Bagian 4 | Goodbye

8 4 5
                                    

Satu minggu selepas kepergian Alraisha, Juniarka benar-benar merasakan betapa repotnya mengurus anak tanpa pengasuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu selepas kepergian Alraisha, Juniarka benar-benar merasakan betapa repotnya mengurus anak tanpa pengasuh. Seringkali ia menitipkan Jae di rumah orang tuanya, dan tak jarang bocah itu menangis acapkali hendak ia tinggal berangkat bekerja.

Oleh karena itu, ketika pada akhirnya Tari membawa Dea ke rumahnya di suatu sore. Juniarka tidak berpikir panjang. Ia langsung mempekerjakan perempuan muda itu untuk mengasuh anaknya. Dan keputusannya tepat. Dea benar-benar bisa mengurus Jae dengan baik.

Seperti pagi ini, ketika ia hendak berangkat ke kantor, Juniarka melihat Jae telah wangi dalam balutan kaos lengan pendek dan celana panjang. Bocah satu tahun itu terlihat duduk anteng menonton kartun seraya menikmati sarapan yang disuapi Dea. Juniarka menyempatkan diri untuk menghampiri putranya.

"Hey, Boy!" sapa Juniarka saat mengambil tempat di depan anaknya. Jae tersenyum cerah. Ia mengalungkan lengannya di leher sang Ayah. Memberi kecupan di pipi kanan pria itu.

Juniarka terkekeh. Ia kemudian balas mengecup pipi Jae bergantian. "Anak papi udah ganteng. Mam yang banyak ya biar cepet gede." tangan besar Juniarka tergerak mengusap puncak kepala putranya penuh sayang. Jae mengangguk.

Setelah dirasa cukup, Juniarka bangkit dari duduknya. Ia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Dea yang menunduk sejak tadi. "Dea, saya berangkat. Kalo ada apa-apa segera hubungi saya."

Dea mengangguk mengerti.

Selepas kepergian Juniarka yang ditandai dengan suara mobil yang perlahan menjauh, Dea kemudian menghela nafas lega. Ia kemudian menyorongkan piring ke hadapan bocah satu tahun itu. "Kamu makan sendiri ya. Aku mau mandi."

Jae mengerjapkan matanya. Belum sempat ia menjawab, pengasuhnya itu sudah lebih dulu bangkit dari duduknya. Meninggalkan Jae sendirian. Jae tidak memikirkan hal lain, bocah satu tahun itu memilih melahap makanannya dalam diam meski berantakan.

***

"Bapak sudah pulang?" tanya Dea dengan nada suara sedikit terkejut. Perempuan muda yang telah satu minggu tinggal di rumah Juniarka itu terlihat tersenyum canggung.

Juniarka hanya melirik sekilas seraya berdehem.

"Jae dimana?" tanyanya karena tak menemukan tanda-tanda keberadaan putranya disekitar Dea.

"Tuan muda sedang tidur siang, Pak."

Juniarka memincing. Ia melirik arlojinya yang menunjukkan pukul satu lewat lima belas menit.

"Apa Darmi tidak memberikan aturan tidur siang Jae? Seharusnya Jae sudah bangun di jam ini."

Dea tak langsung menjawab. Matanya sempat kehilangan fokus. Sementara Juniarka masih menanti. Hingga pada akhirnya Dea berkata, "Akhir-akhir ini pola tidur Tuan Muda kacau, Pak. Saya berusaha menyesuaikan kembali."

Mendengar itu, Juniarka mendesah tertahan. Ia mengangguk tanpa perlu banyak bicara. Kemudian ia memberi titah pada perempuan muda itu untuk turut beristirahat selama putranya tidur sebelum akhirnya beranjak menuju kamarnya sendiri.

After We DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang