Bagian 1 | Memilih Pergi

23 7 1
                                    

Selepas perdebatannya dengan Alraisha, Juniarka beranjak ke ruang kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas perdebatannya dengan Alraisha, Juniarka beranjak ke ruang kerjanya. Amarah yang menguasai seluruh akal sehatnya berangsur sirna tatkala matanya menangkap sebuah potret dirinya dengan sang istri yang terpajang rapi di dinding ruang kerjanya.

Foto itu di ambil beberapa tahun silam. Tepatnya saat keduanya sama-sama menyelesaikan pendidikan tingkat akhir.

Juniarka mengenal Alraisha sejak lama. Tepatnya saat berada di tahun terakhir sekolah menengah pertama. Kala itu, untuk kali pertama Juniarka bertemu dengan Alraisha. Perempuan cantik yang herannya tak pernah Juniarka lihat sebelumnya. Penasaran, Juniarka mencoba mencari tau. Ternyata Alraisha adalah siswi pertukaran. Dia hanya akan menetap di sekolahnya selama satu semester. Entahlah, Juniarka tak terlalu paham dengan program pertukaran pelajar itu, tapi yang ia jelas tau ialah, semestanya beranjak dan berporos pada Alraisha. Jiwa naifnya mengatakan bahwa ia jatuh hati dengan perempuan itu.

Mengetahui Alraisha ternyata siswi cerdas nan berprestasi, membuat Juniarka kian termotivasi. Entahlah, tapi hati lugunya mengatakan bahwa ia harus menjadi lebih baik jika ingin berada dalam radar gadis itu.

Juniarka bukan tipe anak nakal sebenernya. Hanya saja, dia tidak memiliki cukup motivasi untuk menjadi yang terbaik. Ia hanya belajar seperlunya. Datang ke sekolah dengan tujuan memenuhi absensi. Tidak lebih dan tidak kurang. Kehidupannya terasa datar. Sampai kemudian kehadiran Alraisha membuatnya berambisi. Ambisi untuk menjadi versi terbaik darinya.

"Hai, kita bertemu lagi." Juniarka menoleh. Lantas raut wajahnya berubah menjadi terkejut mendapati sosok cantik yang ia rindukan selama sisa semesternya di sekolah menengah pertama.

Tergagap, Juniarka membalas sapaan Alraisha. Demi apapun, Juniarka tak pernah berfikir Alraisha akan mengingat dirinya. Semasa SMP, mereka hanya berjumpa sesekali. Itupun tidak dalam durasi lama. Dan jangan lupakan, Alraisha hanya satu semester berada di sekolah Juniarka, yang setara dengan enam bulan.

"Aku nggak nyangka kita bisa mendaftar di SMA yang sama." kata Alraisha ramah. Gadis itu bersikap seolah bertemu kawan lama. Terasa tenang dan percaya diri. "Ngomong-ngomong, bagaimana kabarmu, Juniarka?"

"Good." balas Juniarka pendek. Ia merasa gugup ditatap dengan sorot ramah Alraisha. Berada dalam jarak sedekat ini membuat jantungnya berdegup kencang.

Alraisha tersenyum geli. Sepasang mata indahnya mampu menangkap gerak-gerik Juniarka. Bahkan gugupnya lelaki itu pun mampu ia baca.

Berdehem pelan, Alraisha beranjak berdiri. Membuat Juniarka mendongak.

"Aku pergi ya? Sepertinya kamu kurang nyaman dengan kehadiranku."

Jelas saja Juniarka langsung menggeleng. Dengan penuh rasa berani, pemuda itu menarik tangan Alraisha. Meminta gadis itu kembali duduk di sampingnya. "Disini saja."

Perempuan itu tersenyum tipis. Ia kemudian kembali duduk dengan nyaman di sisi Juniarka. Bersiap mengikuti kegiatan pembekalan orientasi siswa baru. Namun sebelum acara dimulai, Juniarka berbicara dengan nada suara satu oktaf di atas hembusan angin.

After We DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang