Author POV
Sudah seminggu sejak kejadian itu, Prilly tidak bertemu dengan Ali maupun Endrew. Menghindar tepatnya. Dia bahkan mengirim asistennya jika ada rapat yang dihadiri oleh Ali. Dia tidak ingin bertemu apa lagi bertegur sapa dengan bos mesum itu. Ali telah mengambil apa yang dia jaga selama hidupnya dengan paksa.
Kau yakin? Hey kau juga menikmatinya kan? Kau bahkan mendesah dan menerikan namanya.
Prilly menggelengkan kepalanya dengan kencang saat mendengar suara di kepalanya. Ali telah memenuhi otaknya seminggu ini. Terlebih lagi dengan apa yang dia lakukan beberapa hari ini. Prilly selalu mendapati sebuket bunga mawar putih dan sekotak coklet di depan pintu apartmennya setiap pagi. Dari siapa lagi kalau bukan Ali. Kalian tau kenapa Ali bisa tau nomor apartmen Prilly? Karena gedung Apartmen yang ditempati Prilly saat ini adalah milik Ali.
Ya, sehari setelah kejadian itu Ali langsung menemui Mr.George untuk mengurus semua berkas pertukarannya. Dia menukarkan resornya yang ada di Bali dengan apatrmen itu. Dia rela kehilangan uang ribuan pounds hanya agar bisa dekat dengan Prilly. Tapi usahanya sia-sia, Prilly tetap tidak mengizinkannya masuk ke apartmennya.
Itu yang membuat Ali uring-uringan selama seminggu ini. Tidak melihat Prilly membuatnya selalu marah marah. Kayak ABG labil saja. Ya, setelah bertemu Prilly memang Ali seperti ABG labil. Dia selalu berusaha mendekati Prilly tapi seperrinya Prilly tidak ingin di dekati.
"KEVINN..." Teriak Ali memanggil asistennya. Sebenarnya dia bisa memanggilnya lewat interkom tapi amarah yang menguasainya lebih memilih untuk teriak. Merasa namanya dipanggil, Kevinpun masuk ke ruamgan Ali.
"Ada apa Sir?" Tanyanya saat berada di depan meja kerja Ali.
"Kenapa berkas tentang Prilly belum aku terima?! Kenapa lama sekali sih?!" Tanya Ali dengan nada tinggi. Memang semenjak kejadian itu, Kevinlah yang menjadi pelampiasan kemarahan Ali.
"Nanti sudah bisa anda terima Sir. Ini agak lama karena saya juga harus memastikan kalu informasi yang saya terima itu benar dan bisa dipertanggungjawabkan." Kata Kevin menjelaskan.
"Aku mau setelah makan siang aemuanya sudah lengkap dan ada di mejaku!" Kata Ali tak terbantahkan.
"Baik Sir." Jawab Kevin singkat yang lalu keluar dari ruangan itu.
"Si bos kenapa sih pak? Sudah seminggu ini marah-marah terus?" Tanya sekretaris Ali yang bernama Rina saat Kevin kembali duduk di kursinya. Ya, di ruangan ini meja kevin dan meja rina bersebelahan.
"Saya juga tidak tau Rin. Lagi putus cinta mungkin." Jawab Kevin acuh
"Emang pak bos punya pacar pak?" Tanya Rina yang sudah mulai kepo.
"Memang kalau bos punya pacar harus ngasih tau kamu?" Bukannya menjawab pertanyaan Rina, Kevin malah bertanya balik.
"Ya nggak gitu juga kali pak. Pak bos tu udah kepala tiga tapi kok nggak punya pasangan ya. Apa jangan-jangan pak bos itu...." Belum sempat melanjutkan perkataannya, suara dari ruangan Ali menginstrupsi.
"KALIAN AKU GAJI UNTUK KERJA, BUKAN MENGGOSIPKANKU!"
Mereka berdua hanya cekikikan mendengarnya. Memang telinga bos mereka sangat sensitif. Diam sajalah kalau tidak mau kena semprot lagi.
#####hot mom####
Prilly POV
Aku menghindari Ali dan Endrew setelah kejadian itu. Jika dihitung, ini sudah satu minggu setelah kejadian itu. Sebenarnya aku punya jadwal untuk mengecek produksi di pabrik setiap pagi tapi unruk hari ini aku meminta Lisa menggantikanku.
Yang aku lakukan sedari pagi tadi adalah me-la-mun. Bos mesum membuatnya risih beberapa hari ini. Dia bertindak layaknya ABG labil yang sedang mengemis maaf. Bagaimana tidak? Setiap pagi dia mengirimiku sebuket bunga dan sekotak coklat. Selalu ada kalimat permintaan maaf di kartunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Mom
FanfictionAku tidak membutuhkan belas kasihan siapapun. aku bisa memberikan kehidupan yang layak untuk anakku. kami sudah bahagia walau hanya hidup berdua. anakku tidak membutuhkan ayah, dan aku juga tidak mau bergantung dengan makhluk yang bernama laki-laki...