Keputusan

108K 3K 34
                                    

Yey mo update nech..

Pada nungguin kelanjutannya ya?

Tapi sebaiknya aku kabur dulu...

Takut kalian ngamuk kalo baca lanjutannya.
--------------

Prilly POV

"Keputusan apa?" Tanya Ali mendesakku. Aku bingung arus berkata apa. Dia pasti akan sangat marah dengan Endrew kalau aku mengatakannya.

"Itu... Anu..." Entah kenapa lidahku sangat kelu saat ingin menjawabnya. Berbohong takut, jujur pun lebih takut.

"Sebenarnya apa uang kalian lakukan?!" Teriaknya di depan mukaku. Aku hanya bisa tertunduk diam. Aku tidak berani melihatnya, menatap matanya. Dia sangat mengerikan kalau sedang emosi.

"Apa dia memintamu kembali padanya?! KAU MILIKKU! AKU AKAN MEMBUNUHNYA JIKA DIA BERANI MEREBUTMU DARIKU!." Teriaknya membuatku semakin menundukkan kepalaku.

Aku harus bagai mana sekarang. Ali begitu posesif dan aku jujur saja masih mencintai Endrew. Apa aku mencintai Ali? Jawabannya ya, tapi entahlah. Aku rasa cintaku pada Endrew lebih besar.

"Achilles..." Hanya itu yang aku katakan. Aku merasa ada tangan yang menarik daguku, tangan Ali tentu saja. Dia menarik daguku hingga tatapan tatapan kami saling bertemu. Aku melihat matanya sudah tidak memancarkan emosi. Kesedihan? Apa dia menjadi sedih sekarang? Tapi apa yang membuatnya sedih?

"Achilles? Apa dia ingin kamu memberikan Achilles padanya?" Tanya Ali dengan nada khawatir. Dia menyimpulkan sendiri, aku belum sempat mengarang jawabannya.

"Dia memang ayahnya. Dan aku hanya ibu angkatnya." Kataku menundukkan kepala lagi. Ini kenyataan. Dan kenyataan ini yang selalu membuatku sedih. Air mata sudah menetes di pipiku. Aku tidak pernah bisa membayangkan kalau Achilles pergi dariku. Aku merasa tubuhku terangkat. Ali mendudukkan ku dalam pangkuannya. Dia lalu memelukku dan aku mengalungkan tanganku ke lehernya. Menyembunyikan wajahmu di lekukan lehernya. Menghirup aroma Lavender dari sabunku yang ia pakai tadi. Begitu nyaman. Aku selalu merasa nyaman berada dalam pelukannya.

"Tapi kamu yang sudah merawatnya. Dia bahkan tidak mau bertanggung jawab waktu itu." Katanya berusaha membela hakku ku rasa.

"Dia juga berhak atasnya. Malah dia lebih berhak dariku." Kataku tetap dalam posisiku. Air mataku semakin deras mengalir. Ali mengelus punggungku, berusaha menenangkanku. Dan itu malah membuatku... Entahlah, seperti ada sesuatu yang merambat dari sentuhan itu. Aku merasa bagian bawahku sudah basah. Aku juga merasakan ada yang mengganjal di bawah pantatku. Entah apa yang merasuki pikiranku, aku malah menggerakkan pantatku. Nafas Ali mulai tak teratur, sepertinya dia menikmati apa yang aku lakukan.

"Shit! Prilly, kau menggodaku?" Aku langsung menghentikan gerakanku dan mengangkat kepalaku agar bisa melihat wajahnya. Tatapan matanya berubah. Sepertinya aku sudah membangunkan singa yang tertidur. Ini gawat!

"Aku... aku harus masak untuk makan siang." Kataku yang lalu bangun dari pangkuannya dan berjalan menuju dapur. Berusaha menghindari Ali yang sudah mulai terbakar gairah.

HAP!
Aku kalah cepat. Ali menangkapku dan menggendongku menuju kamar. Dia membaringkanku di ranjang dan langsung menindih tubuhku. Mengurungku dengan kedua tangannya di kanan kiriku. Aku mulai takut.

"Kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu, sayang. Junior tidak akan bisa tidur jika belum lelah." Katanya dengan seringai mesum. Mati kau Prilly... Mati lemas pasti.

"Aku... itu tadi ha." Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Ali membungkam bibirku dengan bibirnya. Dia melumat bibirku dengan lembut. Aku terbuai olehnya. Aku membalas ciumannya. Ciuman kami makin memburu. Aku mengalungkan tanganku ke leher Ali. Meremas rambutnya, menekannya agar lebih dalam menciumku. Lidah kami saling beradu. Ciuman Ali turun ke leherku.

Hot MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang