"Ah... Alphaa"Entah apa yang merasuki Gabriel, pria dewasa itu semakin menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Sultan. Ia menghirup dalam-dalam aroma feromon Sultan yang begitu segar dan menenangkan.
Di sisi lain Sultan menahan napasnya. Ia tercekat lantaran tidak tahu harus berbuat apa. Jujur tempat dimana Gabriel, Alphanya itu mengendusinya terasa sangat menggelitik. Akan tetapi, hanya untuk membagikan sensasi itu pada tubuh Gabriel saja Sultan tidak berani. Alhasil ia hanya mematung di tempat.
"Hhff hhff..." Gabriel menarik wajahnya. Dapat ia lihat wajah Sultan yang saat ini memunculkan semburat merah menyala.
"Hey, kenapa diam?" Gabriel bertanya.
"K-kamu mau memperkosaku..?" pertanyan absurd datang dari Sultan, membuat Gabriel menatapnya tak percaya.
"Apa? Memperkosa apanya, gua cuma nyium lo. Lagian 'memperkosa' bukan kata yang pas buat sepasang fated pair." terang Gabriel.
Sedangkan Sultan yang mendengar itu menundukkan kepalanya. Benar juga yang dikatakan Gabriel. Sekalipun mereka langsung mating saat ini pun, tidak akan ada yang bisa mengatakannya sebagai pemerkosaan.
"I-ittu..." Sultan tidak tahu hendak merespon seperti apa.
"Apa..?"
"N-nggak!"
Melihat bagaimana labilnya Sultan membuat Gabriel menghela nafas. Tangannya terangkat untuk menyentuh puncak kepala pemuda itu.
"Yaudah masuk sana, udah malem." ujarnya.Sultan pun sontak melirik pada jam yang melingkar di tangannya.
20.17"Ackk! Sial!" pekik Sultan tak sengaja.
Gabriel ingin menanyakan apa yang terjadi, sebab Sultan terlihat panik. Tapi belum sempat ia bertanya, Sultan langsung membuka pintu mobilnya.
"Gue masuk! Lo cepetan pergi! Makasih tumpangannya, OM!" ucap Sultan ngerap sebelum kemudian ngibrit masuk ke rumah.
Sedanglan Gabriel menjadi sangat kesal oleh kata-kata terakhir yang Sultan ucapkan. Ia memukul stir mobilnya sambil berteriak tertahan.
"GUA BUKAN OM-OM!!" mata Gabriel menatap tajam pintu di mana Sultan menghilang.
Rasanya ingin sekali ia sedikit memberi pelajaran pada bocah itu sampai ia tidak berani lagi memanggilnya dengan panggilan laknat "om" itu. Sayangnya Gabriel hanya bisa menghela nafasnya kecut. Tidak ada yang bisa ia lakukan. Alhasil, ia pun kembali menyalakan mobilnya untuk bergegas dari sana.
Gabriel tidak tahu saja jika setelah masuk rumah, omeganya langsung mengintip dari jendela kamar. Ia bahkan terus menatap mobilnya hingga menghilang dibalik gerbang.
"Siall!! Sultann stop deg deg ann!!!" omega itu berguling-guling di atas kasurnya. Perasaan senang di hati kecilnya tidak bisa dibohongi. Sensasi cumbuan yang dilakukan Gabriel masih terasa segar di ingatannya. Bagaimana tangan besarnya menekan tengkuknya, lindahnya yang bergerak lihai di dalam mulutnya, dan...
"AROMANYAAA!!!! Ahh!!" Sultan memukul-mukul bantalnya sendiri dengan brutal.
Sungguh, selama hidupnya yang dipenuhi dengan kepalsuan, ini pertama kalinya Sultan bersyukur menjadi omega. Ia sangat senang bisa bertemu dengan fated mate nya, meskipun mungkin tidak dengan Gabriel. Mengingat ia yang justru ingin balas dendam padanya. Tapi Sultan yakin Gabriel pasti tidak akan tega. Ia pasti akan melindungi dan menyayanginya, matenya.
Iya, kan? Pasti, kan...?
~o0o~
Di sisi lain, Gabriel baru saja sampai di apartemennya. Ia langsung membuka pintu dan seperti biasa suasana apartemen masih gelap gulita. Rona, yang biasanya menyambutnya dengan hangat kini masih mengurung dirinya sendiri di kamar.
Mengingat kondisi Rona, entah mengapa membuat kepala dan hati Gabriel jadi berdenyut nyeri. Ia mau tidak mau dibawa pada pilihan antara adiknya dan matenya.
"Ahh entahlah. Mending nyiapin makan malem buat Rona." Gabriel mengacak rambutnya sendiri.
Setelah mengatakan itu ia menyalakan lampu dan bergegas menuju dapur. Gabriel mengambil piring dan meletakkan sushi yang ia beli tadi di sana. Tak lupa ia juga mengambil sumpit dan segelas air, kemudian berlalu menuju kamar Rona.
Sesampainya di depan kamar Rona, karena tangannya yang penuh Gabriel membuka pintu tersebut dengan kakinya. Setelah pintu terbuka hal pertama yang ia lihat adalah Rona yang tertidur. Gabriel meletakkan piring dan gelasnya di atas nakas. Kemudian mulai membangunkan Rona.
Yah, ini sudah larut. Meskipun Rona terlihat nyaman dalam tidurnya, Gabriel tetap harus membangunkannya sebab ia tahu sejak siang pasti adiknya itu belum makan.
"Rona.. Rona.. Bangun, ayo makan dulu.." Gabriel menepuk kecil bahu Rona yang membuat omega tersebut langsung terbangun.
"Umhh.. Kakak??" Rona mengucek matanya dan mulai mendudukkan dirinya dengan bantuan Gabriel.
"Makan dulu, gampang tidurnya disambung lagi nanti."
Rona melirik ke arah nakas dan tatapannya yang tadinya sayu karena nyawa belum terkumpul kini berubah berbinar ketika menemukan sushi di sana.
"Sushi?!!" Rona excited, ia langsung mengambil sepiring sushi tersebut.
Gabriel yang melihat itu tersenyum kecil. Ia mengangkat tangannya dan menepuk puncak kepala Rona, gemas.
"Habisin ya.. Kakak mau mandi dulu, lengket."
Benar, kini tubuh Gabriel terasa sangat lengket. Entah karena memang terlalu banyak melakukan aktivitas dari pagi, atauuu...
'Ughh.. jangan mesum Gabriel!!'
PLAKK
Tanpa sadar Gabriel menampar pipinya sendiri saat ingatannya kembali mengarah pada kejadian beberapa saat yang lalu bersama omeganya.
Rona yang hendak menyuapkan sushi ke dalam mulutnya sontak terkejut mendengar bunyi tamparan.
"Kakak?! Kakak kenapaa??" Rona menatap Gabriel khawatir, tapi sang empu langsung menggeleng.
"Gak papa. Kakak keluar dulu."
Setelah mengatakan itu, Gabriel benar-benar berlalu dari kamar Rona.Meninggalkan adiknya yang kebingungan.
Saat sampai di kamarnya, Gabriel langsung bergegas membersihkan diri (sekaligus menjernihkan pikiran) dan bergegas untuk tidur mengingat esok harus kembali bekerja ekstra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Destiny
RomanceMate yang selama ini ia nanti-nantikan justru merupakan pelaku pembully adiknya.