"Sebelum naik, kita berdo'a dulu supaya kita semua selamat, sehat, sampai turun lagi ga ada kendala apapun. Berdo'a mulai."
"Far, lo kenapa dari tadi? Kaya ga enak badan."
"Ga papa Put, gue kayanya mau PMS, udah gue pake sih pembalutnya buat jaga-jaga."
"Lo kalo mens kan suka sakit gitu perutnya. Kuat ga lo?"
"Udah gue ga papa, perdana lho ini kita muncak setelah libur kenaikan kelas kemarin."
"Deuh si Fara. Sebegitunya lo pengen nyibukin diri."
"Nah lo tau itu."
"Lo ga capek?"
"Belum lah, kan kita belum naik."
"Bukan itu maksud gue."
"Put...plisss gue ga apa-apa."
"Iya deh yuuu semangat. Lo ga boleh jauh-jauh dari gue. Hanya gue yang paling ngertiin elo."
"Iya deh iya. Putriku sayang."
"Dih... Kesannya elo emak gue. Hahahhaa."
Cuma buat nyari kesibukan ternyata. Cewek aneh.
"Lo duluan aja deh Put. Gue mau duduk dulu. Perut gue dah mulai sakit nih."
"Tuh kan gue bilang juga apa, elo sih bandel nekat muncak. Ga bisa gitu ya, gue tungguin elo."
"Dah sore juga, elo kan takut gelap, udah sana. Kasih tau yang lain gue diem dulu nunggu perut gue reda sakitnya."
"Yaudah sih gue tunggu aja."
"Put..."
"Fara..."
"Hey, kenapa masih pada disini?"
"Ini nih, si Fara kumat."
"Kumat apaan?"
"PMS biasa."
"Yaudah ayo, kenapa malah diem."
"Kalian duluan aja."
"Ga! Kita tungguin."
"Harus gimana?"
"Eh, hmm?"
"Iya, kalo sakit gini, biasanya gimana?" Tiba-tiba Devan mengangetkan semua orang disana dengan pertanyaan lantangnya.
"Biasanya si Fara minum kiranti, terus rebahan, atau di kompres-kompres dikit perutnya pake lap anget."
"Yang ditanya Fara woi, masa lo yang nyaut."
"Lah kan Fara nya lagi ngeringis begitu Bima sakti!"
"Yaudah ayok, naik ke punggung gue."
"Nah iya udah paling bener ini, sini tas lo Far gue yang bawa."
"Dari tadi kek!"
"Heuuh, bubuk detergen!"
"Lah bagus dong gue, bisa nyuci muka dekil elo Bim, hahaha."
"Udah sih kalian ga di mana berisik mulu."
"Dia nih, Ga."
"Yeah, dia duluan.""Gue lempar ya lo pada."
"Ampun Yoga ku."
"Ciih, amit-amit."
Sedikit lagi mereka sampai di pos pemberhentian. Sebetulnya turun gunung ga terlalu memakan tenaga, ga seperti pada saat naik. Tapi karena ini sisa tenaga dan hari pun mulai sore, jadinya kerasa capek banget. Apalagi Devan harus membawa beban lebih di punggungnya. Ya, Fara terlihat pucat, keringat dingin, sambil sesekali meringis.
"Kayanya kita buat tenda sementara deh. Soalnya ga mungkin juga langsung pulang dengan keadaan Fara sakit. Butuh beberapa jam buat sampai di tempat parkiran bawah."
"Yaudah ga papa, Kak. Malah seru nih muncak kali ini, ada kemping-kempingnya."
"Biar lebih lama juga ngabisin waktu barengnya."
"Yeee, itu mah kepingin elo Ratih."
"Hehehe, btw si mas nya gentle amat gendong si Fara, coba aja gue yang sakit ya?"
"Emang elo mau sakit ditengah gunung kek gini?"
"Ya engga juga Put."
"Dah lah, lo nyerah mendingan, mereka udah paling cocok itu."
"Ih lo ko ga dukung gue sih Put. Kita kan temen."
"Lah si Fara juga temen kita. Kasian lah dia biar ada manis-manisnya idup. Biar bahagia dikit."
"Emang selama ini dia kenapa?"
"Rahasia."
"Dih, dasar mak onyeh!"
"Daripada elu mak lampir."
"Isssh Put, lo mah ah serem nih. Kita kan mau nginep di mari dah."
-----
081xxxxxxxxx
Makasih dah gendong gue tadi, sorry jadi ngerepotin.Hmmm
Ish, singkat bener. Tu cowok emang irit ngomong apa ya? Tapi wangi blank musk masih kuat di penciuman Fara dan sentuhan lengan cowok itu menahan tungkainya.
Hadeuhhh...sadar Fara gausah jatuh cinta sama orang! Ya kalo bener-bener di sayang, kalo engga. Dipatahin deh nanti nya, kaya kenyataan yang selalu mengingatkan dirinya sendiri kalau pada akhirnya manusia akan merasa bosan dan perlahan pergi. Fara sudah menemukan itu, surat permohonan cerai kedua orang tua nya. Tinggal menunggu waktu untuk mereka sidang. Dan Fara akan menyaksikan semuanya.
✨✨✨✨✨
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wish You
Teen FictionUntuk kedua insan yang harus tertampar kenyataan pelik dalam perjalanan menemukan cinta sejati ditengah drama kehidupan orang-orang disekitar mereka. Akankah akhir bahagia menghampiri mereka? Ataukah merelakan adalah jalan terbaik? "Ini ga akan adil...