23💦

28.8K 2.3K 296
                                    

Typo banyak.

Jangan terburu menyimpulkan sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan terburu menyimpulkan sesuatu. Dia irit bicara.
Kecuali pada orang spesial.
________________

Rafka, Revan serta Gibran kini berada di kamar Angkasa dan hendak membaca isi surat Angkasa. Perlahan Gibran membuka surat itu dan mulai membacanya.

Dear, Daddy, Papa.

Dad, Kasa tau daddy kecewa sama Kasa. Maaf Kasa udah bikin daddy sama papa malu punya anak kayak Kasa. Daddy benar Angksa hanya anak angkat daddy dan papa, Angkasa bersyukur bisa ketemu Daddy dan papa terus di angkat anak hehe. Makasih ya dad, pa udah didik Angkasa sejauh ini, udah sayangi Angkasa selayaknya anak sendiri. Angkasa bangga jadi anak daddy Rafka dan papa Revan. Angkasa sayang daddy dan papa.

Tertanda.

Putramu tersayang.

Angkasa Ghava Mahatam.

Gibran menarik nafasnya.

Dear, Adikku tersayang

Gibran adek nya abang tersayang, maaf kalau nanti gue gak bisa dengerin curhatan lo lagi, anjir lah gue nulis gini kayak mau mati aja hehehe. Geli juga gue romantis gini, Ya kali aja gue lagi kuliah di luar negeri jadi gak bisa dengerin curhatan lo lagi. Gi kalau mau curhat ke daddy sama papa aja, di jamin solusinya manjur daripada gue. Pegel nih tangan gue nulisnya. Maaf ini suratnya gak bisa gue kasih langsung, karena gue mau ke tempat orangtua kandung gue dulu. Jadi gue titipin ke tante Kay. Abang sayang Gibran, tetap jadi adek abang yg manis kalau sama abang.

Tertanda.

Abang tertampanmu

Angkasa Ghava Mahatama.

Revan lagi² menangis di pelukan Rafka, Gibran melirik setiap sudut kamar sang kakak.

"Baru beberapa jam gue udah kangen sama lo bang. Ternyata kemarin terakhir kalinya kita tidur siang bareng." Batin Gibran.

Sudah seminggu sejak kepergian Angkasa dan dua hari yg lalu Samudra sudah sadar, kini Samudra sudah di pindahkan ke ruang rawat inap.

Samudra melamun menatap jendela, saat dia tertidur lama kemarin, ia bertemu Angkasa di dalam mimpinya. Mimpi itu terulang seperti mimpi dalam mimpi. Pintu kamar rawatnya di buka menampilkan sahabat²nya, Samudra tersenyum tipis.

"Samud." Sapa Panglima.

"Angkasa kemana?" Pertanyaan itu membuat mereka menengang seketika.

"Kenapa dia gak jenguk gue dari kemarin? Apa lagi sama Jaden?" Tanyanya lagi.

Alex mengusap punggung tangan Samudra.
"Gak usah dipikirin dulu ya? Lo kan baru sadar."

"Gue mimpi Angkasa, gue kangen dia. Suruh dia ke sini Lex." Barex menatap Alex meminta persetujuan.

"Bang.." Alex menggeleng. Samudra mengernyitkan dahinya.

"Kalian kenapa? Lex buruan suruh Angkasa ke sini." Ujar Samudra.

"Sam, gue suapin buah ya?" Tawar Laskar. Samudra menggeleng.

"Suruh Kasa ke sini dulu, gue mau di suapin sama dia." Entah apa tapi perasaan Samudra tidak enak.

Panglima menghela nafas kasar.
"Angkasa istirahat." Sahut Panglima. Samudra menatap Panglima.

"Dia kenapa? Anterin gue ke dia kalau gitu." Samudra berusaha turun dari kasur.

"Eh Sam, iya nanti. Lo belum sembuh total." Ujar Laskar. Alex menghembuskan nafasnya lalu menyerahkan amplop kepada Samudra.

"Dari Kasa." Samudra menerima amplop itu lalu mulai membukanya.

Teruntuk Kekasih Angkasa.

Hai, mungkin saat lo buka ini surat gue gak ada di situ. Gue lagi di tempat orangtua kandung gue. Kangen soalnya hehe. Lo apa kabar? Pasti baik kan, gue harap lo baik² aja dan cepat terima donor jantung sama paru². Gue mau donorin tapi sama tante Kayla gak boleh yauda gue cuma jadi daftar pendonor aja.

Sam lo udah maafin gue belum? Lo harus maafin gue, gue maksa soalnya. Sam gue cuma mau lindungin lo, gue cuma mau lo baik² aja. Gue harap masih bisa balikan sama lo Sam.
Samudra, lo selalu ada di hati gue kok. Lo tetep jadi pemilik hati gue selamanya. I love you more than my self.

Tertanda.

your future husband

Angkasa.

Samudra memeluk surat dari Angkasa.
"Suruh Angkasa ke sini, gue mau peluk dia. Kalau gak anterin gue ke Angkasa." Ujar Samudra.

"Iya tapi lo harus tenang." Ujar Panglima yg mendapat tatapan tidak setuju dari Barex.

"Bang lo yakin?"

"Gue bilang dokter dulu." Ujar Alex, lalu beranjak dari sana.

"Sam, kalau dokter bolehin. Lo harus janji gak boleh nangis dan harus tenang." Tutur Laskar.

"Nangis kenapa? Gue kan ke tempat nya Angkasa." Laskar menatap Samudra dengan sendu.

__________

Barex mendorong kursi roda Samudra menuju gapura pemakaman.

"Weh gue mau ke Angkasa bukan ke makam." Ujar Samudra, yg lain tidak ada yg menjawab. Mereka semakin masuk area pemakaman. Perasaan Samudra mendadak tidak enak.

"Mau ke makam siapa si? Pokoknya habis dari makam langsung ke rumah Angkasa." Ujar Samudra lagi. Mereka berhenti tepat di makam yg masih basah. Samudra mengernyit kan dahinya, matanya mendadak memburam ketika melihat nama yg tertera di batu nisan tersebut.

"I-ni makam siapa?" Tanyanya untuk memastikan sekali lagi, bisa jadi kan penglihatannya bermasalah.

Alex berjongkok menatap Samudra.
"Angkasa udah istirahat Sam..." air mata yg sedari tadi berada di pelupuk matanya pun meluruh.

"Angkasa ke tempat orangtua kandungnya. Angkasa udah donorin jantung dan paru²nya buat lo." Jelas Alex.

"Bohong!" Hardik Samudra, ia pun menjatuhkan dirinya di samping gundukan makam Angkasa.

"Angkasa..." ia menatap Alex.

"Alex ini pasti bukan makam Angkasa kan? Gak, ayo ke rumah Angkasa gue mau ketemu dia." Racau Samudra sembari mencengkram erat kerah jaket Alex.

Panglima memeluk Samudra dari belakang.
"Tenang Sam, Angkasa bakal sedih lihat lo kayak gini." Samudra menatap kembali tanah yg katanya mengubur Angkasanya. Isakan Samudra mulai terdengar memilukan.

"Angkasa... Angkasa ini guee. Lo mau balikan, ayo kita balikan." Racau Samudra sambi memeluk batu nisan Angkasa.

"Kenapa lo rela lakuin ini kas...kenapa lo yg jadi pendonor gue? Kenapa bukan orang lain ?"

"Katanya lo mau ngalahin gue jadi kapten, mana? Pembohong lo! Bangun Kas kalau lo bangun kita main basket bareng lagi, Angkasa..."

"Lo bilang lo mau jagain gue, lindungin gue tapi lo pergi duluan. Pembohong!"
Mata Samudra berkilat marah, ia pun mengacak² tanah makam Angkasa.

"ANGKASAAA!!! BANGUN! HIKS JANGAN TINGGALIN GUE KAS"

"ANGKASA!"

_____________

Bersambung.......

Makin kesana². Alurnya udah tertulis maaf kalau kecepetan atau buru² gue nya juga baru kedua kali nulis cerita beginian, gak pandai juga, jadi amatiran. Sekiranya gak sesuai selera atau ekspetasi kalian bisa di skip aja permisa 🙏
Migrain pt sekian.

Btw untuk book sohib di kalian ep nya acak² an ?

KAPTEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang