Bagian 5 | Jarak

9 4 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Juniarka mendesah lelah di kursi kebesarannya. Sejak tadi fokusnya tercecer entah kemana. Tidak biasanya ia begini. Bahkan ketika sedang perang dingin dengan Alraisha atau saat prosesi perceraian berjalan atau bahkan ketika ia resmi bercerai empat tahun yang lalu, ia masih bisa fokus menyelesaikan pekerjaannya. Tapi mengapa hari ini rasanya sangat sulit?

Menghela nafas panjang, ia raih benda pipih yang sedari tadi teronggok bisu di sudut meja. Jemarinya tergerak lincah membuka file yang ia sembunyikan dengan begitu baiknya. Ketika pada akhirnya file itu terbuka, deretan foto yang masih ia simpan rapi itu akhirnya nampak.

Perlahan namun pasti, Juniarka membuka foto-foto itu bergantian. Segumpal kerinduan beserta rasa sakit merasuk dalam sanubarinya tanpa bisa dicegah. Empat tahun terakhir, ia telah hidup dengan memenuhi egonya. Empat tahun terakhir, ia telah menjunjung tinggi gengsinya. Empat tahun terakhir, ia terlalu memanjakan amarahnya.

Layar ponsel itu menampilkan sosok cantik Alraisha dalam balutan dress motif floral berwarna hitam dengan kerah ruffle dan lengan panjang berwarna putih. Tak lupa topi baret hitam sebagai pemanis penampilan perempuan itu. Pada kenangan yang menjelma dalam bentuk visual itu, Alraisha terlihat menatap kamera dengan pandangan datar. Namun meskipun demikian, aura cantik yang dimiliki gadis itu tak pernah pudar.

"Kamu serius mau ngajakin aku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu serius mau ngajakin aku?"

"Kapan sih aku nggak serius kalo itu tentang kamu, Rossie?"

Alraisha tersenyum hangat. Ia kemudian mendekat ke arah Juniarka. Menyusupkan kepalanya di dada bidang pemuda itu. Mendengarkan dengan tenang tiap debaran jantung Juniarka yang mengalun lembut.

Juniarka masih mengingat momen itu dengan jelas. Sehari sebelumnya, Alraisha bercerita tentang temannya yang datang mengunjungi pasar malam. Gadis itu berterus terang bahwa ia penasaran dengan perwujudan pasar malam. Mengingat, ia tidak pernah kesana selama di Indonesia. Berdasar cerita yang gadis itu dengar, pasar malam terasa menyenangkan. Dan dengan senang hati, Juniarka mengabulkan keinginan Alraisha.

Namun ketika mereka baru saja tiba di area pasar malam. Bahkan masih di tempat parkir. Hujan turun dengan begitu derasnya. Membuat senyuman lebar yang menghiasi paras cantik Alraisha luntur seketika. Ia memandang Juniarka dengan tatapan kecewa. Andai bisa, Juniarka pasti menghentikan hujan detik itu juga.

After We DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang