Bagian 6 | Not good enough

10 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Pagi-pagi sekali, Juniarka telah siap dengan setelan kantornya. Ada meeting di luar kota yang harus ia datangi hari ini. Diamatinya sosok bocah lima tahun yang masih bergelung nyaman di balik selimut. Wajah lelapnya terlihat damai. Menghela nafas panjang, Juniarka melangkah mendekat. Ia usap perlahan puncak kepala tanpa menganggu tidur lelap anaknya. Tersenyum tipis, Juniarka menatap Jae dengan sorot penuh rasa bersalah.

Juniarka sadar, dirinya memiliki jarak yang jauh dengan Jae.

Juniarka sadar, dirinya tak lagi menyisihkan waktu untuk menemani Jae bermain.

Juniarka sadar, ia memiliki peran atas rasa sakit yang dirasakan Jae.

Mendesah tertahan, Juniarka beranjak. Ia mengamati putranya sekali lagi, sebelum beranjak keluar dari kamar. Hal pertama yang menarik perhatian Juniarka ialah sosok Dea yang terlihat sibuk mencari sesuatu. Kening Juniarka mengernyit, lantas bertanya, "Kamu cari apa, De, pagi-pagi begini?"

Dea tersentak kaget. Ia memandang Juniarka seraya menggigit bibir bawahnya. Karena majikannya itu terlihat menanti jawaban, maka Dea tidak punya pilihan lain selain mengatakan, "Mas Jae nggak ada di kamarnya, Pak. Nggak biasanya Mas Jae keluar kamar pagi-pagi begini."

"Lho, memangnya kamu tidak tau kalau Jae tidur di kamar saya?"

Kalimat yang dilontarkan Juniarka itu membuat Dea menahan diri untuk tidak memutar bola matanya kesal. Ia tersenyum tipis sebagai respon. Mengatakan bahwa semalam ia menemani bocah itu tidur sampai lelap. Bahkan ia memastikan Jae benar-benar tertidur sebelum pergi.

Juniarka mengangguk mengerti. "Mungkin dia terbangun lalu pindah ke kamar saya. Tidak masalah. Jae masih tidur sekarang. Jangan dibangunin. Biarkan dia bangun sendiri."

Dea mengangguk mengerti. Merasa tak ada lagi yang harus dibahas, Juniarka melenggang pergi. Sementara Dea segera beranjak menuju kamar majikannya. Setelah memastikan Juniarka meninggalkan rumah, Dea menggedor pintu kamar Juniarka brutal. Membuat Jae yang masih lelap tidur seketika terbangun dengan jantung berdegup kencang.

"Kamu sudah menjadi anak nakal, Jae!!"


***


Jika ditanya mengapa Alraisha memilih mengalah dengan Juniarka terkait hak asuh Jae, jawabannya karena ia tidak ingin melukai bocah itu lebih lanjut. Diperebutkan bukanlah suatu hal menyenangkan. Sekuat tenaga, Alraisha berusaha menjaga kesehatan mental anak itu. Meski mungkin Jae juga belum mengerti dengan hal yang terjadi di antara orang tuanya, tetap saja sudah kewajiban Alraisha sebagai seorang ibu untuk memberikan yang terbaik.

Jujur saja, keputusan bercerai dengan Juniarka adalah keputusan spontan yang Alraisha ambil tanpa pertimbangan banyak. Permasalahan datang bertubi-tubi membuatnya merasa lelah. Dimulai dengan kabar orang tuanya yang terlibat kecelakaan di Australia. Alraisha berniat berangkat kesana saat itu juga, namun kondisinya tidak memungkinkan untuk menempuh perjalanan udara. Akhirnya ia hanya bisa memantau dari jarak.

After We DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang