Kivandra kembali ke Mansion dengan satu buket bunga yang besar. Tepat kedua kakinya berpijak di area Mansion, helaan napas panjang keluar. Pikirannya kalut, berat, banyak hal yang harus ia cerna.
Menatap buket bunga di tangannya, "Keturunan kekaisaran ... aku?"
Itu tidak mungkin.
Kivandra masih ingat tentang kesehariannya di jalanan, dengan sebuah toko bunga yang bahkan lebih kecil dari kamarnya saat ini. Makan sebuah kentang adalah hal mewah baginya, tidur tanpa memikirkan pajak toko itu sebuah surga.
Tapi, ternyata ia adalah putri kaisar? Dipikir lagi itu masih sangat tidak masuk akal. Bukannya Kivandra merasa tidak adil karena harus hidup menderita belasan tahun, tapi ia tidak bisa menerima bahwa dirinya bangsawan.
Aneh, sangat aneh.
Kivandra melirik sekitar Mansion yang rasanya sangat sepi. Entah kenapa Lucas menghindarinya, itu membuat Kivandra semakin cemas.
Apa Lucas sudah muak dengannya? Apa sihir penyembuhannya terlalu buruk?
Penghindaran lucas dimulai saat mereka pulang dari desa. Apa yang terjadi saat itu? Oh ... Lucas berkata jika mungkin ia menyukai Kivandra.
"A-apa, sih." Kivandra menggelengkan kepalanya yang kini sudah memerah bak tomat.
Gadis itu malu.
Kivandra melangkah masuk. Benaknya memikirkan tentang berendam diri di bak air hangat, lalu bermanja di atas empuknya ranjang, ah, pasti menyenangkan. Layak menjadi penghiburan setelah hari yang begitu berat.
Gadis itu melewati sebuah taman yang kini memiliki bunga selaksa, sejak kedatangan Kivandra di Mansion ini ... Lucas berusaha membuat taman dengan bunga sebanyak mungkin.
Lucas mengerti tentang kesukaan Kivandra terhadap bunga, maka dari itu dia membangun sebuah taman dengan banyak tanaman yang tertanam. Hal itu membuat Kivandra merasa betah di Mansion.
"Kenapa Lucas baik sekali, sih." gumam Kivandra dengan alis mengerut.
"Eh?"
Seorang lelaki familiar nampak berkeliaran di tengah taman. Gerak-geriknya mencurigakan, seperti bersembunyi dari sesuatu.
"Pencuri?" Kivandra bergumam ketakutan. Dirinya ingin bersikap acuh dan pergi melapor, namun taman itu penuh dengan bunga yang telah ia rawat sepenuh hati. Berat hati rasanya jika harus meninggalkan taman begitu saja.
Kivandra mendekat dengan langkah yang penuh keraguan, antara takut dan keberanian yang dipaksakan, siluet pria di tengah taman itu tampak semakin jelas.
"Tunggu," menghentikan langkahnya, Kivandra mengambil sebuah batu yang lumayan besar ukurannya. Gadis itu pun melanjutkan langkah dan bersikap siap melempar batu kapan pun demi bisa melindungi diri sendiri.
Srak srak
Berhasil menghapus jarak di antara ia dan si pria misterius, Kivandra pun segera melempar batu tersebut dengan kekuatan penuhnya. Semoga batu itu tepat sasaran!
"Rasakan pencuri!"
"...."
Tak ada teriakan susulan atau gertakan penuh kemarahan, "A-apa? Apakah tidak kena?"
"Kivandra?"
Bukannya suara pria jahat menyeramkan, malah adanya suara yang sangat familiar di indra pendengaran Kivandra. Gadis itu mendongak dan mempertajam penglihatannya, "Lucas?!"
"Kivandra?"
"Lucas?!"
".... ekhem," Lucas berdehem singkat, "Apa yang kau lakukan di sini?"
"K-kupikir ada pencuri ... di sini." balas Kivandra dengan tatapan canggungnya. Gadis itu merasa telah melakukan hal yang begitu memalukan seumur hidup.
Lucas tertawa kecil, "Maka dari itu kau melempar batu padaku?"
"Ya, maaf, apakah itu mengenaimu?"
"Tidak, aku merasa kasihan pada batunya karena hancur berkeping-keping." ujar Lucas sembari menunjuk batu yang sudah menjadi kerikil-kerikil kecil di pijakannya.
"Oh, syukurlah."
Mereka bertatap satu sama lain tanpa sepatah kata yang dapat dilontarkan. Canggung, sepertinya Lucas juga tidak berminat untuk bicara.
"Um, Lucas ...."
Lucas mengangkat alisnya, "Ya?"
"Kenapa kau menghindariku beberapa hari terakhir?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Surrogate
FantasyPutus asa sporadis merapah, saat itu kereta berkilau datang menghampiri toko bunga Kivandra. Sang Pangeran mengajak Kivandra, yang tampak lelah, untuk menjadi keluarga kekaisaran. Kivandra seorang gadis miskin yang menjual bunga di pinggir jalanan...