Tiga (1)

1.5K 273 20
                                    

Semoga kamu pada sabar nungguin update-an ini, yaaaaaa ...

Kasih ini ❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️yang banyak buat kamu yang sabar dan pengertian. 😉

*
*
*
*

"Sa, kita semua udah siap nih. Kamu buruan turun dong!"

Itu adalah suara dari Indira, kakak pertama Nessa yang berseru memanggilnya dari lantai bawah.

Nessa sudah bersiap sejak tiga puluh menit yang lalu. Dia lebih memilih menunggu di kamar sampai Indira memanggilnya untuk segera turun ke bawah.

Minggu ini, Indira dan kakak keduanya, Aliya bersama anak-anak mereka akan pergi ke Dufan. Kyla yang mengusulkan hari libur ini untuk pergi ke taman hiburan itu. Padahal, sudah kesekian kalinya anak itu berlibur ke sana. Seakan tak ada kata bosan. Tidak seperti Nessa sewaktu kecil dulu. Hanya sekali dia pergi ke sana, dan setelah itu dia tidak mau lagi diajak ke tempat keramaian seperti itu. 

Namun, pagi ini Nessa terpaksa harus mengikuti kedua kakaknya pergi ke tempat itu. Lovita mendadak tidak bisa ikut karena jadwal pemotretan untuk sebuah t baju muslimah tiba-tiba dimajukan menjadi hari Minggu ini. Padahal perempuan itu tadinya diminta Indira untuk menjaga Kyla dan Lexa--anak pertama Aliya yang berusia enam tahun--selama kedua anak itu menjajal beberapa wahana permainan yang mereka inginkan dan cocok untuk usia mereka.

"Nanti kamu sama Gibran bisa temenin Kyla sama Lexa. Aku sama Aliya kan udah rempong jagain bayi-bayi kita," tukas Indira ketika kakaknya itu memintanya untuk ikut serta.

Bayi yang dimaksud Indira adalah Afia, anak keduanya yang berusia tiga tahun kurang empat bulan, dan Nevan, anak kedua Aliya yang berumur delapan belas bulan.

"Jadi, aku harus ikut?" tanya Nessa untuk memastikan keberadaannya benar-benar diperlukan.

"Ya, harus ikut dong. Gibran kalau nggak ditemenin pasti kerepotan. Tahu sendiri gimana energiknya Kyla sama Lexa."

"Tapi ...."

"Udah buruan siap-siap sana! Nanti aku panggil kalau kita udah siap."

Nessa tidak punya pilihan selain menuruti apa yang diminta kakaknya. Meski setelah ini, bisa dipastikan dia harus mengembalikan energinya yang terkuras selama berada di tempat keramaian dengan berdiam diri di kamarnya. Sendirian.

"Kamu duduk di depan dong, Sa." Padahal Nessa hendak duduk di jok paling belakang bersama Kyla dan Lexa, tapi Indira sudah menahannya untuk duduk di kursi depan bagian penumpang. "Masa' iya Gibran kayak sopir Grab kalau semua duduk di belakang," lanjut Indira yang disusul dengan tawa Aliya.

Mobil yang dikendarai Gibran ini adalah sejenis mobil keluarga milik Indira. Kursi di bagian tengah sudah diisi kedua kakaknya. Nessa lagi-lagi tidak bisa membantah. Dengan menghela napas pelan, dia berjalan menuju pintu depan di sisi kiri. Sebelum dia memegang handle pintu mobil, pintu itu sudah terbuka dari dalam.

Senyum hangat Gibran menyambutnya. Laki-laki itu mengenakan kemeja polos warna soft blue yang tidak dikancingkan, memperlihatkan kaos putih di dalamnya dengan celana jeans gelap.

Nessa masih bergeming di tempatnya hingga Gibran bersuara, "Masuk, Gemintang." Meski sebenarnya memerintah, nada suara laki-laki itu terdengar lembut.

Nessa hanya bergumam pelan, lalu dia segera masuk ke dalam mobil seperti yang diminta Gibran. Dia lantas memasang sabuk pengaman, lalu merapatkannya dengan benar.

"Seat belt-nya sudah terpasang dengan benar, kan?" tanya Gibran memastikan seraya tangannya terulur ke arah kepala sabuk pengaman, berniat memeriksanya.

InertiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang