pantes lo sukain. Lo itu berharga Jen, gak usah buang-buang waktu bersikap baik buat orang yang gak tahu diri."

"Je gue gak buta kok buat lihat semua kelakuan buruk Jisoo. Cuman tadi gue aja yang salah, udah ganggu dia dengan bersikap sok dekat disaat dia lagi bad mood." Kata Jennie tersenyum menenangkan Rosé untuk tidak terlalu kesal pada Jisoo.

UNITED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang