Anna berusaha memejam mata malam ini. Entah mengapa hatinya jadi bimbang gini soal Raffa setelah tadi denger cerita soal dunia Raffa dan Darren.
flashback on
"Kami memang tidak boleh terlalu akrab."
Anna mengernyit.
"Aneh deh. Berteman, bermain hampir setiap hari tapi ga boleh dekat."
Raffa terkekeh.
"Kamu ga akan paham dunia Darren, Anna."jawab Raffa.
"Dunia seperti apa, Kak? Bukannya kita ada di planet yang sama dan galaksi yang sama?"sanggah Anna.
"Bukan dunia itu yang kumaksud."
Raffa menepikan mobilnya, lalu menatap Anna lembut. Membuat jantung Anna berdegup lumayan kencang.
"Dunia yang kumaksud adalah keluarganya. Keluarga Haeser punya banyak aturan buat keturunan mereka. Keluarga itu tak akan suka jika anak-anak mereka terlalu memiliki perasaan."lanjut Raffa.
Anna mengernyit.
"A–Apa jadinya kalo ga boleh berperasaan? Apalagi masih anak-anak."gumam Anna. Sungguh aturan yang menggelikan.
"Tapi begitulah Haeser. Menurut mereka, simpati adalah awal bencana. Awalnya aku juga tidak bisa memahami itu. Aku marah pada Ayahku saat dia terus saja melarangku sering-sering menemui Roderick dan Darren. Sebagai anak-anak, memiliki seorang teman adalah hal yang membahagiakan. Apalagi aku anak tunggal."
"Ro–?"Anna tampak bingung.
"Kakak Darren. Dia seumuran denganku."jawab Raffa. Anna mengangguk paham.
"Apa mereka ga kesepian?"
Raffa mengangkat pundaknya.
"Hanya mereka yang bisa menjawab."
Lalu hening. Anna merasa sedikit kasian jika membayangkan masa kecil Darren.
Ah! Kenapa aku mengasihaninya? Orang sesombong itu tak butuh dikasihani. Anna menepis sendiri pikirannya.
Pandangannya beralih pada Raffa yang kembali melajukan mobilnya.
"Dunia kakak sama?"tanyanya polos. Ada rasa cemas sekarang. Bagaimana kalo Raffael Winata juga dibentuk jadi manusia yang sama? Tapi itu sepertinya tak terjadi. Buktinya kebaikan Raffael padanya terasa nyata dan penuh ketulusan. Perasaan itu jelas masih ada di jiwa seorang Raffael Winata.
Raffael tersenyum.
"Untungnya tak separah itu. Meski Ayahku juga orang yang keras, tapi aku berterimakasih pada ibuku dan juga padamu, Anna."
"Kenapa?"tanya Anna buru-buru.
"Berkat ibuku aku bisa kuliah sesuai keinginanku dan berkatmu kehidupan kuliahku jadi menarik lagi."jawab Raffa dengan senyuman lembut.
Anna tertegun.
Kak, aku sungguh menyukaimu. Tapi—kenapa sekarang aku jadi ragu? Apa aku bisa berada di sampingmu? Dunia kita sepertinya terlalu berbeda. Auuuh... tapi aku benar-benar sukaa.
"Tak usah terlalu dipikirkan."Raffa mengusap sekilas pucuk kepala Anna yang tampak melamun.
"Enggak kok."bohong Anna. Ga bohong juga sih, Anna memang tak memikirkan Darren sama sekali, tapi dia kepikiran soal tekadnya memiliki Raffael Witama.
"Darren Haeser tuh ga penting buat dipikirin."gumam Anna tapi rupanya terdengar juga oleh Raffa.
"Aku harap kamu memaklumi kata-kata Darren dan sikapnya."ucap Raffa yang membuat Anna sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me [HIATUS]
RomanceHIATUS Anna Talitha tak pernah mengira jika ungkapan perasaannya masuk ke inbox email boss nya, Darren Aldrich Haeser. Dia hanya ingin mengungkapkan rasa cinta pada sang kakak tingkat semasa kuliah dulu, Raffael Witama.