Luka dan Tangis Kedewasaan

25 15 0
                                    

Semalam suntuk aku mencari tempat pulang.
Disamping sosok wanita yang melahirkanku, ia begitu pulas tertidur.
Aku mencermati dan takut bahwa sebenarnya ia hanya pura pura pulas.

Sebenarnya aku ingin sosok itu tau bahwa anaknya ini sedang tidak baik baik saja
namun enggan ku ceritakan kepahitan yang sedang menusukku.

Aku membelakanginya karena mendung ini tak dapat ku tampung lagi.
Aku terisak dan menutup mulut ini agar tak mengeluarkan suara yang akan membangunkannya dari tidur lelahnya.

Mencoba memahami setiap apa yang sedang terjadi. Sendirian, namun tetap merasakan hangat disamping sosok yang ingin selalu ku banggakan tanpa membuatnya bersedih dengan luka anaknya ini.

Esok hari ketika aku mulai lupa akan kepahitan itu, diperjalanan ku bungkam mulutku lagi, tertutup pelindung kepala dan dibalut masker.
Isak tangisku sudah tak bisa ku bendung lagi
Begitu jelas terdengar sendiri di telingaku.
Aman ku rasa, karena hanya aku yang medengar isak itu dengan nyaring
bahkan orang berlalu lalang pun tidak mengetahuinya.

Ku keluarkan semua rasa yang mengganjal dan menangis sekeras mungkin
tanpa mengadu dan diketahui satu manusia pun
Walau  bekas bekas dimata tak pernah dusta akan hadirnya luka yang tumbuh.

Riuh RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang