Meet 18

9 1 0
                                    

*** Firstly, mohon maaf ya readers, aku vakum agak lama dari dunia WP ini. Selain karena kesibukan juga karena idenya tetiba buntu. Rasanya pengen ganti publish cerita lain, tapi kalo udah memulai trus ga dituntaskan tuh ntar ga enak aja. So, harap sabar-sabar ya. Semoga masih ada yang menunggu kelanjutan cerita ini T_T

Kalo kelupaan alur ceritanya, bolehlah baca ulang dari awal 😁😁😁

Makasih buat pengertiannya dengan tetep kasih bintang dan komen di semua cerita yang aku tulis  >.<  Arigatooou. ❤❤❤❤

____________________________________________________

Darren menatap keluar jendela mobil. Memperhatikan jalanan dan trotoar yang mulai ramai. Pagi ini rasanya mood-nya tak membaik. Entah karena Hazel ataukah karena Raffael dan Anna? Dia tak paham dengan kegelisahannya sendiri. Dia merasa kegilaan ini baru dimulai.

"Membosankan."gumamnya yang terdengar jelas oleh Al yang sedang mengemudi.

"Apanya?"sahut Al.

Darren mengalihkan pandangan sekilas pada Aliester, lalu kembali menatap keluar jendela. Tapi tak ada kata-kata jawaban yang keluar dari bibirnya.

"Kalo kau bosan, pergilah berlibur."kata Al tanpa diminta pendapat. Penyakit bosan Darren rupanya datang secepat ini. Pemicunya?

"Ini sudah terlalu membosankan."gumam Darren lagi.

Al tersenyum sekilas. Rupanya masih masalah Anna Thalita? Ya ampun... Darren benar-benar tertarik pada gadis itu.

"Kau ingin sesuatu dari Anna Thalita?"tanya Al saat mobil telah berbelok memasuki parkiran basement.

"Sok tau."geraman itu pelan, lalu Darren hanya menghela napas.

Dan itu diartikan Al jawaban 'Ya'.

"Pertemuannya 2 hari lagi. Sabarlah."kata Al mengingatkan.

Darren yang tadinya terlihat lesu tanpa semangat, tiba-tiba tampak sedikit berbinar mendengar itu. Ah! Kenapa aku bisa lupa itu? Proyek iklan marketplace!

"Hmm."hanya itu jawaban Darren dan Al memutar mata jengah.

Sandiwara dan sandiwara. Pura-pura tak minat, tapi sebenarnya bersemangat. Tsundere.

Keduanya kini sudah menaiki lift khusus menuju kantor Darren di lantai 35. Lift ini dibuat untuk mempercepat perjalanan ke lantai atas tanpa diinterupsi. Meski kadang Darren menolak memanfaatkannya dengan alasan tak jelas, Al tak berkomentar.

"Kau bisa santai sejenak. Rapatnya jam 9."buka Al saat keduanya terdiam dalam lift.

"Setelahnya?"tanya Darren masih memperhatikan arlojinya. Masih pukul 8.40.

"Pertemuan dengan Pak Laurent di Hotel Le Premiere jam 2 siang. Pastikan makan siang tepat waktu."jawab Al.

Bawel. Batin Darren saat mendengar kalimat terakhir dari jawaban Al. Dia bukannya sengaja makan siang terlambat atau bahkan melewatkannya. Beban kerjanya akhir-akhir ini terasa lebih banyak dan membuatnya sibuk sepanjang waktu.

Ting!

Bel lift membuat keduanya mengalihkan atensi pada pintu yang mulai terbuka.

"Selamat pagi, Tuan."sapa Greta, asisten Darren selain Al yang sengaja direkrut untuk membantu Darren dan Al pastinya.

Darren dan Al hanya mengangguk singkat dan melangkah mantap menuju ruang kerjanya.

*

*

Me

Kak, udah pulang? Gimana keadaannya sekarang? Lukanya masih sakit?

Anna mengetukkan jarinya ke meja berirama membuat Yuri melirik ke arahnya.

Meet Me [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang