3

35.2K 2.9K 99
                                    

Typo banyak ☠

Sudah seminggu Galih dan keluarganya meninggali rumah tepat di samping rumah Rafka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah seminggu Galih dan keluarganya meninggali rumah tepat di samping rumah Rafka. Sebenarnya Galih akan mengambil rumah tepat di depan Rafka tapi ternyata sudah keduluan orang. Dan entah kebetulan. Balkon kamar Angkasa juga Samudra berhadapan.

Saat ini Angkasa tengah bersiap sekolah. Kamarnya berada dilantai tiga sedikit membuatnya malas turun tangga, Jadilah ia menggunakan lift.

Terlihat sudah ada adik serta kedua orangtuanya di meja makan. Ia dengan jahil mengacak surai Gibran membuat anak itu berdecak kesal.

"Bang, tadi om Galih nitipin Samudra sama kamu. Dia gak bisa nganterin Samudra ke sekolah, ini hari pertama dia masuk sekolah baru dan Samudra belum di belikan motor sama om Galih." Ujar Rafka. Angkasa menghentikan aktivitasnya lalu menatap daddynya.

"Terus?"

"Samudra ke sekolah bareng kamu." Sahut Revan.

"Sama Gibran aja." Tolak Angkasa.

"Bonceng cewek gue." Ujar Gibran tanpa menoleh pada Angkasa.

"Punya?"

"Otw." Angkasa berdecih mendengarnya.

"Yauda suruh anaknya ke sini aja. Kasa tunggu di depan, udah selesai makan." Angkasa bangkit dari duduknya tidak lupa mencium punggung tangan orangtuanya serta mencuri satu kecupan di pipi adiknya.

_________

Kedua anak adam yg sedang berboncengan itu saling diam. Mereka tidak berniat membuka suara sampai tiba di sekolah. Para murid² yg melihat ada yg memandang binguung pemuda asing di samping Angkasa ada juga yg menatap dengan kagum.

Saat Angkasa akan berjalan menuju kelasnya, Samudra menarik ujung jaket nya membuat Angkasa menoleh ke Samudra.

"Apa?" Lagi² suara dingin Angkasa menyapa indra pendengarannya.

"Ruang guru." Balasnya singkat. Angkasa pun beredecak lalu menyuruh Samudra mengikutinya.

"Gue tinggal." Ujar Angkasa saat mereka sudah sampai.

"Thanks K-kas." Mendadak dirinya gugup menyebut nama Angkasa.

Ujung bibir Angkasa berkedut menahan senyum. Sahabat lamanya sangat lucu.

"Hm." Saat Angkasa berlalu

Setelah Angkasa berlalu dari hadapannya. Ia bernafas lega, sungguh sangat canggung. Saat ia akan membuka knop pintu tapi pintu di hadapannya sudah dulu dibuka dan terlihat pria paruh baya.

KAPTEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang