Only One: Remember

31 5 5
                                    

Aku menutup buku dalam genggaman dengan senyum puas. Ini adalah karya ketujuh yang diterbitkan dalam kurun waktu satu tahun belakangan. Tentu saja aku sangat senang. Akhirnya mimpiku untuk menjadi penulis yang sukses di pasaran bisa tercapai juga. Itu artinya ada banyak orang yang termotivasi setelah membaca tulisanku.

Bahkan mereka bilang karyaku bisa mengubah dunia saking hebatnya.  Menjadi satu-satunya novel non romance gen z terlaris di tanah air.

Melihat mereka yang begitu menyanjung dan melimpahkan pujian. Aku jadi bertanya-tanya, jika aku tidak menjadi yang sekarang. Apakah mereka tahu kalau aku pernah hidup di muka bumi ini?

Pandanganku beralih menatap speaker di sudut meja, ketika benda itu memutarkan sebuah lagu yang membuatku seolah mau tidak mau harus menggali ingatan tentang kehidupanku di masa lampau.

(Yejeon geunare nareul bomyeon)
Ketika aku melihat diriku di masa lalu

Aku terkekeh tidak begitu mempercayai keadaan sekarang, lalu sudut bibirku tertarik separuh hingga membentuk sebuah seringaian.

Mereka hanya tidak tahu bagaimana kehidupanku di masa lalu. Di mana aku merasakan betapa pahitnya kehidupan yang dijalani sampai rasanya mau mati.

( Neon Jalhago isseo geureohge mareul haejugo sipeo)
'Kamu baik-baik saja.' Aku benar-benar ingin mengucapkan kata-kata itu

Sulitnya hidup membuatku belajar akan  makna dari kehidupan itu sendiri. Sempitnya perekonomian membuatku sadar pentingnya uang bernominal rendah. Andai, aku bisa kembali ke masa itu—saat aku masih bekerja. Aku ingin berkata pada diriku sendiri, 'Jangan sia-siakan uangmu. Kamu tidak akan tahu kapan kamu akan disingkirkan dari pekerjaan.'

(Ne Soksanghan nadeul buranhan ne haru)
Hari-hari di mana aku marah, hari di mana aku gelisah

Aku meresapi setiap baitnya yang sangat menyentuh. Lagu ini memiliki makna yang mendalam, bukan hanya sekedar lagu romantis tentang dua hati. Namun, ada banyak sekali hal positif yang bisa dipelajari. Perasaan marah dan cemas terhadap diri sendiri seperti menghantuiku di setiap waktu.

Kekhawatiran akan masa depan tidak bisa dihindari, sehingga terkadang menyalahkan diri sendiri pada sesuatu yang tidak bisa di kontrol.

(Da nuni busige bakkwil geoya kkok jigeum nae moseup chorom)
Itu semua akan berubah menjadi menyilaukan, sama seperti diriku sekarang

Terkadang saat mengingat hari tersulit dan rumit itu, aku jadi emosi sendiri. Betapa bodohnya aku yang selalu berpikiran positif pada sesuatu yang sudah sangat jelas terlihat.

Beberapa imajinasi terciptakan. Membuat dunia dalam otak bahwa aku adalah orang yang bersinar terang hingga mampu menyilaukan mataku sendiri—sampai akhirnya aku tidak bisa melihat dunia yang sedang dihadapi.

Namun, kenyataannya, karena hal itu aku malah hampir mati dibuatnya. Benar kata orang-orang, 'Imajinasi adalah musuh yang bisa membunuhmu secara halus.'

Jadi, belajar dari perjalan hidup. Walaupun baru selama 20 tahun lebih. Aku mengingatkan dan memperingati pada aku yang lain, bahwa hidup tidak selalu bisa menjadi apa yang ada di dalam khayalanmu; seperti apa yang diinginkan.

Segala sesuatu di dunia fana tidak ada yang bersifat kekal.

Dalam pekerjaan, atasan bisa menyingkirkan pegawai yang tidak kompeten atau yang tidak sesuai dengan selera si pemilik.

The Myth of Dream: RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang