Chapter 3

3.9K 135 4
                                    

Mama apakah mama tidak salah memintanya untuk menjagaku?

"What are you doing in here?", tanyaku kesal. "Aku disuruh mamamu untuk menjagamu."katanya dengan sok cool.

"Aku ga butuh... Pergi!", bentakku. "Ok...", jawabnya santai. Tapi ketika dia berbalik aku mengingat mama berpesan bahwa dia yang akan menjagaku. Daripada aku dimarahi mama. Akan kusuruh dia masuk.

"Delvin,..... hmmm..... kembali dan masuklah", kataku. "Apa?", tanyanya dan aku yakin dia pura-pura tidak dengar.

"Kembalilah dan silahkan masuk, Delvin", kataku. "Baik dengan senang hati", dia masuk ke rumahku. Aku berjalan dibelakangnya. Rasanya ingin aku bunuh orang itu. ( sadis amat :D )

Aku berjalan dan kembali menonton TV. Sedangkan dia sedang melihat-lihat rumahku. "Kamu ngapain?",tanyaku.

"Engga ini cuma lihat rumahmu. Kenapa? Kamu ingin aku temani nonton?", katanya dan mendekati ku. Dan memelukku dari belakang.

"Apaan sih?!", kataku berusaha melepaskan tangannya tapi apa daya? Dia lebih dan sangat kuat daripada aku.

"Rambutmu harum ya." ,katanya. "Wangi apa? Soda?", ujarku kesal mengingat kejadian tadi. "Engga tau wangi apa? Yang pasti harum. Aku suka."

Kata-katanya yang terakhir membuatku berdebar. "Pipimu jangan merah gitu dong. Aku kan suka rambutmu bukan kamu. " , katanya.

Aku ga percaya. Pipiku bisa merah. *kryukkk* Bunyi apa itu? Delvin melpaskan pelukannya. Dan aku menoleh kebelakang dan Delvin memgang perutnya.

Dia lapar, aku tertawa terbahak-bahak. "Kamu lapar toh.", kataku. "Ya", katanya malu. Percuma saja kalau dia mau bohong pasti aku ga akan percaya karena kodok yang diperutnya sudah berteriak.

"Sebentar ya, akan aku masak'in." ,kataku sambil berjalan menuju dapur. "Memangnya kamu bisa masak?", ledeknya. Aku tak mau meladeninya. "Masaklah yang enak jangan meracuniku", katanya lagi. Ucapanya membuatku ingin tertawa.

( Delvin POV )
Melihatnya memasak membuatku senang. Entah kenapa aku senang. Aku melihat seorang gadis yang menarik dengan cekatan ia memasak.

Dengan tanganya yang mungil semua bahan ia potong - potong.

Sungguh dia menarik.

( Eliza POV )
Aku merasa bahwa dia sedang memperhatikanku. Tapi tidak aku pikirkan.

"Masakannya sudah jadi", kataku. "Harum banget", kata Delvin. Tak lama kemudian dengan lahap Delvin makan makanan yang aku masak.

"Enak?", tanyaku. "Tidak enak. Aku cuma membantumu untuk memghabiskan makanan ini", katanya. Aku hanya tertawa mendengarnya. Jelas-jelas dia sangat menikmati makananku.

Setelah selesai makan Delvin berjalan menuju tempatku. Dan mendekat, mendekat , dan sekarang tepat di depanku. Jarak kami sangat dekat. Dan membuatku berdebar. Aku harap detak jantungku ini tak didengarnya.

Aku tak berani menatap matanya. Dan ia memiringkan kepalanya dan aku menutup mata karena takut. Apa yang akan dikakukannya?

"Hei! Terima Kasih atas makanannya.", Delvin mengatakannya pelan di telingaku. Dia ternyata menjahiliku. Membuatku semakin kesal.

Setelah aku membereskan dapur dan meja makan. Sekarang sudah tepat jam 8.30pm. "Aku mau beli minuman", kata Delvin. "Aku ikut.", kataku.

Aku mengikuti Delvin. Dan kami tiba di minimarket. Delvin membeli minuman beralkohol. "Kenapa beli itu?",tanyaku. "Karena aku suka beli ini", jawabannya membuatku kesal.

Aku segera mengambil sekotak susu coklat. Ya aku suka sekali susu coklat. "Hahahaha..... minumannya anak kecil", kata Delvin yang meledekku.

Karena kesal aku menginjak kakinya. Dan pergi menuju kasir. Setelah itu kami keluar dari mini market. Tampak wajah Delvin kesal. "Ngapain marah?",tanyaku pura-pura polos.

"Jangan polos begitu", jawabnya dan mencubit pipiku. "Sakit.", kataku. "Salahmu menginjak kakiku.", jawabnya santai.

Di perjalanan angin bertiup kencang. "Pakai ini", kata Delvin. Ia memakaikanku jaketnya. Dan itu membuatku merasa nyaman. "Terima Kasih",ujarku.

Kami terus berjalan dan sampai di rumah. Aku melihat Delvin yang duduk di sofa dan minum minumannya.

Aku berjalan menuju lantai dua untuk mengganti pakaianku. Menggunakan piyama dan menggosok gigiku.

Dan aku turun. Melihat Delvin terlelap di sofa. Padahal aku mau menyuruhnya untuk tidur di kamar tamu.

Aku memberinya selimut agar dia tidak kedinginan. Setelah itu ia menarik tanganku dan memelukku dengan erat.

Apa yang dilakukannya? Apa dia mabuk? Dan jantungku berdebar-debar.

------------------------------

Terima Kasih....
Sudah membaca sampai sini.
Maaf jika cerita ini kurang bagus dan aku tidak mendapat ide untuk juduk chapter ini.

Jangan lupa vote + comment ya.. :)
xoxo♡

Sweet Girl Fall in Love with Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang