Deynara melangkahkan kaki di koridor kampus, dengan hati yang jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Raut bahagia serta sebuah senyum manis terlihat jelas pada wajah Deynara.
Pagi tadi, saat dirinya terbangun dari tidur, Deynara sudah tidak melihat lagi keberadaan Gema. Namun, Deynara menemukan secarik kertas yang bertuliskan, 'nanti gue hubungi'.
Sampai detik ini, Gema juga masih belum menghubungi Deynara. Deynara tidak ambil pusing, dirinya tidak perduli. Menurutnya, itu bukan sesuatu hal yang penting, yang harus dirinya tunggu dan harapkan.
Saat akan melewati belokan kooridor menuju ruang kelasnya, Dean dengan percaya dirinya menghentikan langkah Deynara. Dean berdiri tepat di hadapan Deynara.
Dean menatap sendu pada Deynara. "By, aku kangen."
Raut wajah Deynara seketika berubah jadi datar. Sejujurnya, Deynara merasa sedikit kasihan saat melihat raut wajah Dean. Namun, saat mengingat keberengsekan Dean, otak Deynara seketika memperingati dirinya.
"Seminggu aja belum. Sudah muncul aja kaya setan di hadapan gue," ucap Deynara datar.
Dean menggeleng. "Seminggu ini aku tersiksa, By. Aku kangen banget sama kamu."
"Gue gak perduli. Bye!" Deynara melangkah melewati Dean begitu saja.
Dean segera menahan pergelangan tangan Deynara. Kemudian menarik Deynara ke dalam pelukannya. "Kangen, By."
Deynara menghela nafas kasar. Entah mengapa dadanya terasa sesak. Namun, lagi dan lagi, otaknya memberikan sebuah peringatan. Deynara dengan segera mendorong Dean menjauh.
"Risih gue!"
"Maaf," lirih Dean.
"Ck!" Deynara tersenyum tipis. "Gimana kalau kita putus aja? Hidup gue beberapa hari ini tenang banget gak ada lo."
Dean menggeleng kuat. "Aku ke sini mau, minta kamu untuk mengakhiri break kita, By. Kenapa kamu malah bilang begitu?"
Deynara menghela nafas kasar. "Dean, hubungan kita itu udah gak pantes lagi, lah. Kita lebih baik pisah. Itu bagus buat kita masing - masing. Toh, lagian lo bakal bebas. Enak lagi, gak ada status hubungan sama gue."
"Kenapa kamu gak bisa ngerti, sih, By?"
Deynara mengacak kasar rambutnya. "Argh! Pusing gue! Terserah lo lah. Cape gue sama modelan cowok kaya lo!" Deynara segera melangkah pergi begitu saja.
Dean menghela nafas kasar dan segera mengejar Deynara. "Pulang bareng, By."
Deynara mencoba untuk menahan emosinya dan tetap melangkah.
"By, kuping kamu masih normal, 'kan?"
Deynaraa menghentikan langkahnya. Dirinya menatap kesal pada Dean. "Kuping lo normal?"
Dean mengangguk pelan.
"Tolong simak dan dengarkan perkataan gue." Deynara menghela nafas kasar. Deynara tersenyum sesaat. "Kita putus!" Setelah itu Deynara melangkah pergi dengan setengah berlari agar Dean tak mengejarnya.
Dean masih diam di posisinya. Dean terkejut. Dean tidak terima dan Dean segera mengejar Deynara.
Deynara segera bersembunyi di balik tembok. Mengatur nafasnya yang memburu, serta jantungnya yang berdetak lebih cepat akibat dirinya berlari. Niat Deynara hanya setengah berlari, tapi mau tidak mau dirinya harus berlari.
Deynara menghela nafas kasar. "Gila! Gue kaya remaja aja main ngumpet begini."
Deynara mencoba mengintip, memastikan Dean tidak menyusul dirinya. Saat Deynara merasa Dean tidak menyusul, Deynara kembali menatap lurus ke depan. Bersamaan dengan itu dirinya terkejut dan segera menyentuh dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Style
RandomJangan lupa follow akun ku, ya 18+ ----- Hanya sebuah kisah sederhana dari seorang perempuan di masa - masa mudanya. Perempuan yang bisa dikatakan aneh, memiliki hubungan percintaan yang juga tak kalah anehnya. Perempuan yang ketika mabuk, berakhir...