Jaemin memeluk Renjun secara tiba-tiba saat temannya itu masih mencoba mencerna kata-kata Jaemin yang seolah tidak mengenal siapa itu Jeno. Renjun sempat merasa kaget dan ingin memukul sahabatnya sejak SMP itu.
Tapi mengingat bagaimana peristiwa terakhir yang ia alami sebelum berada di masa depan, Renjun merasa sangat lega dan nyaman.
Dia rindu Jaemin yang clingy dan kebahagiaan itu terpancar jelas dari wajahnya yang tersenyum membalas pelukan hangat Jaemin.
"Duh, duh, kenapa nih Jaem? Saking lo nggak mau bahas temen-temen yang lain, lo sampe kaya gini banget," kata Renjun berusaha mengorek informasi.
Jisung terkekeh melihat mereka. "Dia emang nggak kenal kak Jeno kak."
Renjun bisa merasakan debaran jantung Jaemin saat dada mereka saling menempel itu. Pelukan Jaemin begitu erat, syarat akan rindu. Namun kalimat yang baru saja keluar dari mulut Jisung, membuatnya harus kembali dilanda rasa bingung.
"Kok bisa nggak kenal?" tanya Renjun.
"Gue tuh nggak suka lo pacaran sama Jay, Injun!" Jaemin melepaskan pelukannya dan mencengkeram kedua bahu Renjun menggunakan tangan besarnya yang kuat itu.
Keterpukauan tidak bisa Renjun sembunyikan. Dilihat semakin dekat, penampakan Jaemin saat ini semakin mirip dengan gaya dia saat SMP dulu. Berkacamata. Rambut tidak diubah gaya aneh-aneh ala jabrik atau jambul saat SMA.
Seolah-olah Jaemin ini masih sama seperti Jaemin saat SMP. Hanya wajahnya sudah semakin dewasa dan terlihat seperti dosen muda.
Mampus, harus ngapain gue. Dihadapkan kembali dengan tatapan Jaemin yang lembut dan menghipnotis itu, pipi Renjun semakin bersemu.
"Kenapa nggak putus aja sama Jay?" Jaemin mengerucutkan bibir, pertanda bahwa dia tidak suka.
"Lah, siapa anda? Kok ngatur?" Renjun sebenarnya tidak mau mengucapkan itu tapi sikap bawaan sejak SMA membuatnya berkata begitu.
Renjun ingin sekali bilang bahwa dia sangat merindukan sahabat-sahabatnya terutama Jaemin, tapi pengendalian sikap dan emosinya masih tidak stabil.
Dia kesal di SMA karena Jaemin tergila-gila pada Nana. Tapi apa di masa kuliah Nana masih mengisi hati dan pikiran Jaemin?
Bolehkah Renjun menggantikan posisi itu?
"Jaem, kalo boleh tau, kenapa lo sebenci itu sama Jeno? Sampai-sampai bilang nggak kenal gitu."
Jaemin mengerjap bingung. Dia malah kembali memeluk Renjun.
"Jaemin, ya ampun. Kenapa sih?" Renjun yang kurang suka skinship itu melepaskan pelukan Jaemin. "Kenapa sih meluk terus? Kayak gue mau minggat aja dipeluk terus."
"Ya habisnya lo diajakin ketemu menghindar mulu. Lo tau ya gue mau nyetanin lo biar nggak usah pacaran sama Jay?" Jaemin mencoba meraih lengan Renjun untuk dipeluk lagi tapi ditepis empunya.
"Ya kenapa emang kalo gue pacaran sama Jay? Lo ada masalah apa gimana?" Renjun mengerang tak suka dan sedikit beringsut mundur agar Jaemin tidak memeluknya lagi.
"Jay itu kan bassist. Gue nggak suka anak band. Anak band banyak nggak benernya." Jaemin manyun. "Kalo si Jay, bass aja dibetot, Renjun pasti dientot. Gitu pasti!"
Jisung ngakak. Renjun naik darah. Tinju bertenaga penuh meluncur ke lengan kekar Jaemin. "CONGOR LO BENER-BENER YE NA!"
Tak selesai disitu, Jaemin pun dihujani tamparan bertubi-tubi dari Renjun ke lengan, punggung dan perutnya. "Udah Renjun aw! Aw! Panas Ren!"
"Ya lagian lo kurang ajar banget! Gue masih SMA mana berani begituan anjir lo ya sialan!" Renjun masih tidak terima. Wajahnya malu sekaligus kesal tak menyangka Jaemin tega bilang begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Reality ✦ Jaemren
FanfictionRenjun menyukai Jaemin sejak mereka bahkan masih SMP. Terjebak dalam satu band di ekskul musik bersama dengan Jaemin saat SMA semakin membuatnya tidak bisa melupakan perasaan pada cinta pertamanya itu. Jaemin adalah seorang womanizer, dia suka mengg...