Mencintai Dalam Diam

1 0 0
                                    

"Menikmati perbuatan bodoh lagi, Fa?"

Aku sedikit tersentak mendengar celetukan Nando. Kulihat dia tertawa kecil sambil melempar tatapan kasihan padaku. Ini sudah terjadi berulang kali. Tapi aku masih saja sakit hati mendengar hinaan yang dibalut dengan candaan itu.

Buru-buru aku menutup buku di hadapanku. Perpustakaan yang sepi itu terasa begitu gaduh gara-gara kehadiran makhluk tengil ini. Dia menarik lenganku ketika aku ingin beranjak dari kursi.

"Mau?" Sebungkus roti pisang terjulur. Aku menghela nafas. Lalu tersenyum kecut dan buru2 menyantap hadiah kecil dari Nando. Dia memang menyebalkan. Selalu merecoki kesenanganku di setiap kesempatan. Tapi dia seringkali menawarkan bantuan di saat yang tepat. Aku menahan lapar dari tadi dan dia seolah2 tahu apa yang ada di pikiranku.

"Ngapain lu disini? Sejak kapan lu tertarik masuk perpus pas jam istirahat?" tanyaku dengan tatapan menyelidik.

"Sejak gue tahu lu lagi mandangin si Reza sambil melongo." Nando tak bisa menahan tawanya. Suaranya membuat penghuni perpustakaan meliriknya tajam. Dengan sigap gue menutup mulut Nando. "Lagian apa hebatnya si cupu itu sih, Fa? Gantengan gue jauh kali. Soal otak? Bisa diadu lah."

Aku akui, Nando emang punya tampang yang lumayan. Otak dia cukup encer. Itulah kenapa dia masuk kelas akselerasi. Sekelas sama Reza. Dan juga Intan. Cewek Reza sejak setahun yang lalu. Ah, hatiku sakit menyebut nama itu.

"Iya, iya. Gue amat sangat tahu fakta itu. Terus kenapa?" tanyaku sok polos.

"Kenapa lu masih aja buang waktu dan tenaga lu buat orang yang bahkan ga kenal siapa lu. Ga mau tahu  perasaan lu. Dan ga mau peduli sama kehadiran lu di muka bumi ini. Dia pernah nyapa lu? Gak kan? Jangan lu terusin deh kebucinan lu. Lu tuh kayak lagi bangun rumah yang ga pengen dia tempatin. Lu bangun sebagus apapun rumah itu, dia ga bakalan peduli, Fa. Ayolah, jangan biarin dia berdiri di pintu dan ngehalangin lu buat lihat orang lain. Dan juga ngehalangin orang lain buat masuk. Yang lu cintai itu bukan Reza. Tapi harapan yang lu bentuk sendiri."

Aku membuang muka. Berusaha menyangkal kalimat-kalimat Nando yang sayangnya benar semua. Mencintai dalam diam itu kebodohan. Ketidakberdayaan. Seperti memeluk bayangan yang kita ciptakan. Sial!

Love and ShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang