1

6 1 0
                                    

Fara Haira Jasmine

✨✨✨✨✨

"Mama pergi dulu ya sayang, cantik, pinter sekolahnya, see you."

"Papa juga ada meeting pagi, maaf ga bisa anter kamu sayang, sama Pak Pardi perginya, take care anak gadis papa."

Kecupan bergantian dari papa mama seperti sudah sambil lalu bagi Fara. Kedua orang tuanya akan sibuk dan bergegas pergi bekerja dan pulang larut malam dengan alasan yang sama. Pekerjaan. Demi kesejahteraan keluarga.

Fara si anak bungsu sudah biasa melewati harinya seperti itu. Kakak lelakinya sedang kuliah di Jakarta. Sesekali akan pulang ke Bandung kalau libur semesteran. Itu pun waktu kebersamaan dengannya akan sangat sedikit. Karena Kak Fiko akan menghabiskan waktu bersama kekasihnya.

Fara hanya bisa menghembuskan nafas lelah, sepi, sendiri. Selalu itu yang ia rasakan selama di rumah.

"Berangkat sekarang non?"

"Eh Pak, aku udah izin mau bawa motor sendiri, gausah diantar."

"Yang bener non?"

"Iya udah Pak Pardi anter Mbok Mirna ke pasar aja sana."

"Tapi non?"

"Sttt, nih buat beli es cendol."

"Non? Saya takut dimarahin bapak."

"Papa sama mama ga akan tau kali pak, aku udah di rumah ko nanti sebelum mereka pulang. Kaya ga tau aja mereka pulangnya suka jam berapa."

"Non?"

"Udah Pak tenang aja, sana."

---------------------

"Gimana ini Mir?"

"Udah ga apa2 Pak Pardi, sesekali si non pengen menikmati jalanan sendiri pake motornya Den Fiko."

"Tapi saya hawatir."

"Udah tenang aja, si non dah jago ko naik motornya."

"Ya mudah-mudah an ya Mir."

--------------------

Siapa sih nih markirin motornya ga bener. Mana susah digeser lagi. Mana parkiran dah penuh. Duh gue kelamaan di jalan, jadi aja. Fara hanya bisa merutuki nasibnya karena kesulitan parkir. Hingga seorang cowo berperawakan tinggi, putih dan kalem menggeser motor yang sedari tadi Fara coba geser supaya motornya bisa masuk. Dan berhasil. Ehhh.

"Motor lo dah bisa masuk tuh."

"Eh, oh, thanks." Ko jadi gagu gini sih.

Nah siph. Lha kemana tu cowok. Kan Fara belom kenalan.

--------------------

"Hei kamu udah belum parkir motornya, cepetan itu udah pada baris di lapangan."

"Eh iya pak, maaf-maaf, ini lagi nyangkutin helm pak."

"Lho Fara? Bukannya kamu pengibar bendera hari ini?"

"Eh iya pa wakasek, aku otw ini pak, siap-siap dulu."

"Dasar kamu ya, sudah tau jadi petugas upacara, harusnya datang lebih pagi."

"Maaf pak, macet tadi."

"Dah lah sana.Untung kamu cantik, saya maklumin deh."

"Makasih pak."

Fara bergegas lari menuju ruangan paskibra.

"Sorry² telat."

"Yeee, bikin panik aja si Fara, dah bingung kita siapa yg bawa bendera kalo lo ga dateng."

"Hehehe."

---------------------

"Arah jam 9, kek nya dari tadi tuh cowo liatih lo mulu deh."

"Hmmm? Yang mana?"

Pengibaran bendera merah putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya.

"Stttt, siap-siap maju nih kita."

--------------------

"Ra, cowo yang tadi tuh?"

"Siapa?"

"Yang ngliatin lo mulu, pas upacara."

"Masa sih?"

"Dih ni anak, ga peka banget."

"Dari dulu kali Des, dia ga peka kaya ga tau aja, tiap ada yang ngeceng, si Fara mh lempeng² aja."

"Kenapa sih Ra? Mau cari cowo yang kaya apa?"

"Ih ga gitu juga, males aja beribet sama urusan kaya begitu."

Karena Fara melihat sendiri, kedua orang tuanya yang katanya bucin sedari SMA, perasaan mereka akan terkikis juga pada akhirnya, seiring dengan waktu. Itu yang Fara rasakan.

✨✨✨✨✨

I Wish YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang