Sudah hampir satu minggu berlalu sejak kejadian di mana Gabriel mengantarkan Sultan pulang. Jujur sejak saat itu Sultan merasa ada sesuatu yang tidak biasa dalam dirinya. Ia merasakan perasaan asing yang perlahan muncul dalam lubuk hatinya dan itu membuatnya gusar.
Setiap kali melewati halte bus malam itu, degup jantung Sultan berpacu kencang dengan irama yang berantakan. Ia juga merasakan adanya secercah harapan untuk dapat bertemu kembali dengan Gabriel, meskipun pada akhirnya ia harus menelan kekecewaan saat tidak mendapati siapapun di sana.
Alhasil, perlahan Sultan bertekad untuk tidak berharap. Lagipula mungkin Gabriel juga tidak menginginkan dirinya. Akan tetapi, pada dasarnya manusia memang tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Ia justru terlihat bodoh dan membuat mood Sultan jadi buruk. Seperti yang sedang terjadi saat ini, ketika omega itu dan teman-temannya sedang makan bersama di kantin sekolah. Sudah sejak pagi Sultan diam saja dan terkesan tidak tertarik dengan obrolan bersama geng nya.
"Lo ada masalah apa si Sultan?" Hwi berdecak sebal melihat Sultan yang bertingkah aneh belakangan ini.
"Iya, dari pagi diem doang. Bisu sekarang lo?" Ryo menimpali. Sementara Alfin masih mengamati mereka.
Sultan mengepalkan tangannya. Ingin sekali ia memaki jika saja misinya untuk berpura-pura menjadi alpha yang cool tidak lagi ia pegang teguh.
Alhasil Sultan hanya menahannya. Ia menghela nafas berat.
"Gak ada apa-apa." ujarnya malas. Ia hendak kembali menyuapkan makanan ke mulutnya. Hingga celetukan tiba-tiba Alfin berhasil menghentikannya.
"Lo jadi aneh sejak ketemu kakaknya Rona."
Sontak Sultan menatap temannya itu.
"Aneh apaan?!""Banyak keanehan, mulai dari lo yang tiba-tiba ngilang waktu kita nongkrong, jarang muncul di grup, dan sekarang..?" Hwi, Ryo, dan Alfin menatap Sultan curiga.
Sultan yang ditatap sedemikian rupa oleh teman-temannya itu mengepalkan tangan.
"Apapun yang kalian pikirin itu nggak masuk akal! Gue gak berubah sama sekali!" ujarnya berusaha menegaskan.
"Kalo emang lo nggak berubah, lo harus ikut kita main nanti."
"Main ke mana?" Sultan malas.
"Ke cafe om gue yang baru buka! Kita makan gratis di sana!" celetuk Hwi penuh semangat. Sudah lumayan lama teman-temannya itu tidak bermain dengan formasi lengkap.
"HOOO... bagus Hwi!!" Ryo dan Alfin memuji otak cerdas Hwi. Mereka tos satu sama lain. Sementara Sultan, tidak ada yang bisa dia lakukan selain pasrah.
Yasudahlah, mungkin itu juga bisa mendistraksinya untuk berhenti memikirkan pria bernama Gabriel Gabriel itu.
"Okelah, gas." final Sultan.
Singkat cerita, pada sore hari yang menjelang malam, tepat sepulang sekolah mereka benar-benar pergi ke tempat yang dibicarakan Hwi . Mereka ke sana naik mobil jemputan.
Setelah hampir lima belas menit di perjalanan, mereka sampai di cafe bernama 'Gardenia'. Cafe yang sedang melakukan grand opening dan memberikan makanan gratis untuk menu tertentu.
Keempat sejoli itu turun dan bergegas masuk. Setelah Hwi menyapa pamannya, tempat duduk di pojok yang cukup luas pun menjadi pilihan.
"Bagus juga cafe om lo, Hwi." ucap Alfin.
"Jelas lah, dia kan dekor sendiri..." balas Hwi membanggakan keluarganya.
"...Oya, kata om gue boleh pesen apa aja. Di gratisin sama dia." sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Destiny
RomanceMate yang selama ini ia nanti-nantikan justru merupakan pelaku pembully adiknya.