6

5 1 0
                                    

"Terimakasih sudah mau ikut bunda, bunda janji akan bekerja keras buat kamu. Jadi anak yang rajin ya nak, bunda percaya, kamu ga akan pernah buat bunda kecewa."

"Are you okay?"

"Yes, i am. Bunda hanya perlu kamu disisi bunda."

"He is so jerk!"

"No! Ayahmu ga seperti itu oke. Bunda yang membosankan. Bunda yang salah. Oke."

"Bunda sebenarnya tau kan apa yang dia lakuin di belakang bunda?"

"Ga masalah sayang. Bunda cukup tau diri. Kalau jadwal Ayahmu menemui mu tiba, kamu harus menemuinya. Itu hak beliau."

"Dan aku juga punya hak buat nolak. Aku sudah besar. Dan bisa membedakan mana yang benar dan salah."

"Devan..."

"Devan berangkat dulu Bun."

"Hati-hati. Nak."

Dan tangis pilu seorang mantan istri yang baru saja bercerai karena suami yang sudah 20 tahun bersamanya tega berhianat.

-----

"Kamu harus milih salah satu Fara. Jadwal lomba MIPA dan lomba padusnya di hari yang sama."

"Ga ada beda jam gitu bu?"

"Walau beda jam, tetep aja tempatnya berbeda, kamu ga bakal bisa ikut keduanya."

"Yah padahal saya pengen banget bisa juara lagi."

"Ibu percaya sama kamu, tapi ini ga bisa dilakuin secara bersamaan. Kamu harus pilih salah satu. Tapi kamu juga berpotensi di kedua bidang ini. Duh beruntungnya kamu, dikasih wajah cantik, bertalenta di segala bidang."

Hanya keluarga saya, yang ga bisa melihat semua ini Bu. Mereka semua tidak tertarik dengan segala macam prestasi saya.

"Bu Fitri, ini yang saya bilang kemarin. Murid baru yang bisa gantiin Fara lomba MIPA. Udah saya tes, jago banget dia."

"Oh ya? Sini masuk nak."

"Permisi Bu."

"Beneran kamu bisa gantiin Fara? Dia nih banyak bener ngikut ekskulnya."

"Bisa bu."

"Baiklah. Nah Fara murid cantikku, dah ada solusi nya. Fix kamu ikut lomba padus aja ya sayang."

"Yah bu."

"Udah udah sana latihan lagi, ibu yakin kamu bisa bawa tim padus kita juara lagi. Dan buat kamu, Devan ya? Mulai besok kamu latihan mengerjakan soal sama saya."

"Baik bu."

"Kalau gitu Fara, kamu kasih Devan ya buku-buku soal yang saya titipkan ke kamu kemarin. Jangan cemberut gitu dong, harusnya kamu lega ada yang bisa gantiin kamu."

"Iya Bu, saya permisi kalau gitu."

-----

"Yakin lo bisa menang?"

Eh ni cewek nantangin.

"Lo ga percaya gue?"

"Soalnya ga mudah, dan ini pengalaman pertama buat lo juga kan?"

Sekate-kate, belum tau aja dia di sekolah lama Devan, dia juga juara umum. Dia pindah karena diajak bunda nya pergi dari kota yang menyakitkan.

"Mau taruhan? Kayanya lo ga percaya sama gue?"

"Ini menyangkut nama baik sekolah. Dah 3 tahun berturut-turut selalu juara tingkat kota."

"Kalau gue bisa menang, gue dikasih apa sama lo?"

"Hah? Ko gue sih?"

"Makanya punya badan satu gausah sok sok an sibuk sana sini. Keteteran kan lo."

Apa cowok ini bilang?

"Awas aja kalo lo ga menang!"

"Kalau gue menang, lo jadi pacar gue."

Devan meninggalkan Fara yang mematung karena baru saja puncak kepalanya di elus cowok itu. Dan lagi kenapa Fara malah diam sih? Oh ya, tu cowok banyak ngomong juga ya tadi. Tapi gimana sih nanti kalo dia beneran bisa juara. Ih ogah, Fara kan ga mengiyakan juga. Suka-suka dia sono mau halu kaya apa. Palingan juga kalah. Ckkk.

✨✨✨✨✨

I Wish YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang