Meet 4

19 1 0
                                    

"Puas menguping?"

DEG!

Anna beku di tempat.

Suara ini, Anna mengenalinya sebagai suara pria bossy tadi pagi. Suara Darren.

"Ee— Hah? Maaf? Saya barusan disini."ucap Anna setenang mungkin dan membalikkan badan perlahan menghadap Darren.

Darren tersenyum miring. Jelas sekali pria ini sedang meledek Anna dan tak mempercayai ucapannya.

"Oh... barusan ya? Kamu gadis ponsel tadi kan?"tanyanya dengan pandangan menyelidik.

Anna yang ditatap rinci jadi risih.

"Nama saya Anna, bukan gadis ponsel."sanggahnya.

Darren tersenyum sekilas.

"Oke, AN.NA. Apa yang kau dengar?"Darren menekankan nama Anna saat bertanya yang artinya dia sudah tau Anna mendengar pertengkarannya dengan sang Ayah.

"Huuuh... Saya hanya karyawan rendahan disini. Saya ga ada kepentingan dengan obrolan Anda, TU.AN MU.DA."balas Anna berani, menekan kata Tuan Muda sebagai sindiran.

Darren menaikkan sebelah alis. Kaget dengan reaksi gadis di depannya. Biasanya siapapun bakal gemetaran dan takut menghadapi gertakannya. Tapi kenapa dia beda?

"Baiklah. Anggap saja kita impas. Aku sudah salah merusakkan ponselmu tadi pagi, jadi masalah ini kuanggap tak ada."Darren melangkah pergi meninggalkan Anna yang masih terpaku.

Pria itu memasuki lift yang ternyata sudah disiapkan sang sekretaris.

Setelah keduanya pergi, Anna terduduk di karpet. Lemas. Anna jelas-jelas hanya berakting sok berani, sebenarnya jantungnya berpacu sangat cepat dan telapak tangannya berkeringat. Anna berusaha menenangkan sang jantung, memejam mata, mengatur nafas, lalu berdiri bersandar dinding.

"Tenaaaaang..."ucapnya berulang sambil mengelus dada di mana sang jantung berdegup.

Tak lama Anna pun bisa menguasai diri, melangkah kembali ke ruang kerjanya di lantai 11.

"Anna!"

Panggilan Adam membuatnya urung meletakkan bokong ke kursi.

Dahlah pasrah. Omelin aja. Batinnya.

Siang ini Anna bete, sungguh hari ini buruk. Pagi-pagi ponsel hancur, ketemu manusia menyebalkan yang super duper sombong dan bossy kayak Darren, lalu penderitaannya ditambah dengan omelan panjang Pak Adam gara-gara dia menghilang selama hampir 30 menit lamanya. Anna tau Pak Adam melampiaskan amarah padanya karena dia juga diomelin Pak Richard, Direktur Pemasaran yang terkenal strict.

Huuft... Kenapa ya manusia kalo udah jadi boss berubah dingin dan kejam?

Anna meletakkan stylus dan meregangkan badan. Siang tadi dia gagal keluar buat sekedar beli ponsel baru gara-gara omelan panjang Pak Adam. Makan siang aja buru-buru nelennya. Sekedar ambil secangkir kopi di pantry aja udah diteriakin Pak Adam lagi. Luar biasa kejam.

Lalu dia tersentak menyadari kalo udah melupakan hal penting.

Astaga! Astaga! Kan tadi terakhir chat janjian sama Kak Raffa!

Anna tepok jidat, membuat Yuri menengok ke arahnya.

"Kenapa?"tanya Yuri kepo.

"Aku lupa ada janji. Mana ponsel rusak. Duuh."Anna panik sendiri.

Gimana ga panik, itu Raffael! Helooow? Raffa yang selama ini diidamkannya. Ga mungkin dia ghosting donk.

"Hafal nomer telponnya ga?"tanya Yuri santai, tak berempati sekaleee.

Meet Me [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang