Let's Break Up : Cemburu?

283 27 1
                                    

Sorry for typo and hope u enjoy the story




Let's Break Up




"Kak, Mama bilang mau ketemu kakak. Nanti malam mampir ke rumah ya?? Sekalian dinner bareng."

Fokusnya yang semula berada pada laporan penelitian yang satu minggu ini ia kerjakan harus segera dialihkan pada seorang pemuda manis yang kepalanya bersandar nyaman pada pundak.

Memberikan senyum tipis, salah satu tangannya di angkat hanya untuk sekedar memberikan elusan lembut pada pucuk kepala pemuda itu. "Gak malam ini deh. Kakak ada rapat sama klien. Lagian juga kakak masih belum selesai ngecek ini laporan."

Dapat didengar sebuah dengkusan sebal dari yang lebih muda, ditatapnya Jaehyun dengan bibir mengerucut serta alis bertaut. "Kerja mulu yang di utamain, aku nya kapan?"

Kekehan lolos dari bibirnya, kemudian dengan gemasnya mencubit pelan pipi pemuda yang sering ia panggil Taeyong itu. Dan saat itu pula sebuah ingatan tentang pertanyaan yang nyaris sama namun dengan jawaban berbeda muncul di kepala. Dan mendapatkan tanggapan yang tak sama pula dari dirinya.

"Aku terus yang kamu jadiin prioritas, kerja nya kapan?"

Jika sekarang pertanyaan itu ia jawab dengan "Nanti, belum waktunya." Maka dahulu ia bahkan tak mampu untuk sekedar mengeluarkan kata. Yang dijadikan balasan hanyalah cengiran kecil serta genggaman hangat pada seseorang yang sampai saat ini masih berada di hatinya, namun sedang bersiap ketika sewaktu-waktu diminta untuk pergi dari sana.

"Kak?? Kok bengong." Pipinya di tusuk pelan oleh telunjuk Taeyong, menyadari bahwa ia terlalu tenggelam akan kenangan dari seseorang yang berada di dekatnya namun terasa jauh untuk di gapai, lagi.

"Enggak kok. Kamu mau pulang sekarang ga? Bentar lagi gelap, kakak juga mau ada urusan sama Yuta."

"Mampir ke Starbucks dulu yaa??"

Dan anggukan dari Jaehyun itu jelas membuat Taeyong bersorak gembira sembari mulai menjauhkan diri dari Jaehyun. Membiarkan pria itu untuk membereskan segala barang- barang yang berserakan di atas meja kerjanya.

Jaehyun pergi dari kantornya dan ingin menyalakan mobilnya tetapi tiba-tiba dirinya diam terpaku sembari menjatuhkan fokusnya pada titik tak jauh dari tempatnya berdiri. Memandang dalam diam pada satu objek pemilik temaramnya, tengah berargumen dengan seseorang lainnya yang entah kenapa tak ia sukai.

"Mark, yang sakit tuh kaki gua bukan tangan, Gak perlu pake acara suap-suapan segala! Ga suka gua."

Jelas dapat ia dengar dari tempatnya kini, kedua tangan yang semula sibuk berbenah itu kini terpaku. Sama nasibnya dengan sang iris gelap yang entah kenapa memanas kala salah seorang dari dua orang itu menyuapi yang lainnya.

"Udah diem elah, ribet amat manusia. Masih mending orang ganteng ini mau nyuapin, bersyukur kek."

Dan dapat Jaehyun lihat sendok yang digunakan untuk menyuapi cintanya, dipakai pula oleh sang teman. Bahkan dirinya sendiri sangat jarang berbagi barang yang sama dengan sang kasih, tapi kenapa orang lain malah bisa dengan mudah melakukannya?

"Dih ganteng dari mana! Pasti ada apa-apanya, kan? Ngaku aja lu maung jelekk!!"

"Hehehehe, tau aja kesayangan ih. Makin cinta gue John." Mark, pria yang Jaehyun kenal sebagai sahabat paling dekat dari Johnny itu tampak mencubit pipi Johnny, kegiatan yang dahulu sering ia lakukan dan sekarang entah kenapa ia rindukan.

"Temenin gue nonton ye? Sayang tiketnya gak sengaja ke beli dua. Ya itung-itung biar lu kaga keliatan kek jomblo bego sih."

"Enak aja, gue punya pacar ya!"

"Iya punya, bentar lagi on the way putus. Cih, nih lu kudunya melek. Yang namanya break itu adalah cara halus buat minta putus. Lu sama itu cowo tolol gak bakalan bertahan lama dah, percaya sama gue."

Tanpa sadar kedua tangan yang semula sedang memegang kunci mobil itu meremas kuat benda itu hingga urat saraf di sekitarnya menonjol jelas. Jaehyun tidak mengerti akan dirinya sekarang. Merasa marah akan ucapan Mark, pula tanpa di sadari ia menyetujui apa yang Mark katakan. Sekaligus membenarkan hal itu.

. . .

Memandangi langit malam yang mulai menggelap, Johnny masih betah mengayunkan kakinya yang masih terbalut perban dengan pelan sembari menunggu Mark untuk menjemputnya.

Menganggumi bagaimana cantiknya bulan sabit yang muncul malam itu, seperti sedang bercengkrama dengan para bintang yang pula mulai muncul menunjukkan indah mereka.
Johnny lupa kapan terakhir kali ini memandang intens pada cakrawala temaram itu, dan berterima kasih karena malam ini ia dibiarkan untuk menikmati sejuknya udara malam.

Namun semuanya tak bertahan lama kala sebuah suara yang menyita semua fokusnya, dengan kening bertaut memandang sebuah mobil berhenti tepat di depannya berdiri. Mobil yang tidak asing baginya, Apalagi sang pemilik.

"John, aku anterin pulang."

"Hah?"

Entah Johnny yang salah dengar atau memang Jaehyun yang berbicara kurang jelas, hanya saja kini dirinya mendapati Jaehyun menarik tangan kanannya serta mengalungkan tangan itu pada leher si surai coklat gelap. Terang Johnny gelagapan kala tangan Jaehyun yang lain melingkar pada pinggangnya, membawa tubuhnya bangkit.

"Kak, tapi aku ada janji sama Mark. Besok-besok aja ya."

"Aku maunya hari ini, batalin aja janji kamu sama Mark-Mark itu."

"Tapi aku udah janji."

"Dan aku gak suka!"

Baik antara Jaehyun maupun Johnny serentak menghentikan langkah mereka, saling beradu tatap tepat setelah seruan yang menyiratkan marah itu keluar dari bibir Jaehyun. Bahkan dapat dengan jelas Johnny baca dari air mukanya bahwa pria yang jelas masih merangkap sebagai kekasihnya itu sedang berada dalam keadaan suasana hati yang tidak baik.

"Kak..."

"Kamu masih pacar aku, aku punya hak buat ngelarang kamu deket sama orang lain. Hey, walaupun kita break itu bukan berarti jadi kebebasan buat kamu pergi sama orang lain sesuka hati. Suap-suapan mesra di depan publik, itu wajar buat orang yang udah punya pasangan? Aku gak peduli mau ada janji atau enggak sama temen kamu itu, yang aku mau kamu sekarang pulang! Sama aku---"

"Kak Jae...," Johnny dengan sengaja memangkas ucapan Jaehyun yang teramat panjang, pertama kali bagi Johnny mendengar Jaehyun berbicara dengan kalimat sebanyak itu, padanya.

"Kakak cemburu?" Dapat Johnny lihat bagaimana air muka Jaehyun tiba-tiba berubah kaku, kalimat yang semula mungkin hendak meluncur kembali ditelan bulat-bulat.

"Aku cemburu?"

Johnny tidak tahu harus bereaksi seperti apa selain terkekeh melihat ekspresi Jaehyun yang terang kebingungan. Ia sedikit berjinjit supaya dapat menggapai pucuk kepala si surai coklat gelap. Terkadang Jaehyun itu sangat menggemaskan baginya, seperti saat sekarang.

"Gak. "

. . .

"Mana ada temen kayak gue yang rela buang- buang duit cuma buat beli tiket nonton banyak-banyak biar temennya bisa ketawa? Lu emang kelewat baik Mark, yang tenang... yang sabar, bidadari kahyangan lagi nungguin lu kok. Orang ganteng kuat kok. Bangsat, makin bokek dah."

Mau tak mau Mark harus pergi menonton sendirian meskipun dengan perasaan keberatan sebab pasti di dalam bioskop dirinya satu-satunya orang yang hanya memeluk popcorn, bukan gebetan.



To Be Continue

[✓] Let's Break Up [JaeJohn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang