Suasana secara tiba tiba menjadi sepi. Jisoo bersama Jennie dan Lisa terus menatap sosok yang bertamu kerumah mereka itu dengan tatapan datar "Untuk apa kamu kesini Rose!?" Jisoo mengulangi pertanyaannya.
"Aku hanya ingin bertamu. Apa itu salah?" Sahut Rose.
"Bertamu? Ck, setelah hampir 2 tahun kamu menghilang, kamu malah kembali? Untuk apa? Untuk pamer kekayaan kamu itu?" Sinis Jennie.
"Maaf, aku sudah berusaha untuk bertemu kalian tapi aku tidak ada waktu" ujar Rose merasa bersalah.
"Tidak perlu sok merasa bersalah!" Sambar Lisa dengan cepat "Kamu sudah bahagia bersama kekayaan Papa bukan? Jadi, mendingan kamu pergi! Jangan kembali kesini lagi!" Lanjutnya.
Rose menatap Lisa dengan tatapan yang sulit diartikan. Ternyata, kembarannya yang dulunya hangat itu sudah berubah.
"Sudah anak anak. Jangan ribut" halang Jiah "Rose juga saudara kalian. Dia bebas untuk kesini kapan kapan dia mau"
"Saudara? Ck, saudara aku hanya Kak Jisoo sama Lisa!" Sahut Jennie.
Rose menghela nafasnya dengan kasar. Kata kata Jennie sedikit menggores hatinya si tapi dia sadar kalau semua yang terjadi juga adalah salahnya "Aku senang melihat kalian hidup bahagia bersama" ujarnya.
Dia beralih menatap Jiah "Ma, Rose pulang dulu ya. Nanti Rose kesini lagi. Jaga diri Mama" setelah memeluk sang Mama, Rose akhirnya berganjak pergi dari sana. Cukup! Dia sudah tidak sanggup untuk melihat tatapan sinis yang diberikan oleh ketiga saudaranya itu.
"Ck, menyebalkan!" Gerutu Jennie berjalan memasuki kamarnya begitu juga dengan kedua saudaranya.
Jiah pula menatap kepergian Rose dengan tatapan sendu "Mama tahu kamu kuat. Tolonglah bertahan" gumamnya.
Dengan wajah datarnya, Rose berjalan memasuki mansion mewah milik sang Papa.
"Bi, apa Papa sudah pulang?" Tanya Rose menghampiri Bibi Hana, sosok yang selama ini mengurusnya.
"Sudah Non. Dan Tuan ingin ketemu sama Nona diruangan kerja" sahut Bibi Hana.
Rose menelan ludahnya dengan kasar. Kalau sang Papa ingin bertemu dengannya di ruangan kerja, sudah pasti sang Papa mempunyai hukuman kepada dirinya.
"Aku keruangan Papa duluan" pamit Rose.
"Hati hati Nona" ujar Bibi Hana dengan khawatir.
Selama ini, Bibi Hana lah yang menjaga Rose dan dia sudah menganggap Rose seperti anaknya sendiri makanya dia tahu semua yang terjadi kepada yeoja malang itu.
Tok tok tok
Ceklekk
Setelah mengetuk pintu ruang kerja itu, Rose membukanya dan berganjak memasukinya "P-Pa" panggilnya gugup.
Joohyuk menatap Rose dengan datar "Dari mana saja kamu!?"
"D-dari Perusahan" sahut Rose terpaksa berbohong.
"Ah, iya kah?" Joohyuk menghampiri Rose dengan seringai tipis di wajahnya.
Srettt
Secara tiba tiba dia menjambak rambut anaknya itu membuatkan kepala Rose mendongak keatas "Kamu sudah berani berbohong hah!? Apa kamu fikir Papa tidak tahu kalau kamu ketemu sama Mama dan saudara kamu itu!?" Bentaknya marah.
Rose meringis "Ampun Pa"
Brukkk
Dengan kasarnya Joohyuk mendorong Rose membuatkan yeoja itu bersimpuh dilantai.
Nafas Rose memburu ketika melihat Joohyuk mengambil ikat pinggang dan menghampirinya.
Ctakkkk
Bunyi cambukan itu kedengaran dengan jelas. Rose hanya mampu memeluk dirinya ketika sang Papa dengan kejamnya mencambuk punggungnya.
Ctakkk
Ctakkk
Seperti orang kesetanan, Joohyuk terus mencambuk punggung sang anak tanpa mempedulikan rintihan anaknya itu.
"Hiks ampun Pa" isak Rose kesakitan.
Dengan nafas yang memburu, Joohyuk menatap Rose "Jangan pernah ketemu sama mereka lagi!" Ujarnya "Sekarang, keluar!!" Usirnya.
Dengan menahan sakit disekujur badannya, Rose berjalan keluar dari ruangan itu.
"Astaga Non!" Bibi Hana langsung menghampiri Rose dan membantu membawa Rose kekamar.
Bibi Hana membantu Rose duduk dikasur "Bibi obatin ya" Dia menyibak baju belakang Rose yang sudah robek dan perlahan lahan dia mengoles obat di luka cambukan itu.
Sang yeoja bahkan sudah menggigit bibir bawahnya bagi menahan ringisannya. Ah, rasanya benar benar sakit. Bukan hanya badannya yang sakit, namun hatinya ikut merasakannya.
"Nona" panggil Bibi Hana dengan lirih.
Rose menatap Bibi Hana dengan tatapan lirihnya. Tidak butuh waktu yang lama, air matanya mengalir keluar "Hiks aku hanya ingin ketemu sama Mama, Kak Jisoo, Kak Jennie sama Lisa. Hiks apa itu salah Bi?" Isaknya.
"Tidak Non. Itu sama sekali tidak salah" sahut Bibi Hana menenangkan Rose. Dibawanya kepala Rose kedalam dakapannya dan dielus kepala itu dengan penuh kasih sayang.
*
"Mama sepertinya ingin bekerja" ujar Jiah membuatkan perhatian ketiga anaknya langsung tertuju kearahnya.
"Untuk apa Mama kerja? Aku, Kak Jisoo sama Kak Jennie sudah bekerja. Mama tidak perlu capek capek fikirin soal uang" sahut Lisa.
"Seharusnya ini sudah menjadi tugas Mama untuk membiayai hidup kalian. Kalian harus lanjut kuliah dan biar Mama saja yang bekerja" ujar Jiah.
"Ma, aku tidak mau Mama capek. Mama istirahat saja dirumah. Lagian aku sama adek adek juga sudah gede dan kita bisa menghasilkan uang kita sendiri. Ini sudah menjadi tanggungjawab kami sebagai anak" ujar Jisoo.
"Tapi Mama tidak tega melihat kalian capek bekerja" ujar Jiah sedih.
"Gimana kalau Mama bikin kue saja? Nanti kue itu bisa dijual di cafe Kak Seulgi bukan?" Usul Jennie.
"Bagus juga tuh ide. Nanti Kakak ngomong sama Seulgi" ujar Jisoo.
"Boleh juga. Nanti kamu kabarin Seulgi ya" ujar Jiah.
"Iya Ma" sahut Jisoo.
Mencium bau bawang🧅
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry✅
Fiksi PenggemarHubungan persaudaran yang hancur gara gara salah faham yang terjadi. Akankah hubungan persaudaran ke4 gadis itu kembali seperti dulu? Namun, apakah akan ada sosok yang terkorban? Blackpink📌 Family📌 Fanfiction 📌