"Aku penasaran satu hal." suatu sore di tepi lapangan outdoor sekolah, Alraisha berujar. Mereka baru saja menyaksikan pertandingan basket sebagai salah satu acara memeriahkan classmeeting. Siswa-siswi lainnya telah berhambur pergi ketika pertandingan usai, berbeda dengan Juniarka dan Alraisha yang memilih tetap duduk di tempat. Mengamati anggota OSIS yang terlihat sibuk membereskan perlengkapan.
"Apa?" tanya Juniarka tanpa menoleh.
Perempuan itu tersenyum tipis. Ia yang sebelumnya menatap lurus ke depan berganti menatap figure Juniarka yang terlihat sempurna dari samping.
"Saat SMP, kenapa kamu mau repot bantuin cowok berkacamata itu?"
Juniarka nampak berpikir sejenak. Sepertinya mencoba mengais ingatan tentang peristiwa yang disebutkan perempuan di sampingnya. "Adit?" tanya Juniarka memastikan.
Alraisha menggedikkan bahunya. "Enam bulan disana tidak lantas membuat aku hafal nama seluruh siswa. Yang aku ingat, dia pendek, berkacamata, rambut ikal dan seragamnya selalu terlihat lusuh."
Pemuda itu mengangguk paham. Deskripsi yang diberikan Alraisha hanya terarah pada satu nama. Aditya.
"Jadi... kenapa?" tanya Alraisha lagi.
"Memang ada yang salah dari membantu seorang teman yang kepayahan?"
Alraisha menggeleng. Bukan itu maksudnya.
Sementara Juniarka mengulum bibirnya. Ia mengusap puncak kepala Alraisha gemas. Menyalurkan rasa sayangnya lewat usapan tangan.
"Menurutku kita tidak memerlukan alasan untuk menjadi baik."
Perempuan itu tersenyum seraya mengangguk. Ia kemudian menjatuhkan kepalanya pada pundak Juniarka. Menikmati aroma maskulin yang menguar dari tubuh pemuda itu.
"Sha," panggilan pelan itu membuat Alraisha sedikit tersentak. Kesadarannya kembali. Ia mengulas senyum tipis mendapati sosok Grey yang duduk dihadapannya seraya mengangsurkan segelas susu coklat hangat. "Minum dulu." titahnya yang langsung dipatuhi oleh Alraisha.
Begitu gelas di tangannya telah kosong, Alraisha kembali menatap Grey yang sejak tadi tidak melepaskan pandangan darinya. "Aku mau pulang ke Australia setelah urusan disini selesai, Grey." katanya.
Grey mengangguk mengerti. Ia meraih gelas kosong itu untuk kembali ia bawa ke dapur. Alraisha mengenal Grey ketika dirinya bekerja sebagai seorang staff marketing di salah satu perusahaan pakaian. Grey ini salah satu aktor papan atas yang sering wara-wiri di layar kaca. Penampilannya yang nyaris sempurna, membuat Grey seringkali menjadi incaran untuk menjadi model iklan di setiap produk baru yang diluncurkan.
Sering bekerjasama dengan Grey, membuat mereka saling mengenal. Grey tipikal cowok ramah yang menyenangkan. Pemuda itu begitu pintar mencairkan suasana. Membuat siapa saja mudah dekat dengannya. Tak terkecuali Alraisha. Bahkan pengalaman pertama Alraisha menjadi model pun itu bersama Grey. Dan lelaki itu berhasil menempatkan dirinya dengan baik, sehingga Alraisha mampu menjalani serangkaian photoshoot dengan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Divorce
RomanceCinta? Iya. Sayang? Apalagi. Juniarka dan Alraisha adalah yang pertama untuk satu sama lain. Ada banyak waktu yang telah mereka habiskan bersama. Ada terlalu banyak kenangan yang tersimpan rapi dalam sudut hati. Alraisha kira ia sudah begitu mengena...