Di tengah keheningan, hati Sultan bergemuruh. Jiwa omeganya berteriak salah tingkah ketika mendengar suara dalam alphanya itu."A-akku.." suara gugupnya teredam pada dada bidang Gabriel.
"Gua mohon, jangan takut sama gua..." suara dalam itu kembali menyapa indera pendengaran Sultan. Namun, yang membuatnya sedikit tersadar ialah bahwa kini ia juga dapat mencium aroma feromon alpha itu yang memancarkan kegelisahan.
'Ughh.. Kenapa dia khawatir, harusnya gua yang minta maaf kan..?' batin Sultan tidak mengerti.
Tanpa sadar, Sultan mengeluarkan feromon omeganya untuk menenangkan Gabriel yang tengah dilanda keresahan. Tangannya juga bergerak melingkari perut alpha itu.
Sementara Gabriel tersadar. Indera penciumannya menajam saat feromon Sultan perlahan menguar memenuhi seisi mobil.
"Aroma ini, gua suka."
Bluushh
Wajah Sultan kembali dihiasi rona merah. Ia mendongak menatap Gabriel yang kini juga tengah menatapnya.
"Gua emang takut lo bakal hajar gua habis-habisan karena balas dendam. Gua takut nanti gua banyak lebam, bahkan mungkin mati. Tapi, gua lebih takut saat yang ngelakuin itu semua adalah mate gua sendiri..." ujar Sultan dengan suara lirih dan bergetar. Sungguh ia tidak berbohong sedikitpun atas ucapannya itu. Walaupun mungkin orang-orang melihatnya sebagai pribadi yang keras kepala dan beringas, tapi jujur saja saat ia berada di hadapan matenya ini ia justru berubah menjadi kucing yang tak berdaya.
Mendengar itu, seketika perasaan bersalah semakin menyeruak di roangga dada Gabriel. Ia teringat kembali bagaimana kemarin ia memukul wajah rupawan di hadapannya ini.
"Maaf!"
Setelah berucap demikian, Gabriel memajukan wajahnya dan menyatukan bibir keduanya. Awalnya Sultan terkejut bukan main, namun saat Gabriel dengan lembutnya melumat bibirnya, mau tidak mau ia pun ikut membalasnya.
"Mnnghh alphaa..." bahkan kini tangan Sultan melingkar sempurna di leher Gabriel.
Sedangkan Gabriel, ia semakin menekan tengkuk Sultan untuk memperdalam ciuman mereka. Perlahan lidahnya juga terjulur menerobos mulut Sultan. Ia mengabsen satu-persatu gigi rapih matenya itu dan mengajak benda tak bertulang di dalamnya untuk bergulat.
"Mnnh aahnn.."
Cukup lama mereka bercumbu mesra. Menyalurkan rasa sayang dan lega karena pertemuan yang akhirnya datang setelah penantian panjang. Kini mereka mulai kehabisan nafas dan dengan tidak rela melepaskan pagutannya.
"Hah hah hah hah.." Sultan meraup udara banyak-banyak.
Gabriel sendiri, ia malah mengarahkan wajahnya pada ceruk leher Sultan. Ia menghirup dalam aroma Sultan yang sangat candu baginya itu dalam-dalam.
"Ahh Alphaa..." Sultan tanpa sadar dibuat melenguh akan aksi yang dilakukan Gabriel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Destiny
RomanceMate yang selama ini ia nanti-nantikan justru merupakan pelaku pembully adiknya.