"Aduh, sudah jam delapan. Acaranya pasti sudah dimulai". Dengan tergesa-gesa Prilly memasuki Ballroom sebuah hotel mewah dimana malam ini diadakan acara tunangan teman masa kuliahnya dulu. Undangannya jam tujuh dan dia baru tiba jam delapan. Setelah mengisi pada buku tamu, ia lalu buru-buru menuju tempat yang empunya acara berada. Dia naik ke atas panggung dimana raja dan ratu acara malam ini berada..
"Maaf Chell aku telat." Kata Prilly saat menjabat tangan sahabatnya itu.
"Tak apa sist, yang penting kamu datang." Jawab teman Prilly.
"Selamat ya untuk perunangan kalian. Jangan lupa undangan pernikahannya."
"Kamu adalah orang pertama yang aku tulis dalam daftar undanganku nanti." Kata teman Prilly dwngan semangat.
"Aku catat ucapanmu itu Michell sayang..."
Dan Prilly lalu turun dari pangging setelah memberi ucapan selamat kepada pasangan yang sedang berbahagia itu.Dreeetttt dreeettt
Iphone Prilly bergetar saat dia ingin mengambil makanan.
"Halo...""..........."
"Baiklah, aku segera pulang. Tolong tenangkan dia"
Setelah memasukkan Iphonenya dalam dompet, Prilly lalu buru-buru berjalan menuju pintu keluar. Tapi naas, baru beberapa langkah dia menabrak seseorang yang membuatnya terpental tapi tidak sampai terjatuh.
"Maafkan saya nona." Ucap laki-laki yang menabraknya.
"Tidak apa-apa Sir. Saya yang jalan terburu-buru tadi." Kata Prilly sambil tersenyum ke arah pria yang ditabraknya tadi. Bagaimanapun ini adalah kesalahannya karena dia jalan tidak lihat-lihat tadi.
Tapi dengan cepat dan tiba-tiba lelaki di depannya itu menarik Prilly ke dalam pelukannya dan melingkarkan tangan kekarnya pada pinggang Prilly. Dengan tenaga penuh Prilly meronta dan berusaha melepaskan diri dari pelukan lelaki itu."Siapa namamu, sweetheart?" Mendengar pertanyaan lelaki itu, lebih tepatnya panggilan lelaki itu untuknya, Prilly lalu mendongakkan kepalanya dan menatap tajam lalaki di hadapannya itu. Dia sangat membenci lelaki perayu wanita seperti orang dihadapannya itu.
"Tindakan anda ini tidak sopan,Sir. Lepaskan saya!" Kata Prilly berusaha meredam amarahnya.
"Bagaimana kalau kalau barter? Aku akan melepaskanmu jika kau katakan namamu." Kata lelaki itu sambil memainkan alis tebalnya naik turun. Prilly tidak langsung menjawab dan itu membuat pria di depannya makin mengeratkan pelukannya.
Shiiittt! Prilly mengumpat dalam hati. Dia merasakan ada sesuatu dari tubuh pria itu menekan tubuh bagian bawahnya. Memikirkan benda itu membuat jantung Prilly seperti loncat dari tempatnya.
"Sepertinya kau nyaman dalam pelukanku." Kata pria itu dan menyadarkan Prilly dari lamunannya.
"Nama saya...."
Dreeettt dreeettt
Belum sempat melanjutkan kalimatnya, Iphone Prilly bergetar. Dengan cepat dia menggeser tombol hijau pada layarnya."Ya..."
"......."
"Yes, I go home now."
"........"
"Love you too my knight." Prilly menakhiri percakapan via telpon dan memasukkan ponselnya dalam tas.
"Pacar hum?"
Pertanyaan itu menyadarkan Prilly bahwa dia masih terkurung dalam pelukan pria mesum ini.
"Tolong lepaskan saya!" Kata Prilly ketus.
"Apa tadi itu pacarmu? Kau akan pulang untuk menemuinya?" Kata pria itu dengan nada yang sepertinya mulai agak marah.
"Itu bukan urusan anda. Tolong lepaskan saya, saya harus segera pulang."
"Tidak! Kau milikku!" Kata pria itu dengan nada sedikit meninggi.
"LEPASKAN SAYA! DAN SAYA BUKAN MILIK ANDA!" Kata Prilly berapi-api. Dia sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi. Dia juga tak peduli dengan orang-orang yang telah berkerumun melihatnya. Yang dia inginkan saat ini adalah lepas dari pelukan lelaki itu dan segera pulang.
"Kau berani berteriak padaku?" Kata pria itu nengintimidasi.
"Anda yang memaksa saya untuk melakukan itu,Sir. Anda juga yang memaksa saya melakukan ini." Kata Prilly yang lalu menginjak kaki pria itu dan menendang tulang keringnya.
"Aaawww."
Merasa bebas, Prilly lalu berlari keluar ruangan dan menuju parkiran hotel untuk mengambil mobilnya. Dengan segera ia menancap gas dan pulang ke apartemennya.
#####hot mom#####
Hai, ini cerita pertamaku. Semoga kalian suka...
Belajar berimajinasi ini..hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Mom
Fiksi PenggemarAku tidak membutuhkan belas kasihan siapapun. aku bisa memberikan kehidupan yang layak untuk anakku. kami sudah bahagia walau hanya hidup berdua. anakku tidak membutuhkan ayah, dan aku juga tidak mau bergantung dengan makhluk yang bernama laki-laki...