2

6 1 0
                                    

Devan Fatih Mahardhika

✨✨✨✨✨

"Devan pergi dulu."

"Hati-hati."
"Hmmm."

Sudah beberapa waktu belakangan keluarganya tak lagi hangat. Dingin, kaku, masing-masing punya rahasia yang tak terbaca. Devan tau kalau sebentar lagi entah Ayah atau bunda nya akan memintanya untuk memilih salah satu diantara mereka. Ya, sebentar lagi mereka akan bercerai.

--------------------

Hadeuh, cewe bawa motor serasa jalan milik sendiri. Belok kiri woy! Riting ke kanan. Apalagi ini coba, ga bisa markirin motor sendiri. Dasar cewe, segala aja bisa jadi ribet. Cih! Lama!

"Motor lo dah bisa masuk tuh."

"Eh, oh, thanks."

--------------------

Oh pengibar bendera. Pantesan kaku tangannya bawa motor. Ckk.

"Devan, lu liatin siape dari tadi."

"Gak."

"Cih, so galak."

"Berisik."

"Anak paskibra, aktif di ekskul pecinta alam, juara MIPA, juara lomba nyanyi juga, dah cantik pinter berbakat, diborong semua sama dia."

"Sttt, Doni dari tadi lu berisik dah di lirik terus sama guru BK noh, Devan ntar lagi kalo upacara jangan deket2 si Doni, tukang ribut."

"Tapi ya, denger-denger, tu cewek anti nerima cowok. Banyak yang naksir disuruh mundur duluan sebelum nembak, karena pasti jawabannya engga. Heran gue. So sibuk, ogah pacaran. Kan sayang ga ada kesan indah semasa SMA."

Devan hanya diam menanggapi. Masa iya kesan indah di SMA harus dengan pacaran juga. Dan lagi apa ga cape tu cewek kegiatan nya banyak banget. Wajar sih tipe² playgril mah pasti tujuannya tebar pesona sana sini. Tapinya sok jual mahal. Ciih. Lha kenapa Devan jadi sewot kenal aja kagak.

Dan tatap keduanya bertemu, dengan suara-suara bising di kepala mereka masing-masing. Hingga Devan terlebih dulu membuang muka. Kembali menatap lurus pembina upacara yang sudah 10 menit masih saja memberi wejangan.

--------------------

"Dev, lo kan anak baru, nih isi formulir keikutsertaan ekskul. Lo wajib ikut satu ekskul. Buat laporan di rapor."

"Masuk basket aja dah, lu kan tinggi."

"Gabung sama gue aja, futsal man."

"Serah Devan lah dia mau gabung mana. Eh di sekolah lama lo ikutan apa dah?"

"Ga ada."

"Dih mageran nih anak. Ikut pecinta alam kalo gitu, biar gerak, naik-naik ke puncak gunung."

"Yeeee, Doni Doni, lu kira basket n futsal diem di tempat apa."

"Taik nih."

"Kok taik?"

"Ya kaya elu."

"Van, lo kan lagi naksir cewek si pecinta alam itu. Hayooh gaskeun."

"Yang mana Don?"

"Primadona kita, Fara Haira Jasmine. Beuh nama nya harum semerbak bagai bunga."

"Jasmine emang bunga kali, dasar kerdus indomie."

"Ape lu adonan bakwan."

Devan si penyindiri, kini dikelilingi orang-orang yang berisik. Tapi itu lebih baik daripada harus merasa sepi selamanya. Menarik juga. Tapi Devan masih malas, belum pengen ngapa-ngapain. Lha gimane elu tong?

--------------------

Setinggi apa kita mampu mendaki
Rasa cinta kasih dan ketulusan
Namun bila hati jadi terpisah
Beri kepastian agar ku lebur semua

--------------------

Bagus juga suara tu cewek. Devan tidak sengaja melewati sanggar vokal tempat para anggota ekskul nyanyi berkumpul. Kebetulan lagi pada latihan. Mau ada lomba apa gitu Devan lupa. Sampe tu cewek maju sendiri menyanyikan sebait lagu, yang selanjutnya paduan suara kembali terdengar. Anak sekolah ko lagunya patah hati. Devan heran. Yah gimana lagi, yang sering terjadi, masa-masa sekolah adalah masa nya patah hati juga sih. Kalo lo ga nemuin jodoh lo disini. Pastinya lo nemuin dulu jodoh orang. Ckk.

✨✨✨✨✨

I Wish YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang