Meet 5

18 0 0
                                    

Maafkan karena up nya hanya weekend ya readers. Enjoy! ^^

--------------------------------------------------------------------------------

Darren terkekeh melihat email yang masuk ke inbox pribadinya. Agak mengejutkan karena email ini bukan email yang biasa dia berikan pada sembarang orang. Email untuk kalangan terbatas. Hanya ayah dan kakak-kakaknya saja yang tahu, dan jangan lupakan Aliester. Sekretaris sekaligus sahabatnya.

Nama macam apa ini? na_tha?

Darren kembali terkekeh, dan dengan isengnya dia membalas surat masuk yang menyapanya 'Kak' itu.

"Oke, adik. Mari berbalas pesan."seringainya.

*

*

*

"Al, kemari."panggil Darren pada Aliester.

"Kau butuh apa?"tanyanya datar.

Sebenarnya pagi ini Aliester harusnya cuti kerja, dan entah kenapa boss-nya ini tiba-tiba mencabutnya. Kalo tak ingat budi baik seorang Darren, mungkin Al bakal ngamuk.

"Hey, ayolaaah. Kau bisa cuti besok atau minggu depan. Sepenting apa acara cutimu."bujuk Darren saat mendapati wajah datar Aliester di depannya.

"Cutiku memang ga penting. Jadi apa yang penting, Tuan?"balasnya sarkas.

Ck!

Darren mendecakkan lidahnya.

"Aku cuma minta kau cari, siapa pemilik email ini."Darren menyodorkan tabletnya dan diterima dengan baik oleh Al.

"Oke."jawab Al tanpa babibu setelah mem-forward email dimaksud ke emailnya sendiri.

Disodorkannya kembali tablet itu ke arah Darren, dan hendak berbalik pergi.

"Tunggu!"cegah Darren.

Al urung melangkah, badannya kembali berbalik pada Darren yang kini bangkit dari kursinya.

"Menurutmu, perusahaan pak tua itu layak?"tanyanya dengan raut serius.

Al menghela napas. Pasalnya, sudah keduapuluh empat kalinya Darren menanyakan pertanyaan yang sama padanya.

"Tuan Muda Darren. Bukan aku ga mau menjawabmu, tapi kau sudah dapat jawabannya sejak pertama kau bertanya."jawab Al dingin dan menjurus sarkas. 

Lagi-lagi Darren disodori muka datar sang sekretaris.

Darren terkekeh mendengar gerutuan Aliester.

Dia sudah tau bahwa perusahaan Haeser punya prospek bagus, apalagi sejak membeli perusahaan IT GR8 dan sebuah perusahaan start-up yang mengembangkan platform belanja. Darren juga sebenarnya berminat, bukan karena prospek, tapi karena dia menginginkan sesuatu dari ayahnya. Pengakuan. Hanya itu.

Melihat senyum menyebalkan milik Darren, Al menghela napas. Berusaha sabar.

"Kalo kau memang berminat, hentikan sandiwaramu sekarang."nasihat Al dan meninggalkan Darren untuk mengurus apa yang tadi diminta.

Semoga alasannya bagus, hingga cutiku tak sia-sia dibatalkan. Batin Aliester.

*

*

*

"Kamu yakin email itu punya Kak Raffa?"tanya Kania dengan raut serius.

Siang ini mereka makan siang bersama di kantin. Kania rela menempuh 25 menit perjalanan demi sahabatnya yang lagi galau.

Meet Me [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang