helper

1.8K 116 0
                                    


"Butuh tumpangan?" tawar Gabriel saat melihat Sultan yang uring-uringan.

Kata-kata itu memang keluar dari mulut Gabriel, tapi sebenernya ia juga tidak terlalu yakin. Masa ia harus membantu pembully adiknya sih?

Seketika Sultan menoleh, ia melirik Gabriel dari ujung kepala sampai kaki dengan tatapan penuh selidik.

"Lo mau hajar gue di tempat sepi?" tanyanya tandas.

Ahh sial, lagi-lagi Gabriel terenyuh. Ia mendudukkan dirinya pada ujung kursi, kemudian memijit pelipisnya.

'Nethink terus nih bocah.' batinnya berteriak.

"Gua emang bakal hajar lo, tapi bukan sekarang." balas Gabriel sejujurnya. Suatu saat ia pasti akan menghajar pembully Rona.

Sementara Sultan yang mendengar ujaran Gabriel tidak memberikan jawaban. Ia masih diam dan terus mengarahkan tatapan tajamnya pada Gabriel. Jujur ia tidak bisa mempercayai alpha itu sepenuhnya.

"Hahhh..." Gabriel mendengus jengah.

"...Kalo gak mau yaudah, gua balik. Rona lebih penting dari lo." sambungnya.

Gabriel pun seketika berdiri. Ia akan segera melangkahkan kakinya untuk berlalu dari sana, tapi sebelum itu terjadi sebuah tangan tiba-tiba menarik bagian belakang kemejanya.

"T-tunggu." Sultan mencicit kecil. Entah mengapa kata-kata terakhir Gabriel membuat sesuatu dalam hatinya merasa kecewa.

"G-gue...." omega yang menyamar sebagai alpha itu ingin mengatakan sesuatu, tapi keraguan menghalanginya.

Gabriel menoleh ke belakang. Ia melihat Sultan yang saat ini tengah menunduk.

"Lo apa?"

"Itu t-tumpangan.." lagi-lagi suara kecil itu terdengar.

Entah mengapa sikap yang Sultan tunjukkan saat ini terlihat menggemaskan di mata Gabriel. Bibirnya sedikit terangkat membentuk sebuah senyum kecil.

"Lo udah gede, gak perlu gua ajarin cara minta tolong yang bener kan?" Gabriel ingin sedikit menggoda Sultan .

Di sisi lain, Sultan berdecak lirih. Ia berdiri dan melangkah hingga tepat berada di hadapan Gabriel.

"Gue minta tolong! Anterin gue pulang. Hp gue lowbat, gue gak bisa pesen ojol. Udah mau malem juga, gue gak mau jalan kaki. Lagian gue diculik baru tau rasa lo. Gak punya mate lagi." suara Sultan melirih di diakhir kalimatnya.

Namun untuk Gabriel yang alpha dominan, dimana semua inderanya lebih tanjam dari alpha pada umumnya tentu mendengar dengan jelas apa yang Sultan katakan.

'Tentu saja. Dia juga pasti udah tahu.' Gabriel kembali membatin. Tatapannya ia bawa untuk melihat ekspresi yang Sultan tunjukkan.

Untuk beberapa saat sepasang mate itu hanya bertatapan dalam diam. Hingga Sultan dahululah yang memutuskan tatapan keduanya. Ia membuang muka dan kembali menunduk.

"Hahh.. sini, mobil gua di seberang."

Akhirnya Gabireal berjalan menuju tempat di mana mobilnya terparkir dengan Sultan yang mengekor di belakang.

Bruk

Sesampainya di mobil, ia membukakan pintu penumpang bagian depan untuk Sultan. Ia juga memberikan tatapan yang seolah mengatakan "cepat masuk" pada omega itu saat Sultan justru hanya diam.

Setelah Sultan masuk ke dalam, Gabriel juga masuk dan duduk di kursi kemudi.

"Masukin alamat rumah lo di gmaps." ucap Gabriel sembari menyalakan mesin.

Bad DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang