Pagi menjelang dengan cepat, Anna memicing mata menatap layar ponselnya.
5.45
Ah... Jam 6 kurang.
Anna kembali memejam mata.
1 detik, 2 detik, 3 detik.
"Ya Tuhan!"Anna memekik dan langsung bangkit dari kasurnya.
Suara gedebuk dan langkah tergesa memecah kesunyian pagi itu. Setelah 5 bulan, lantai 2 yang hanya dihuni kamar Anna dan sang kakak, Astha, ini selalu damai di pagi hari, hari ini terdengar keributan.
Ceklek.
Pintu kamar terbuka menampilkan Maya yang tersenyum melihat putrinya sibuk menata rambut.
"Aaahhh... Bunda bahagia nih."komennya.
Anna hanya melirik dari cermin di depan meja riasnya.
"Iya, iya. Bunda jangan mulai deh. Hari ini jangan bikin bete aku."sungutnya sambil terus saja sibuk menggelung rambutnya.
Maya terkekeh lalu masuk dan membantunya menata rambut agar lebih rapi.
"Ini bunda Bantu looh."rayu Maya.
"Makasih Bunda."Anna tersenyum manis. Lupa dengan rasa kesalnya tadi.
"Bajunya yakin?"tanya Maya sambil meneliti penampilan Anna dari atas sampe bawah saat Anna mematut diri di standing mirror-nya.
"Kenapa?"tanya Anna heran.
"Tuh!"tunjuk Maya ke rok sepaha Anna.
"Trus yang mana donk, Bund?"rengeknya.
"Hari pertama, pake yang tertutup dulu, sayang. Pelajari dulu lingkungan kerjanya."nasihat Maya.
"Ntar kliatan cupu..."lirih Anna dengan bibir manyun, tapi terdengar juga di telinga Maya.
"Enggak! Ganti sana. Percaya sama Bunda."jawab Maya mantap.
Anna mengikuti saran sang Bunda, mengganti rok mininya dengan celana panjang ankle berwarna krem.
"Nah, gitu kan cantik. Anak Bunda ga cupu kok. Modis banget."puji Maya. Anna tersenyum senang.
Tak butuh waktu lama untuk sampai ke kantor Haeser. Cukup 20 menit.
Ting!
Suara lift membuat jantung Anna berpacu. Senang, cemas, takut, antusias campur aduk jadi satu.
Tuhan, semoga orang-orang disini baik ma aku. Doanya.
Anna pun melangkah keluar lift dan disuguhi pemandangan lantai 11 yang super rapi. Lorongnya bersih. Nuansa abu muda dan perak memenuhi sepanjang ruang kerja. Elegan.
"Se–Selamat Pagi."sapa Anna pada seorang pria paruh baya yang duduk tak jauh dari pintu.
"Pagi. Anak baru?"tanyanya dengan tatapan menyelidik yang lumayan bikin nervous.
"Iya, pak. Saya Anna Talitha. Asisten Direktur Grafis dan Periklanan."jawab Anna memperkenalkan diri.
"Ooh... Oke. Saya Gery. Sekretaris."jawabnya dengan senyum dan mengulurkan tangan. Anna segera menjabatnya dan balas senyum.
"Kamu datangnya pagi juga. Bagus. Meja kerjamu di sana ya, nanti ada asisten yang lain Mila, Johan, dan Yuri. Nanti akan ada yang anter Peralatan kerja dan ATK buat kamu."kata Gery sambil menujuk 4 kubikel di sebelah kanannya.
"Baik, Pak. Terimakasih. Saya ijin kesana."jawab Anna sekaligus pamit. Gery mengangguk.
Anna menempatkan tasnya pada meja yang terlihat kosong. 3 meja lain tampak telah terisi pernak-pernik alat tulis dan juga papan pesan yang telah banyak tempelan. Sementara meja yang ditempatinya masih kosong melompong, hanya ada PC dan sebuah printer yang ditempatkan di samping. Mejanya berbentuk U dan lumayan luas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me [HIATUS]
RomanceHIATUS Anna Talitha tak pernah mengira jika ungkapan perasaannya masuk ke inbox email boss nya, Darren Aldrich Haeser. Dia hanya ingin mengungkapkan rasa cinta pada sang kakak tingkat semasa kuliah dulu, Raffael Witama.