Let's Break Up : Salahku

289 24 1
                                    

Sorry for typo and hope u enjoy the story






Let's Break Up



Mungkin terlambat untuk mengatakan maaf sebab sudah terlanjur menoreh luka. Kalaupun sempat sekedar ucapan maaf pun tak akan jadi pengobat. Lantaran hati yang disayat sudah kepalang dalam, hingga luapan darahnya merembes hingga membasuh wajah pengganti tangis.

Segalanya dengan cepat berubah, berputar cepat bak gasing yang dimainkan. Dan meskipun diharapkan untuk kembali tak akan mampu menjadi seperti sediakala. Seseorang yang telah memilih untuk pergi, ketika memutuskan untuk kembali tidak akan pernah sama lagi.

"John! Gak usah kayak bocah TK lu ya ngurung diri di dalam!! Keluar gak!"

Gedoran pada pintu apart milik Johnny yang dilakukan oleh Mark sejak beberapa saat yang lalu mengundang tatapan sinis dari penghuni lain, namun Mark tak mau peduli. Sebab sudah selama tiga hari Johnny sama sekali tidak keluar dari kamarnya, bahkan melewati kuliahnya. Bukannya apa-apa, Mark hanya takut Johnny akan bertindak aneh-aneh.

"Heh bayik!! Keluar atau gue dobrak ini pintu kamar lu?!! Mati lu di dalam, hah?!"

Dan karena masih belum mendapatkan jawaban, Mark menendang pintu kamar yang masih betah terkunci itu. Lantas kemudian merosotkan tubuhnya terduduk tepat di hadapan kamar Johnny sambil menjambak rambutnya frustasi. Jika tahu bahwa Jaehyun menjadi brengsek seperti sekarang ini mungkin sejak dulu Mark tidak akan pernah menyetujui hubungan keduanya. Tidak akan pernah.

. . .

Sepantasnya tak hanya satu sisi saja yang merasa tersakiti, sebab Jaehyun pun kini tak jauh beda. Hanya saja pria itu masih menjalankan aktivitas nya seperti biasa, namun sama sekali tak mampu menaruh fokusnya pada apapun yang ia kerjakan sebab kini pikirannya dibawa pergi oleh orang lain.

"Kak kenapa sih? Kok aku liat belakangan murung gini, ada masalah apa? Cerita coba." Jaehyun sedikit tersentak kala merasakan sebuah telapak tangan menyentuh pucuk kepalanya pelan. Ia lantas menoleh pada sosok pemuda yang saat ini menunjukkan raut khawatir terhadap dirinya.

Memaksakan senyum pada bibir keringnya, Jaehyun mengambil alih tangan pemuda yang berada di kepalanya untuk kemudian ia letakkan di atas meja. Gantian mengelus pucuk surai pekat itu selembut mungkin.

"Gak apa-apa kok, cuma capek doang."

Tampak bibir pemuda itu menukik sedih akan ucapannya, membuat Jaehyun lagi-lagi harus memasang kekehan yang paling palsu, dan itu makin menyebabkan dirinya merasa sangat buruk.

"Yong, tolong bilangin orang tua kamu ya, kakak nanti malam mau kesana. Ada yang mau kakak bicarain." Dan sejurus kemudian senyum terkembang di wajah cantik itu, Jaehyun bersumpah ia memang orang yang paling jahat yang mampu menoreh luka pada dua hati sekaligus.

"Ciee pasti mau ngomongin soal tunangan kita ya?? Hehehehe, makin sayang tau sama kak Jaehyun." Mungkin lebih baik ia di hujam ribuan batu tajam daripada harus menerima pelukan tulus yang bahkan tak punya salah apapun terhadap hidupnya.

. . .

"John, inget gak sih dulu kita berdua pernah di kejar sama guru gara-gara gak sengaja ngelempar sepatu ke kepalanya?"

Mark yang akhirnya berhasil membuat Johnny membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan dirinya untuk tinggal itu akhirnya bertanya demi mengusir sepi yang semula mengikat.

Johnny yang masih betah membisu itu menolehkan kepalanya ke arah sang sahabat, mempertemukan dua manik itu dalam satu waktu. Ia mengangguk, membuat Mark turut tersenyum kecil.

"Kita berdua lari kenceng banget sampe gak liat kalo di depan ada lubang. Alhasil nyebur, mana itu lubang dangkal banget lagi, lumpur semua isinya. Berdua udah kayak tentara nyamar, satu badan lumpur semua."

Terkekeh kecil kala pikirannya menerawang kenangan lama, yang jelas tak akan terlupakan jika didalamnya terdapat sang sahabat pula. Kemudian melirik Mark, yang mana juga tertawa pelan. Menyenggol lengan itu, berniat menggoda Johnny.

"Uhuyy, gitu dong ketawa. Kan enak liatnya."

"Apasih, dih." Mark mendekati Johnny, mencolek kecil dagu sang sahabat dengan tatapan yang membuat Johnny kesal namun lebih memilih untuk tertawa saja.

"Kalo dari awal gue tau cinta bikin lo sakit hati gini. Mungkin gue gak bakalan biarin lo kenal sama cinta lain selain gue, John."

Mungkin Mark hanya sekedar bercanda.

. . .

Masih tergambar jelas bagi Jaehyun saat melihat pemuda manis yang selama ini sering membuatnya turut tertawa itu menangis kencang hanya karena satu kalimat yang keluar dari bibirnya.

Pun rasanya masih perih ketika sebuah tamparan yang memang pantas untuk didapatnya, yang jadi penegas bahwa ia memang pengecut. Disaat semua orang menganggumi sikapnya yang bertanggung jawab, disiplin, dan amat rajin itu tak serta merta membuat dirinya pula bangga akan pencapaian yang tak ada apa-apanya itu.

"Jae! Jae! Jaehyun...!!" Ia tersadar ketika namanya di udarakan, menoleh untuk sekedar mendapati sosok sobatnya yang kini mengambil alih termos air panas dari tangannya.

"Mau minum air panas lu?!"

"Sorry sorry."

Jelas ucapan maaf yang lolos dari bibirnya itu membuat Yuta, sang sobat mengeryit. Menemukan ada yang aneh terhadap sang teman yang mana ia tahu bahwa sedang berada dalam banyak masalah. Termasuk putus dengan Johnny, hampir seluruh orang kantor mereka tahu perkara itu.

"Jae.."

"Kacau Yut, kacau balau. Gue batalin tunangan sama Taeyong. Bangsat banget gue emang. Bisa-bisanya punya orang lain disaat pacar gue sendiri selalu ada buat gue. Gak kebayang gimana sakitnya Johnny kalo tau gue udah sejauh ini. Brengsek, asli."

Jaehyun melupakan niatnya untuk membuat kopi dengan harapan dapat menenangkan pikirannya, namun tentu saja tak akan semudah itu. Ia kini bersandar di konter dapur, memijit pelipisnya yang terasa berdenyut hebat. Yuta yang melihat itu merasa prihatin jelas, tetapi tak ada yang dapat ia bantu.

"Gue yakin Johnny masih sayang lu kok, perjuangin Jae. Tunjukin ke dia, lo gak main-main."

"Telat yut, harusnya dari dulu gue perjuangin dia ke bokap nyokap gue. Gue yakinin mereka kalo Johnny emang terbaik buat gue, tapi gue malah lari dari masalah. Ngebiarin semuanya tambah runyam. Johnny gak pantes buat gue Yut, dia berhak dapet yang lebih baik. Taeyong juga."

Yuta pun turut dibuat pusing tujuh keliling. Bahkan masalah Jaehyun lebih membuat pening dan membingungkan ketimbang memilih antara ingin makan bakso atau mie ayam.


To Be Continue

[✓] Let's Break Up [JaeJohn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang