Chapter 6 : Sweet Memories

3.5K 130 3
                                    

Dan wajah Delvin memerah. Astaga kau manis sekali.

"Baiklah cepatlah aku menunggumu di bawah", kata Delvin dan menutup pintu kamar. Aku pun bergegas turun ke bawah dan berangkat dengan Delvin.

"Wah cantik sekali", kata kakak Delvin. "Terima Kasih", balasku. Tapi kenapa hatiku tenang-tenang saja? Aku tidak merasakan pipiku panas. Tapi beda kalau Delvin yang bilang begitu.

"Ayo... Jangan urusi dia", kata Delvin menarik tanganku dan berjalan menuju pintu. "Namaku Blade Aston. " teriak kakak Delvin. "Dia tak butuh nama sampahmu!", kata Delvin sangat kasar.

Aku hanya menatap Delvin yang penuh amarah. Delvin membukakan pintu mobil untukku dan Delvin masuk mobil dan menyetir. "Kita mau kemana?", kataku mencairkan suasana yang tak enak ini.

"Ke tempat yang menyenangkan. Mall. Tapi maaf ya aku membuatmu melihat pemandangan tak enak hari ini dirumahku." , kata Delvin dengan sangat lembut. Aku hanya tersenyum melihatnya yang sangat manis. "Iya tidak apa-apa.", kataku.

Sesampai di mall Delvin mencari parkiran. Delvin membukakan pintu untukku dan memberikan tangannya untukku. Dan aku memegang tangan Delvin dan ia membantuku keluar dari mobil. Sangat sweet. Tanganku sampai terasa dingin.

"Kamu mau senang-senang dulu atau makan dulu?", tanyanya. "Senang-senang gimana?", tanyaku balik. "Main di gamecenter", katanya. "Main dulu", jawabku.

( Author POV )
Entah sadar atau tidak Eliza memegang lengan Delvin. Keduanya sangat cocok dan romantis. Mereka langsung menuju gamecenter.

Eliza meminta permainan pump it up. Dengan keahliannya dalam dance ia sangat lincah di atas mesin pump it up. "Kamu ini pakai dress, tapi kelakuannya... ", kata Delvin tertawa. "Memangnya kenaapa? Ayo coba... jangan diam aja liatin aku.", kata Eliza menarik tangan Delvin dan mengajaknya bermain bersamanya.

Delvin yang tidak bisa bermain membuat Eliza menjadi geli. Ia tertawa terbahak-bahak saat melihat Delvin berusaha keras memaikannya dan tidak menikmati lagunya.

"Sudah cukup ini permainan menyebalkan. Sekarang aku mau main basket.", kata Delvin yang terlihat seperti anak kecil yang sedang marah. Di sisi lain Eliza hanya tertawa.

Delvin main basket dengan cekatan. Ia dapat memasukkan bola basket dengan cepat dan tepat. Eliza yang disampingnya hanya melihatnya dengan tatapan kagum. "Mau coba", tawar Delvin.

"Eh... aku ga bisa main", kata Eliza. "Aku ajarin.", Eliza akhirnya mau mencoba. Dan Delvin memegang tangan Eliza dari belakang dan memfokuskan tangan Eliza yang membawa bola agar tepat masuk ke ring.

Lain halnya dengan Eliza tak bisa fokus dengan bola basket yang ia pegang, wajahnya yang merah mungkin ia merasa deg-deg-an. Dan Delvin tepat memasukkan bola di ring. Dan Eliza menoleh ke belakang. Tapi mereka tak saling bicara. Mereka saling menatap dan kini wajah mereka seperti kepiting rebus. "Ini terlalu dekat....", kata Eliza dengan polos.

Delvin melepaskan tangan Eliza. "Kamu mau boneka?", kata Delvin. "Mau", jawab Eliza. Mereka berdua berjalan menuju kotak box japit boneka. "Kamu mau boneka yang mana?",tanya Delvin.

Eliza sibuk memilih. Dan ia sepertinya tertarik dengan boneka beruang coklat. "Aku mau Rilakkuma", kata Eliza. "Ri-ku-ka-ma? Yang mana itu?", Eliza tertawa. "Rilakkuma..... itu beruang cokalat yang ada warna kuning ditelinganya.", jelas Eliza.

"Ya mana kutahu namanya sulit sekali. Ya akan kudapatkan.", kata Delvin. Dengan gesit Delvin dapat mendapatkan boneka yang Eliza inginkan. Eliza menerima boneka itu dengan wajah yang sangat senang. "Kawaii (imut) ..... Thank You Delvin.". Eliza sangat jarang menyebutkan atau memanggil nama Delvin. Dan wajah bahagia Delvin mereka terpancar terlebih lagi Eliza.

Setelah bermain mereka makan malam di food court. Dan mereka pulang dengan wajah bahagia.

( Eliza POV )
Hari ini hari terbaik yang pernah ada. Aku tak menyangka bahwa ada hari seperti ini. Thank You Vin for today. Hari ini kau memberikanku sweet memories. Aku memejamkan mataku.

( Delvin POV )
Melihatnya tertawa lepas membuat rasa sedihku berkurang. Pertama kali aku melihat senyuman terbaik yang pernah kulihat. Bahkan, mama tak memiliki senyum seindah itu.

Tidak ada suara darinya. Aku menoleh kearahnya. Astaga dia mudah sekali terlelap sperti tak memiliki beban. Aku tak tega membangunkannya.

Aku menggendong dia dengan kedua tanganku. Badanya kecil yang mungil seperti tak memiliki berat. Anak ini ga pernah makan ya?

Aku berusaha keras membuka pintu rumah. Dan melihat my stupid brother yang menonton TV. "Kau apakan dia!",tanyanya. Karena tak mau berdebat aku takut membangunkan putri cantik ini.

Aku melangkah dan menaiki tangga membawa putri manis ini ke kamar. Aku meletakkanya di atas kasurku dan melepaskan sepatunya. Memberinya selimut.

Good Night my princess. Hari ini kau memberikanku sweet memories. Thank You kataku dalam hati dan mencium pipinya.

-----------------------------

Thank You udah baca sampai sini. Jangan lupa vote + comment :)
xoxo♡

Sweet Girl Fall in Love with Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang