The Past

79.8K 3.5K 10
                                    

Still Aliand POV

Lagi-lagi kepalaku seperti di pukul pakai godam Thor sampai tubuhku terhempas ke tembok saat aku mendengar perkataan Kevin tadi. Dia sudah punya anak? Aku buka-buka membali berkas di depanku, tapi tidak menemukan informasi tentang itu. Dalam riwayat kehidupannya tercantum single.

"Tapi di sini tidak tercantum kalau dia sudah menikah." Kataku pada Kevin yang masih dengan tegapnya berdiri di depan meja kerjaku.

"Saya juga bingung tentang hal itu Sir. Saya pikir..." Kata Kevin menggantung kalimatnya.

"Anak itu lahir di luar nikah?" Tanyaku yang tau apa yang akan asistenku ini katakan.

"Saya belum berani menyimpulkan itu Sir. Itu hanya fikiran saya saja. Saya akan mencari informasi tentang itu." Kata Kevin buru-buru seolah dia takut aku marah. Ya, Kevin sudah menjadi asistenku sejak aku menangani perusahaan yang di Singapura. Dia pintar dan cekatan, dan yang aku suka dari dia adalah dia tidak akan menyimpulkan sesuatu tanpa bukti yang otentik. Dengan kata lain, semua informasi yang dia berikan selalu akurat.

"Ya, aku ingin data itu lengkap besok." Kataku sambil menyandarkan badanku di kursi kerjaku. Aku langsung menegakkan badanku saat teringat sesuatu.

"Bagaimana tugas yang kuberikan malam itu? Lotus Apartmen?" Tanyaku membuatnya terlonjak kaget. Entah sedang memikirkan apa dia tadi.

"Oh itu, Mr.George tidak berniat menjual apartmen itu Sir. Tapi dia..."

Oh God... Dia menggantungkan kalimatnya lagi. Ini pasti berita yang tidak menyenangkan.

"Katakan." Kataku agar dia tidak takut untuk mengatakan kelanjutan ceritanya.

"Mr.George ingin barter Sir. Beliau ingin menukar apartmennya dengan resort kita yang di Bali."

Sontak aku langsung membelalakkan mataku mendengar perkataan Kevin barusan. Oh si tua itu sangat pintar memanfaatkan situasi. Keuntungan apartmen itu tidak ada seujung kuku bila dibandingkan dengan keuntungan resortku.

"Siapkan berkas-berkasnya dan hubungi dia juga untuk menyiapkan berkas-berkas mereka. Kita akan melakukan pertukaran besok." Kataku tak terbantahkan.

"Baik Sir." Ucapnya yang lalu keluar dari ruanganku.

Apakah kalian bertanya aku sudah gila? Ya aku memang sudah gila. Aku tergila-gila dengan wanita yang bernama Prilly itu. Entah kenapa aku tidak mau mundur walaupun tau dia sudah mempunyai anak. Kalaupun ada suaminya, mungkin aku tetap akan maju dan menyingkirkan suaminya. Dia adalah milikku terhitung sejak aku memeluknya malam itu.

Aku teringat sesuatu! Michell. Ya, Prilly ada di pesta pertunangannya pada malam itu. Dan itu berarti bahwa dia juga mengenal Prilly. Aku lalu menelponnya dan mengajaknya makan siang. Ini memang sudah saatnya makan siang.

"Kevin, aku akan makan siang di kuar." Kataku saat aku melewati meja kerjanya.

"Baik Sir." Jawabnya singkat.

Selama ini aku memang lebih suka makan siang di ruanganku, tapi untuk saat ini aku ingin makan diluar karena ini menyangkut informasi tentang wanitaku itu.

Aku celingukan mencari keberadaan Michell saat masuk ke kafe tempat kami janjian. Oh, dia berada di meja paling ujung dekat dengan jendela. Dengan langkah lebar aku lalu menghampirinya.

"Sudah lama nunggu?" Tanyaku basa basi setelah sampai di hadapannya.

"Baru 5 menit." Jawabnya sambil menyesap minumannya. Hey, sudah banyak menu di meja. Sepertinya dia sudah memesankan juga untukku. Ya, sepupuku satu ini memang tau makanan kesukaanku.

Hot MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang